Ketika anakmu sendiri memakimu, ketika kau meninggikan suaramu untuk mengalihkan rasa sakit yang memenuhi hatimu- pikirkan bagaimana kiranya emosi yang dirasakan Adam dan Hawa saat mereka menyadari salah satu anaknya membunuh yang lain.
Atau bagaimana Yakub bereaksi ketika anak-anaknya telah meninggalkan anak kesayangannya, saudara mereka sendiri Yusuf, di dalam sebuah sumur. Atau air mata dalam hati Nuh saat anaknya disapu air bah sedang ia melihatnya tanpa bisa berbuat apa-apa, tidak bisa menolongnya karena anaknya telah menolaknya.
Ketika kau berjuang dalam hubungan dengan orang tuamu, pikirkan tentang Ibrahim dan ayahnya. Ketika kau menginginkan dan merindukan orang tuamu yang telah meninggal, pikirkan tentang Muhammad shalallahu alaihi wa sallam menangis di pusara ibunya.
Ketika kau khawatir tentang apa yang orang lain mungkin katakan tentangmu atau tentang orang yang kau cintai, pikirkan tentang Maryam mendatangi kaumnya yang terkejut melihat bayinya; tapi ia yakin Allah menjadi pelindungnya.
Ketika kau berjuang sebagai orang tua tunggal, pikirkan tentang ibunya Isa. Saat kau menangisi seseorang yang kau pikir akan menjadi pendukungmu, pikirkan rasa sakit yang dirasakan Luth karena ulah istrinya.
Ketika seseorang yang kau harapkan bisa mencintaimu, jatuh cinta padamu, membangun hidup denganmu, ternyata tidak bisa menjadi seperti apa yang kau harapkan bahkan melukai dan menindasmu, ingatlah Asiya, istri si tiran Firaun, yang berdoa, “Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surga.”
Setiap pahlawan kita di atas (semoga Allah merahmati mereka) percaya bahwa Allah akan bersama mereka dalam perjuangan di dunia dengan orang yang mereka cintai, atau di kehidupan selanjutnya. Seperti yang dikatakan Musa saat kaumnya khawatir mereka tidak tertolong, “Sungguh, Tuhanku bersamaku, dan Dia akan memberi petunjuk padaku.”
Dan Tuhan benar-benar membimbingnya. Sebagaimana janjiNya pada Musa dan saudaranya, “Janganlah kalian takut, sesungguhnya Aku bersama kalian, mendengar dan melihat kalian.”
Dan Dia akan bersama kita. Melewati masalah hubungan, perjuangan, rasa sakit, kekhawatiran, keinginan, dan sakit hati, apapun yang kita miliki, “akan lenyap, tapi apa yang di sisi Allah kekal selamanya.” (QS An Nahl ayat 96)
Dia tidak kemana-mana. Jika kau menginginkan Dia kembali dalam hidupmu, untuk membantumu mengatasi masalah dan menyembuhkanmu, ketahuilah bahwa Dia ada untukmu, sebagaimana Dia ada untuk mereka semua, bahkan jika yang harusnya ada malah meninggalkanmu. Temukan ketentraman pada Sang Maha Pemberi Ketentraman. Beralihlah padaNya.
—-
Source: https://www.facebook.com/maryam.amirebrahimi/posts/1665480443512806
Diterjemahkan oleh HS
[…] Sungguh, Tuhanku Bersamaku – Maryam Amir […]
LikeLike