[MFA2017] #1 – Ya Allah, Luruskan Aku


mfa1

Bismillah, Alhamdulillah ‘ala kulli haal, washshalatu wassalamu ‘ala rasulillah.

Ya Rabb kami, jangan Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” (QS Ali Imran: 8)

Tidak bisa dipungkiri bahwa semua anak Adam pasti pernah melakukan dosa, namun sebaik-baiknya orang yang berdosa adalah yang segera bertaubat. (HR Ibnu Majah: 4241).

Sekecil apapun itu, pasti kita semua pernah melakukan perbuatan dosa. Namun ada satu titik balik dari perbuatan kemaksiatan itu, yaitu ketika kita bertaubat kemudian Allah memberikan petunjuk kepada kita. Titik balik inilah yang menjadi sangat penting dan harus dijaga karena bukan suatu kemustahilan kita akan kembali terjerumus dalam perbuatan dosa.

Pada salah satu ceramahnya, Ustadz Nouman mengenalkan suatu doa yang telah Allah ajarkan pada kita melalui Al-Qur’an.

Doa tersebut dinukil dari Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 8. Ada beberapa keistimewaan yang Ustadz Nouman jelaskan pada ceramah singkatnya.

Pertama, doa ini sangat kuat pengaruhnya. Ustadz Nouman mencontohkan satu kondisi untuk membaca doa ini yaitu saat kita melihat orang yang menangis, begitu haru dalam doanya kemudian kita juga ikut merasakan perasaan tersebut lalu ikut menangis dan larut dalam doa.

Ketika kita ingin perasaan tersebut terus hadir dalam doa-doa kita, itulah saatnya kita mengucapkan doa, “Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da idz hadaytanaa wahablana milladunka rahmah, innaka antal wahhab.

Kedua, dari segi diksi kata laa tuzigh (bentuk kata kerja perintah, dalam hal ini permohonan) berasal dari kata zaigh (زيغ) dimana kata az-zaigh berarti condong atau melenceng dari kebenaran. Melenceng di sini tidak berarti 180 derajat, tapi kecondongan yang mungkin kita pun tidak merasakannya.

Hal ini terjadi sedikit demi sedikit sehingga pada suatu ketika kita tidak merasakan sensasi iman pada diri kita, na’udzubillah.

Kemudian, dalam doa kita minta agar hati tidak dicondongkan dalam kesesatan setelah Allah berikan kita petunjuk. Hal yang menarik terlihat dari sisi pembahasan kata hadaytanaa (هديتنا). Kata ganti yang dipakai adalah naa (نا) yang menunjuk kepada kami atau orang yang sebelumnya diberi petunjuk, kenapa kata ganti yang dipakai bukan haa (ها) yang menunjuk kepada hati.

Hal ini karena hati merupakan representasi dari keseluruhan tubuh kita, ketika hati ini sudah diberi petunjuk artinya keseluruhan tubuh ini juga mendapatkan petunjuk.

Selanjutnya dalam doa tersebut kita meminta sesuatu yang sangat spesial. Dapat dilihat dari kalimat “wahablanaa milladunka rahmah”, dalam bahasa arab wahaba (وهب) artinya memberi pemberian yang besar dan kata ladunka (لدنك) artinya sesuatu yang hanya dari sisi Allah, sesuatu yang sangat spesial dan tidak ada seorang pun yang mengetahuinya.

Di sini ustadz Nouman menjelaskan sesuatu yang sangat membuat penulis tertarik. Beliau menjelaskan bagian ini dengan sebuah ilustrasi. Dalam suatu kondisi, ada seseorang yang telah berbuat kesalahan dimana ia mengulanginya terus-menerus, lalu pada satu titik dia kembali ke Allah. Akan tetapi, ia merasa pesimis akan bisa keluar dari siklus tersebut, yaitu siklus berbuat kesalahan kemudian taubat secara berulang-ulang.

Di sini ia memohon pada Allah agar dikaruniai sebuah pemberian secara terus-menerus yang akan memutus siklus tersebut sehingga ia selalu berada dalam kebenaran.

Hal ini menjadi menarik karena tentu setiap kita tidak bisa lepas dari kesalahan dan hanya Allah-lah pemilik hati manusia. Itu sebabnya doa ini penting bagi kita agar Allah memberikan kemampuan bagi kita untuk terus jauh dari kecondongan hati kepada keburukan, sungguh Allah sebaik-baik pemberi.

Pembahasan Ustadz Nouman mengenai ayat ini sangat mempengaruhi penulis, pasalnya penulis juga manusia biasa yang sangat mudah terjerumus dalam kesalahan. Pada satu titik penulis ingin memutus mata rantai siklus taubat kemudian maksiat lagi. Lalu secara tidak sengaja menemukan pembahasan menarik ini dari sebuah penyedia konten video kepada pembahasan tentang ayat ini dan merasakan seakan-akan sudah diarahkan untuk membaca doa ini.

Allahu a’lam, semoga Allah selalu menjauhkan kita dari kecondongan kepada keburukan setelah Allah beri kita petunjuk.

Jakarta, 11 Mei 2017
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
Akhukum fillah,
Brilian Amridin

Referensi video ceramah:
Video ceramah oleh Ustadz Nouman Ali Khan berjudul Keeping the Heart Steadfast diunggah oleh Quran Weekly.

One thought on “[MFA2017] #1 – Ya Allah, Luruskan Aku

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s