Kulwap SSS (03 April 2017)
Tema: Bahasan QS Al-Muzzamil ayat 8
Sumber: Lecture Nouman Ali Khan dalam video Leadership Workshop di Bayyinah TV
Pengisi Kulwap: @aryabimac
Assalaamu’alaikum.. Bismillah..
Rabb-ishrah li sadri, wa yassir li ‘amri, wah-lul ‘uqdatam-min-li-saani, yaf-qahuu qawlii
Dalam surat Al-Muzzammil ayat 8, Allah memerintahkan Rasulullah (saw.):
وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا
“Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (terjemahan Depag)
Menarik jika kita lihat penggunaan kata تبتل [tabattal] dan تبتيلا [tabtiilan] dalam ayat tersebut.
Dalam ilmu shorof (morfologi bahasa Arab), kata “tabattal” dan “tabtiilan” berasal dari akar kata yang sama, yakni “ba-ta-la“. Maknanya “mencurahkan perhatian“, atau “beribadah“.
Bedanya, “tabattal” adalah bentuk kata turunan yang memberi tambahan makna bahwa pekerjaan tersebut dilakukan secara bertahap dan terus-menerus.
Dalam ayat di atas, kata ini berbentuk perintah (fi’il amr). Kata dasarnya “tabattala“. Kombinasi shorof-nya adalah “tabattala-yatabattalu-tabattulan“.
“Tabattulan” adalah pasangan mashdar (verba nomina) dari “tabattala“. Dalam bahasa Arab, biasanya digunakan pasangan mashdar yang sebentuk dalam suatu kalimat. Jika mengikuti ini, seharusnya kalimat di atas menjadi “wa tabattal ilaihi tabattulan“. Maknanya sebagaimana terjemahan Depag, “beribadahlah pada-Nya dengan penuh ketekunan“. Tekun berarti bertahap, terus-menerus, pantang menyerah.
Allah tidak menggunakan itu. Ia menggunakan bentuk lain yakni “tabtiilan” yang merupakan mashdar dari “battala“. Kombinasinya “battala-yubattilu-tabtiilan“. Bentuk turunan ini memberi makna bahwa si pelaku membuat objek lain melakukan pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, “battala” bermakna “membuat orang lain beribadah“.
Dalam ayat di atas, Allah berkata, “wa tabattal ilaihi tabtiilan“. Pendekatan maknanya, “Beribadahlah pada-Nya dengan penuh ketekunan, niscaya itu akan membuat orang lain ikut beribadah“.
Kita dapat memetik pelajaran bahwa lakukanlah amal shalih apapun yang bisa kita usahakan secara tekun dan konsisten. Niscaya itu akan menarik dan menginspirasi orang lain untuk juga ikut dalam beramal shalih.
Wa-llahu a’lam..
SESI DISKUSI
Penanggap ke-1:
Sedikit tapi membekas ya… Jadi berubah motivasi beribadah. Kalo mau mengajak org beribadah, ya diri sendiri aja dulu beribadah dengan benar. Nanti Allah bukakan jalan hidayah untuk org tersebut lewat kita. Baru2 ini saya merasakannya, dan lagi-lagi, janji Allah itu benar. Allahu Akbar… 😊😊
Penanggap ke-2:
Saya sedikit cerita yang berkaitan dengan amal shalih yg bisa menginspirasi orang lain. Jadi di masjid deket rumah itu ada satu orang, agak kesulitan dalam berbicara, dia pedagang roti bakar.
Tapi Masha Allah…kalau berjamaah di masjid paling wangi, paling bagus baju nya….ngalah-ngalahin ‘orang besar’ yg berjamaah disitu juga. dan itu sempat menampar saya pribadi juga. Alhamdulilah skrg udah rada wangi dan rada rapih kalo berjamaah
Penanggap ke-3:
Aku punya teman, orangnya gampang banget utk ngasih. Waktu safar berdua, di jalan yang sepi terus ada pemulung, dia gak takut ngasih, dan keinget aja kalau dia ada roti di tas.. Kalau ketemu dia, dia pun pasti bawa sesuatu untuk aku, entah makanan atau barang. Kayak kemarin ke KL, dia ngegojekin aku kacang mede. Karena terbiasa sama dia, jadinya sedikit kepingin ngikutin dia. Karena rasanya dikasih surprise ternyata berasa kayak ada firework di dada, seneng gimana gitu.
Hal-hal casual kayak gini bukan cuma solat, puasa, dll. Itu juga dinilai ibadah sama Allah. How sweet.. Gambaran kalau being muslim sebenarnya gak ada waktu nganggurnya, PR dan kerjaan baiknya banyak.
Penanggap ke-4:
Saya terbiasa bilang terima kasih, belajarnya dari teman SMA. Yang khas dari teman saya itu bilang terima kasih pada siapapun untuk hal yang sekecil apapun. Nular deh ke saya.
Dan luar biasanya ketika kebaikan itu menular pada sekian orang, multiplier effect-nya kembali pada orang pertama.
