[Edisi SSS – Sharing Santai tapi Serius]
Judul: Kompilasi Al-Quran (diambil dari Buku Divine Speech, Ustadz Nouman Ali Khan)
Pengisi Kulwap: Irfan Habibie
Tanggal: 04 Mei 2017
Assalaamu’alaikum.. Bismillah..
KOMPILASI AL-QUR’AN
Setiap kali ada bagian baru dari al-Qur’an yang diwahyukan, Rasulullah segera membacakannya kepada para pengikutnya, dan menjelaskan di mana wahyu baru tersebut ditempatkan di antara surat dan ayat al-Qur’an.
Setelah itu, mereka (para pengikut rasul) akan menghafalkannya dan menuliskannya pada berbagai potongan material atau menyimpannya salinan al-Qur’an secara pribadi, meski tidak utuh. Rasulullah memiliki satu tim juru tulis pribadi yang berjumlah sekitar dua puluh orang.
Hanya saja, semasa hidupnya (Rasulullah), tidak ada kebutuhan menyusun satu salinan utuh dari keseluruhan Quran, karena sudah dihafalkan sebagiannya oleh hampir semua muslim generasi awal dan banyak pula yang menghafalkan keseluruhannya.
Selain itu, memang belum memungkinkan penyusunan seperti itu, karena kenyataannya pewahyuan al-Qur’an masih terus berlangsung secara bertahap sampai sesaat sebelum wafatnya Rasulullah.
Namun segera setelah peperangan Yamamah (633 M) di mana para penghafal al-Qur’an dengan jumlah signifikan terbunuh, muncullah kekhawatiran atas keterjagaannya. Meski pada awalnya ragu, khalifah pertama Abu Bakar memerintahkan menghimpun seluruh salinan al-Qur’an resmi, dengan memberikan tanggung jawab tersebut pada juru tulis nabi yaitu Zaid bin Tsabit.
Meski Zaid telah menghafal keseluruhan al-Qur’an, ia tetap berkonsultasi dengan para saksi yang mempelajari al-Qur’an dari Rasulullah, termasuk manuskrip tertulisnya, untuk memastikan yang ditulisnya benar-benar akurat.
Setelah Islam menyebar ke wilayah baru sekira dua belas tahun, masalah lain muncul, muncul keragaman dalam bacaan (al-Qur’an) orang-orang yang baru masuk Islam. Setelah berkonsultasi dengan para murid Rasulullah yang lain, khalifah Utsman membentuk panitia (yang dipimpin kembali oleh Zaid dan menggunakan naskah Abu Bakar) untuk memperbanyak salinan naskah al-Qur’an terstandar dengan dialek Quraish.
Setelah salinan tersebut tuntas, Utsman mengirimkannya ke berbagai pusat kota wilayah kekuasaannya, beserta para qari terpelajar, dan memerintahkan agar seluruh salinan selain itu dibakar untuk memastikan agar segala kesalahan dan kekeliruan tidak diperbanyak.
Mushaf Utsmani telah diterima semua kelompok umat Islam, (yang usianya kini) melewati empat belas abad dari masa penyusunannya, sebagai naskah yang otentik yang diwahyukan kepada Rasulullah.
Wallahu a’lam bishshowaab..
TAMBAHAN INFORMASI:
Silahkan kalau yang tertarik mempelajari bagaimana Quran dikompilasi di zaman nabi, masa khalifah Abu Bakar dan khalifah Usman bin Affan, bisa tonton ini:
• The Compilation and Preservation of the Qur’an, part 1, Sh Yasir Qadhi:
• The Compilation and Preservation of the Qur’an, part 2, Sh Yasir Qadhi:
SESI DISKUSI
1. Apakah ada penyimpangan Al-Quran? Ini pertanyaan titipan teman saya, maaf jika sebelumnya sudah dibahas di awal. Kenapa Allah tidak mau menurunkan kitab lagi setelah Al-Quran? Kenapa itu yang terakhir? Padahal penyimpangan Al-Quran bisa saja terjadi, seperti kitab-kitab yang lalu.
Jawaban:
Penanggap ke-1:
Mungkinkah ada penyimpangan al-Qur’an?
Penjagaan terhadap al-Qur’an ada dua jenis: Penjagaan lewat tulisan dan penjagaan lewat hafalan. Penjagaan lewat tulisan adalah yang dibahas di atas. Selain itu juga lewat hafalan. Yang cukup penting digarisbawahi adalah penghafalan Quran ini bukan kerja yang sendiri, tapi kerja bareng-bareng. Yang disebut sebagai al Hafidz bukanlah orang yang tuntas menghafalkan al-Qur’an dari mushaf (dengan membaca teks al-Qur’an) sendirian.
