Penjelasan Ustaz Adi Hidayat ini mantaaap euy. Sebenarnya ini isinya pengantar tazkiyatun nafs, tentang apa hakikat tazkiyatun nafs. Silakan simak videonya di sini:
Ustaz Adi mengawalinya dengan menceritakan proses penciptaan manusia. Intinya jasad manusia itu kan berkembang di dalam rahim ya.. Nah, saat jasad yang biasa disebut janin itu mencapai umur 40 hari, terjadilah suatu keajaiban… yaitu ditiupkannya ruh yang suci, asalnya dari Allah, dari langit.
Ustaz Nouman Ali Khan juga dulu pernah bilang, fisik atau jasad itu asalnya dari bumi.. sedangkan ruh itu dari langit. Jadi ruh itu suci, bersih, murni, dan membawa ketakwaaan. Namun saat ruh masuk ke dalam jasad, bercampurlah ia dengan sifat-sifat duniawinya manusia, dan campurannya disebut nafs.
Ruh itu ibarat wadah yang bening dan bersih, kalau diisi dengan air yang bersih, dia akan tetap bening. Tapi kalau diisi dengan air yang kotor, dia akan terlihat kotor dan kusam. Artinya, kalau seseorang memasukkan hal-hal yang baik ke dalam dirinya, itu artinya dia menjaga nafs-nya tetap baik. Sedangkan jika dia memasukkan yang buruk-buruk, maka nafs-nya pun menjadi buruk.
Yang dimasukkan dalam diri ini bisa berupa makanan, pemikiran, ilmu, ibadah, tontonan, bacaan, dan sebagainya. Kalau nafs itu mulai ada sejak 40 hari dalam kandungan, berarti apa yang dimasukkan seorang ibu pada dirinya akan berpengaruh juga ke janinnya kan ya?
Selanjutnya tentang nafs ini.. kan dia berisi ruh yang mendorong pada ketakwaan, ditambah sifat-sifat dasar manusia yang mendorong pada keburukan, atau fujur. Seperti di QS Asy Syams ayat ke-8,
(فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا)
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan (fujur) dan ketakwaannya. (QS Asy-Syams: 8)
Jadi dalam diri manusia selalu ada 2 dorongan itu, satu yang mendorong pada ketakwaan, dan satunya lagi mendorong pada keburukan. Kalau ada tempat di mana selalu ada 2 hal yang ingin saling mendominasi seperti itu, pasti ga tenang. Gimana caranya supaya tenang?
Caranya… perkecil dorongan dari yang fujur, dan perbesar dorongan dari yang takwa.
Setiap sifat takwa pasti ada lawan sifat fujurnya.. Misalnya sabar vs gampang marah, jujur vs dusta, tenang vs gelisah. Nah gimana caranya kita itu selaluuu memenangkan sifat-sifat takwa dan menekan sifat-sifat fujur. Karena…
(قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا)
(وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا)
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (QS Asy-Syams: 9-10)
Beruntunglah yang menyucikan jiwa dengan berusaha memenangkan sifat-sifat takwa, dan merugilah yang mengotorinya. ‘Khoba‘ di ayat 10 itu artinya bukan hanya rugi fisik, tapi juga rugi sampai merasa kesusahan; sudah jatuh tertimpa tangga pula. Orang yang dikuasai sifat buruknya, hatinya tidak akan tenang, mudah tersinggung, mudah mengeluh, mudah su’udzon sama orang lain.
Upaya membersihkan/menyucikan itu disebutnya ‘zakaa‘, kalau sungguh-sungguh menyucikan ditambah tasydid jadi ‘zakka‘, dan kalau bersegera ditambah ‘ta‘ di depan jadi ‘tazakka‘. Kemudian muncullah bentuk kata turunan lainnya yaitu tazkiyatun. Apa yang dibersihkan? Yaitu nafs. Akhirnya muncullah istilah tazkiyatun nafs.
Tazkiyatun nafs itu ilmu yang fungsinya untuk membimbing kita bagaimana cara menekan nafsu yang buruk sehingga memunculkan lawannya, (yaitu) takwa yang baik-baik. (Ust. Adi Hidayat)
Menariknya lagi.. saat kita mati nanti, yang kembali ke Allah itu ternyata bukan ruh kita. Kalau ruh enak banget ya, kan pasti suci dan bersih gitu. Ternyata yang kembali ke Allah adalah nafs kita. Iya ruhnya kembali ke Allah, tapi udah sepaket sama campuran-campuran diri kita; nafs kita. Sebagaimana yang disebutkan di awal QS Ali Imran: 185:
(كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ)
Setiap jiwa (nafs) akan merasakan mati. (QS Ali Imran: 185)
Dan betapa enaknya menjadi nafs yang baik, yang dipanggil dengan lembut ketika saatnya menghadap Ilahi:
(يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ)
(ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً)
(فَادْخُلِي فِي عِبَادِي)
(وَادْخُلِي جَنَّتِي)
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku. (QS Al-Fajr: 27-30)
Semoga Allah memudahkan kita untuk selalu membersihkan nafs, agar kita bisa kembali padaNya sebagai nafs yang muthmainnah. Aamiin.
—-
Tulisan dari Hening, kunjungi blognya di: https://henings.wordpress.com/
Reblogged this on heningbanget.
LikeLike
[…] المصدر: Pengantar Tazkiyatun Nafs – Ustadz Adi Hidayat – Nouman Ali Khan Indonesia […]
LikeLike
[…] المصدر: Pengantar Tazkiyatun Nafs – Ustadz Adi Hidayat […]
LikeLike