Penanggap ke-5:
Saya pernah dengar kajian NAK di bayyinah TV, di bagian Quran for Young Adults. Jadi Ustad Nouman cerita, ada muslim yg suka nge-gym, dan tempat gym disitu campur dengan wanita non-muslim yg nge-gym juga. Jadi si pemuda itu pasti nunduk liat perempuan di tempat gym nya. Akhirnya perempuan tersebut menjadi penasaran kepada pria tersebut menghindar tidak mau menatap. Lalu dijawab oleh pria tersebut bahwa melihat aurat non-muhrim itu dilarang. Akhirnya perempuan itu penasaran, dan ujung-ujungnya masuk Islam.
Kalau sepemahaman saya, yang namanya dakwah itu bukan hanya dalam bentuk orasi, tulisan atau apapun. Cukup kerjakan saja apa yang diajarkan dalam Quran dan sunnah, dan tidak usah malu ditunjukan di depan umum. Kalau kata NAK, karena ajaran Islam itu sesuai fitrah penciptaan manusia, pasti ruh-nya bereaksi apabila diberi contoh yang benar.
Saya ada satu cerita lagi. Jadi temen saya ini anak kedokteran, dan temen sejurusannya non-muslim. Temannya itu curhat: “Aku piye ya, sa? Ga ada yang mau sama aku?”. Lalu temenku jawab: “Ya udah sibuk perbaiki aja. Orang baik nanti pasti diketemukan dengan orang baik. Orang buruk ketemu yg buruk.”
Temannya bertanya balik: “Kok bisa gitu ?”. Temanku menjawab: “Iya itu ada di ajaran agamaku”. Semenjak itu temannya menjadi penasaran dan membuka Quran.
Penanggap ke-6:
Kalau seseorang udah dicap ahli suatu amalan, misal ahli tahajud, jika suatu waktu bolos ga tahajud, tetap dicatat pahala tahajud katanya ya. Direkaman Ustadz Hanan kalau tidak salah yang judulnya “Jangan Kasih Kendor”. Istiqomah bertahun tahun melakukan suatu amalan. Bonus pahala juga dari orang-orang yang terinspirasi mengikuti, akan mengalir terus.
Hadisnya: “Jika seorang ahli ibadah jatuh sakit atau safar, ia tetap diberi pahala ibadah sebagaimana ketika ia sehat atau sebagaimana ketika ia tidak dalam safar.” [HR. Bukhari]
Penaggap ke-7:
Maaf sedikit ke luar topik. Terjemahan Depag kadang agak beda dengan yang di jabarkan Ustad Nouman Ali Khan. Contoh dalam video berikut:
Misalnya pada pembahasan surat Ibrahim ayat ke 7 ini. Terjemahan Depagnya seperti ini
Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih
Perbedaan paling mendasarnya ada di hubungan kata sebab akibat jika dan maka seperti diatas,
Kalau pembahasan Ustad Nouman Ali Khan, untuk orang yang tidak bersyukur tidak ada korelasi hubungan jika dan maka nya. Jadi kira-kira penafsiran nya seperti ini:
Jika kamu tidak bersyukur *…..* (asal kamu tahu saja), azabku sangat pedih
Tidak ada kata ‘maka’ karena tidak ada kata ‘fa’ di sana.
Wallahualam yg tepat yg mana, tanpa mengurangi rasa hormat kepada siapapun 😊
Penanggap ke-8:
Pertanyaan-pertanyaan lain sudah banyak yang saling sharing. Mungkin saya coba nanggapi pertanyaan berikut:
T: Terjemah depag itu keliru atau emang tercakup pada ayat itu?
J: Insyaallah gak ada yang keliru. Di terjemahan versi Quraisy Shihab juga sama seperti itu. Di versi2 bahasa Inggris juga sama. Mungkin seperti itu makna yang lebih benar.
Saya pribadi belum nemu penjelasan yang serupa dengan Ustadz NAK. Tapi saya merasa beliau juga benar karena kaidah bahasa Arab-nya memang umumnya seperti itu, dan penjelasannya benar-benar menakjubkan.
Lost in translation ya istilahnya.
Yang menarik, Allah juga banyak menerjemahkan ucapan-ucapan dalam kisah nabi-nabi terdahulu ke dalam bahasa Arab. Padahal mereka tidak berbahasa Arab. Pertanyaannya, apakah juga ada lost in translation di sana?
Nanti akan dijelaskan di kulwap tentang Divine Speech. insyaallah. 🌼
Penanggap ke-9:
Bukan hanya bahasa. Bahkan penokohan dalam Al Quran pun juga diterjemahkan Allah ke dalam bahasa Arab. Contoh paling gampang, di dalam kisah Nabi Musa, raja yang memerintah Mesir dalam bahas Arab dinamakan Firaun, sedangkan nama aslinya pada zaman itu adalah Ramses II.
Istrinya dikisahkan dalam banyak hadist Nabi sebagai Asiyah. Namun nama sebenarnya menurut sejarah budaya Mesir adalah Nefertari.
Yuk bantu dakwah kami! Donasi pengembangan media dakwah NAK Indonesia: https://kitabisa.com/nakindonesia
Alhamdulillaah. Jazakallah khair. Bisakah bermakna, selain kita beribadah sendiri dengan tekun, bertahap, sungguh2 serta mengajak juga orang lain untuk beribadah dengan sungguh2, bertahap, dn tekun. Sy kira menginspirasi saja tidak cukup, butuh mengajak orang lain. Apalagi kalau kita bukan menjadi inspirasi teman kita… Hee…
LikeLike