Yang paling penting adalah ia pernah menyetorkan hafalannya kepada gurunya, yang mana gurunya tersebut sudah pernah menyetorkan hafalannya ke gurunya lagi dan seterusnya sampai ke Rasulullah. Makanya ada istilah Sanad al-Qur’an yang maksudnya adalah hafalan tersebut sambung menyambung dalam rantai periwayatan yang sampai ke Rasulullah.
Kembali ke permasalahan mungkinkah al-Qur’an ada penyimpangan. Mungkinkah?
Pertama, penulisan al-Qur’an dilakukan di hadapan Rasulullah. Jadi Rasulullah dapat wahyu, dibacakan pada juru tulis. Juru tulis menulis, lalu membacakan tulisanan kepada Rasulullah sehingga Rasulullah dapat mengoreksi.
Kedua, naskah al-Qur’an tuntas ditulis pada masa Rasulullah.
Ketiga, al-Qur’an masih berbahasa aslinya yaitu bahasa Arab, terjemahan al-Qur’an bukanlah al-Qur’an.
Keempat, kompilasi al-Qur’an pada masa Abu Bakar diketahui banyak orang karena dikerjakan di masjid pada masa Islam berkuasa. Kalau ada penyimpangan mudah sekali dikoreksi.
Kompilasi pada masa Abu Bakar sendiri ada detil yang cukup menarik. Zaid walaupun hafal Al Quran tidak menuliskan mushaf berdasarkan ingatannya. Ia hanya mau membuat salinan berdasarkan naskah yang ditulis di depan Rasulullah yang mana naskah tersebut harus memiliki dua saksi.
Itu dari sisi penulisan. Sedang dari sisi penghafalan. Pertama, al-Qur’an dihafal sejak zaman Rasulullah. Kedua, al-Qur’an dihafal oleh banyak orang dan diriwayatkan juga oleh banyak orang, istilahnya mutawatir.
Mari coba kita bandingkan kondisi al-Qur’an tersebut dengan Bibel. Mohon koreksinya ya.
Dari yang saya tahu penulisan Bibel tidak di depan Yesus, tapi mengandalkan “inspirasi” dari tuhan. Naskah Bibel kalau tidak salah baru tuntas sekitar tahun 150 M, Yesus disalib usia 30-an. Bibel yang ada saat ini adalah terjemahan Bibel, yang mana manuskrip perjanjian baru tertua berbahasa Yunani sedangkan katanya Yesus lahir di Palestina dan berbahasa Aramaik. Penulisan Bibel dilakukan secara sembunyi-sembunyi pada masa perburuan oleh Romawi karena Yesus dan pengikutnya dianggap sebagai pengacau negara.
Berdasarkan pemaparan fakta historis di atas, al-Qur’an yang kita baca sekarang masih sama dengan al-Qur’an yang dibaca Rasulullah.
Rasulullah setiap Ramadan setoran hafalan (murajaah) ke Jibril, sekali tuntas. Ramadhan Rasulullah yang terakhir, dua kali setor.
Asumsi ada penyimpangan al-Qur’an justru perlu ditanya balik di sebelah mana dan kapan penyimpangan Quran itu terjadi.
Penanggap ke-2:
Waduh kok penyimpangan Quran 😅
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS An Nisa’: 82)
Kalau kata Ustadz Nouman Ali Khan itu sebenarnya branch question, dan justru root question-nya dahulu yang harus dijawab. Kalau seseorang sudah benar-benar yakin dengan Allah, akhirat dan risalah (wahyu, kitab dan nabi), semestinya pertanyaan itu tidak akan ada sih. Link:
Root question-nya adalah penanya tersebut belum benar-benar yakin dengan Islam sebagai agama yang benar (bukan paling benar). Cuma ya itu, pertanyaan yang lebih fundamental dahulu yang harus di clear kan…
Penanggap ke-3:
Untuk menjaga agar kitab suci itu tidak disimpangkan, kan tidak harus ada nabi lagi, iya gak?
Kalau kita paham betul sejarah teks Al-Quran, tidak akan ragu lagi bahwa Al-Quran itu otentik dan orisinil. Ditambah memelajari isinya, makin mantap keyakinan.
Coba tanya balik ke temannya, kenapa juga harus ada nabi setelah Nabi Muhammad? Saya kalau ada orang yang bertanya, suka ingin tahu rasanya jadi orang yang bertanya.
Penanggap ke-4:
Yang paling utama, temannya didoakan, karena masalah hidayah hak Allah. Mungkin triknya kalau dia lagi galau dengan cobaan hidup, bisa dikasih link kajian NAK tentang bersyukur.
Bisa jadi akar pertanyaannya adalah belum mengenal sejarah Al-Quran. Ada baiknya juga dijelaskan tentang pencatatan Al-Quran, dan juga bagaimana Islam menjaga cara membaca Al-Quran yang khas, seperti Quraisy Arab bukan dengan sembarang intonasi.
Penanggap ke-5:
Ada yang bertanya karena ingin mencari kebenaran. Ada juga yang bertanya karena ingin menguatkan keyakinan. Dan ada juga yang “bertanya” karena ingin mencari pembenaran.
Secara logika, pertanyaan-pertanyaan seperti itu bisa ditanyakan balik. Misalnya ditanyakan balik, “Mengapa harus ada nabi lagi setelah Muhammad (saw.)?”
Secara ilmiah, pertanyaan-pertanyaan seperti itu bisa dijawab dengan bukti-bukti sejarah sebagaimana yang telah dipaparkan di atas.
Namun andai dalam hatinya yang diinginkan adalah pembenaran, niscaya tidak akan akan kenyang dengan segala jawaban yang diberikan. Andai didapati ada penyimpangan misalnya, nanti akan ditanyakan, “Mengapa kitab suci dapat disimpangkan? Apakah Allah Yang Maha Kuasa tidak berkuasa menjaga kesuciannya?”
Bagaimanapun, di sekitar kita banyak situasi seperti ini. Mungkin juga termasuk kita sendiri. Ini yang melatarbelakangi lahirnya Bayyinah.
Penanggap ke-6:
Islam bukan agama yang paling benar, tapi agama yang benar. Karena Islam adalah satu-satunya yang benar. Kalau Islam agama yang “paling benar”, berarti ada agama lain yang benar selain Islam.
Penanggap ke-7:
Orang banyak yang salah kaprah mengira bahwa agama yang dibawa Nabi Musa itu agama Yahudi dan agama yang dibawa Nabi Isa adalah Nasrani. Padahal, agama yang dibawa para nabi sejak Nabi Adam adalah Islam.
Penanggap ke-8:
Setahu saya, penghafalan dan dakwah itu yang bikin Quran terjamin. Muslim selalu punya orang yang bisa menghafal Quran secara penuh kan. Nah saya membayanginya, meskipun misal terjadi diubah kata atau ayat, suatu saat dengan media penyebaran maupun “dakwah baru yang diubah ayatnya” akan terlihat juga oleh penghafal itu. Lagi pula saya yakin jumlah penghafal di suatu generasi lebih dari satu orang. Jadi kemungkinan diubah dan “dibiarkan saja menyimpang berubah hingga permanen”, tidak bisa terjadi. Adanya tahfiz untuk menjaga keaslian Al Quran *terjamin secara mekanisme logis (ikhtiar/ usaha).
2. Kenapa ada beberapa tanda baca berbeda antara Qur’an Ustmani dan Indonesia? Saya belum terbiasa membaca Qur’an Ustmani, lebih terbiasa menggunakan Qur’an Indonesia, karena ada beberapa tanda baca yang saya kurang mengerti. Kenapa ada beberapa tanda baca yang berbeda antara Qur’an Ustmani dan Indonesia? Apakah setiap negara seperti itu?
Jawaban:
Penanggap ke-1:
Justru Al-Quran versi Indonesia dibuat untuk memudahkan. Tetapi jika sudah dipelajari, versi Ustmani menyenangkan kok.
Penanggap ke-2:
Pada masa Rasulullah, Al-Quran itu tidak hanya arab gundul, tapi arab plontos. Sewaktu ada kekacauan akibat keragaman bacaan Al-Quran di daerah-daerah yang jauh, Utsman berinisiatif memperbanyak Al-Quran dengan bertujuan menstandarkan bacaan.
Keragaman ini sebenarnya berasal dari Rasulullah sendiri. Rasulullah mengajarkan Al-Quran dengan berbagai qiraat. Contoh ada yang baca “maliki yaumiddin” ada yang baca “maaliki yaumiddiin“. Nah ini dua-duanya diajarkan Rasulullah. Mushaf utsmani ini penulisannya mencakup kesemua bacaan yang diajarkan Rasulullah.
Ada juga rasm utsmani, ini beda topik. Yang bikin bingung baca itu mushaf cetakan madinah yang menggunakan rasm utsmani. Rasm ini gaya penulisan atau lebih sederhananya lagi jenis font. Ada berbagai gaya cara nulis tulisan arab. Quran paling awal kalau tidak salah ditulis dengan rasm kufi. Silakan googling. Quran jaman sekarang menggunakan rasm utsmani yang dibuat oleh ahli kaligrafi yang namanya Utsman Thoha.
Mushaf Indonesia yang jadul itu menggunakan rasm indopakistan, kayaknya bisa dihubungkan dengan teori islam masuk ke Indonesia lewat gujarat india.
Jadi mushaf utsmani disandarkan pada khalifah utsman, sedangkan rasm utsmani disandarkan pada kaligrafer Utsman Taha. Ada yang “maaliki yaumiddiin“, ada yang “maliki yaumiddiin“. “Ma“-nya yang satu panjang, yang satu pendek. Bacanya yang panjang artinya yang penguasa, bacaan yang pendek itu raja. Kalau menurut Ustadz Saiful Islam, antar bacaan (qiraat) ini walau maknanya agak berbeda tapi dapat berfungsi saling menafsirkan. Wallahu ‘alam.
Qiraat itu variasi/keragaman dalam bacaan yang diajarkan rasulullah yang mana kadang mempengaruhi arti kadang tidak. Ini agak rumit sih. Tapi yang jelas keragaman bacaan ini diajarkan Rasulullah kepada banyak orang, yang diajarkan ke banyak orang lagi. Jadi ini perbedaan yang sah.
Siapa tahu ada yang punya kesempatan naik haji/umrah mungkin akan berkesempatan dengar berbagai bacaan al-Qur’an yang akan dirasa asing. jangan khawatir, insyaaAllah semuanya berasal dari Rasulullah.
Tambahan materi qiraat:
Saya nemu contoh nih, link:
Urutan perawi qiraat yang dipakai di sini (insyaallah):
1. Warsy dari Imam Nafi’ -perbedaan: lafadz maliki
2. Qolun dari Imam Nafi’ -perbedaan: lafadz maliki, shilah mim jama’ lafadz ‘alaihim
3. Qunbul dari Imam Ibnu Katsir -perbedaan: lafadz maliki, pemakaian huruf sin (س) pada lafadz shirath, shilah mim jama’ pada lafadz ‘alaihim
4. Suusi dari Imam Abu ‘Amru -perbedaan: lafadz maliki, idgham huruf mim lafadz ar-rahim ke lafadz maliki ayat keempat
5. Hafs dari Imam ‘Ashim -inilah qiraat yg dipakai mayoritas muslim Indonesia & dunia
6. Khalaf dari Imam Hamzah -perbedaan: lafadz maliki, isymam huruf shad (ص) ke suara zayy (ز) lafadz shiratha, rofa’ huruf ha’ (ه) pada lafadz ‘alaihim
7. Khallad dari Imam Hamzah -perbedaan: lafadz maliki, isymam huruf shad (ص) ke suara zayy (ز) lafadz shiratha ayat keenam, rofa’ huruf ha’ (ه) pada lafadz ‘alaihim
8. Ruwais dari Imam Abi Ja’far -perbedaan: pemakaian huruf sin (س) pada lafadz shirath, rofa’ huruf ha (ه) pada lafadz ‘alaihim
9. Ibnu Wardan dari Imam Abi Ja’far -perbedaan: rofa’ huruf ha (ه) pada lafadz ‘alaihim
10. Riwayat Kisaai -tidak berbeda dengan riwayat Hafs dalam surat Al-Faatihah
3. Sejarah Penulisan Al-Quran? Dari yang saya tahu dari shirah nabi, penulisan Quran ke dalam bentuk mushaf baru dilakukan di zaman kekhalifahan Umar bin Khatab?
Jawaban:
Penanggap ke-1:
Sejak zaman Rasulullah udah ditulis. Yang Abu Bakar lakukan adalah penyalinan dan pengumpulan terhadap tulisan terserak di para sahabat yang ditulis di depan Rasulullah. Jadi sudah ditulis tuntas pada masa Rasulullah hidup. Cuman terpisah pisah. Ada yang beberapa surat, ada yang beberapa juz.
4. Kenapa Al-Quran dalam Bahasa Arab. Kenapa Al-Quran diturunkan dalam Bahasa Arab?
Jawaban:
Penanggap ke-1:
Dari segi tata bahasa bahasa arab itu paling kaya dan akurat. Ada dalam lecture Nouman Ali Khan dalam link ini:
——————-
Yuk bantu dakwah kami! Donasi pengembangan media dakwah NAK Indonesia: https://kitabisa.com/nakindonesia
Kak punya stok atau buku Divine Speech yang dijual gak? Kalau ada saya mau beli.
Bbrp bulan yang lalu sudah nyoba order dari luar tapi gak bisa gara-gara covid.
LikeLike
Maaf, dari NAK Indonesia gak jual buku Divine Speech.
LikeLike