Kulwap: Kajian Ustad Nouman Ali Khan (16 April 2017)
Tema: Facing Calamity with Iman (Menghadapi Ujian Dengan Iman)
Referensi: Ustadz Nouman Ali Khan
Bayyinah TV (Quran fo Young Adults Day 3 Session 1)
Pengisi Kulwap: Agung
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bismillahirrahmanirrahim.
MUQODIMAH
Setiap manusia pasti pernah mengalami yang namanya ujian dalam hidup. Kalau kata Aa Gym, Hidup ini sebenarnya cuma peralihan saja dari ujian kesenangan ke ujian kesulitan, lalu balik lagi menghadapi ujian kesenangan dan terus berulang dan berputar seperti itu selama kita hidup.
Yang menjadi penilaian dari Allah adalah bagaimana kita menyikapi ujian tersebut. Khusus untuk ujian hidup yang berupa kesulitan, biasanya kita di Indonesia menyebut nya dengan kata ‘Musibah’ yang memang berasal dari bahasa Arab.
Kata Musibah berasal dari kata ‘Asabah’ yang berarti ‘tepat mengenai sasaran’. Hal ini memberikan kesan bahwa segala kesulitan yang ditimpakan kepada manusia, memang sudah tepat sesuai dengan yang Allah rencanakan. Kejadian buruk yang menimpa mu tidak akan mengenai orang lain, tidak mungkin juga terjadi di waktu yang lain. Memang sudah tepat mengenai sasaran seperti yang Allah sudah Allah rencanakan untuk mu untuk terjadi di saat ini.
“Tapi kok Allah iseng banget ya? Kok kejam banget manusia diciptakan tapi untuk di uji-uji? maksudnya apa coba?“
“Ya Allah, saya setidaknya masih solat tapi kok diberi ujian kaya gini? Tapi kenapa mereka yang kafir justru Engkau beri kemudahan, dan bahkan bukan hanya kafir tapi sebagian dari mereka pun terus saja tenggelam dalam maksiat, tapi kok sepertinya hidupnya diberi enak banget ya? Bukankah Engkau Al-Adl (Yang Maha Adil)?“
“Yang saya alami ini, sebenarnya apakah ujian dari Allah, karena ulah saya sendiri atau ini hukuman dari Allah ya? Dosa apa yah kira-kira kalau seandainya ini hukuman dari Allah?“
Jujur, pertanyaan-pertanyaan kurang ajar seperti diatas pernah melintas di kepala saya dulu, sebelum satu per satu akhirnya terjawab melalui kajian Ustadz Nouman Ali Khan. Dan Insha Allah, 3 pertanyaan inilah yang akan jadi bahasan di SSS kali ini.
PEMBAHASAN
1. Kesulitan ini sebenernya Ujian dari Allah, Hukuman dari Allah, atau kesalahan saya sendiri ya? Gimana membedakannya?
Ustadz Nouman Ali Khan pertama-tama membahas terlebih dahulu, bagaimana sih caranya membedakan apakah masalah yang kita hadapi itu adalah ujian dari Allah, hukuman dari Allah atau ini karena kesalahan yang kita perbuat sendiri.
Di awal terjadinya perang Uhud dulu, kaum Muslimin saat itu merasa sudah memenangkan peperangan, namun kemudian mereka lengah dan mendapatkan serangan balik dari kaum Musrikin Quraish yang saat itu dikomandoi oleh Khalid Bin Walid yang belum menjadi Muslim. Mereka pun kocar-kacir. Allah mencatat ucapan mereka di dalam Al-Quran saat mereka merasakan kekalahan itu :
“…..kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini? Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Surat Ali Imran ayat ke-165)
Di kajian nya yang lain yang berjudul ‘Punishments versus Tests’ ustadz Nouman Ali Khan menjabarkan, bahwa dari ayat ke-165 surat Ali Imran tersebut sebenarnya bila Allah mau, bisa saja kekalahan itu tidak terjadi, Dia bisa saja menghentikan musibah yang akan terjadi karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, tapi Allah biarkan hal itu terjadi.
Kekalahan ini terjadi karena kelengahan barisan pemanah di perang Uhud yang tidak mau mengikuti garis komando pimpinan nya. Maka dari sini bisa diambil kesimpulan, bahwa sesuatu yang tidak mengenakan yang menimpamu, bisa saja itu memang karena ulah yang kamu perbuat sendiri.
Ustadz Nouman memberikan contoh dari nasib buruk yang terjadi karena ulah kita sendiri. misalnya saja ketika bahan bakar di mobil kita habis, kita yang seharusnya mengisinya dengan bensin, tapi justru malah campur dengan air, jika terjadi hal seperti ini maka kamu tidak boleh menyalahkan Allah kalau mobilmu kemudian mogok di tengah jalan. Ini bukan ujian dari Allah, ini bukan hukuman dari Allah, Ini jelas kesalahanmu sendiri.
Sama halnya apabila seseorang yang hobi makanan manis dan gorengan padahal tau dampak buruknya, maka janganlah menyalahkan Allah apabila di usia tua nya kelak dia terkena penyakit diabetes dan kolesterol tinggi. Itu bukan ujian, itu kesalahanmu sendiri yang gak mau menjaga makan.
Berkaitan dengan kata ‘asabah’ tadi, Musibah yang menimpa kita memang ada yang sudah Allah gariskan menimpa kita, sebagaimana dalam Firman-Nya dan dalam hadis berikut ini berikut ini:
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah.” (Surat At Taghaabun ayat ke-11)
“Allah telah mencatat takdir mahluk 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.“ [HR Muslim]
Lalu bagaimana dengan Hukuman dari Allah? Apakah ada yang disegerakan di dunia?
Allah berfirman dalam Al-Quran: “Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As Sajdah ayat ke-21)
Nah sekarang, bagaimana dong membedakannya? Apabila kita menghadapi sebuah kejadian yang tidak mengenakan.
Untuk mengidentifikasi kalau sebuah kejadian buruk itu karena ulah kita sendiri sebenarnya sangat mudah. Dengan menggunakan common sense kita saja sudah bisa merasakannya. Jangan karena kamu sudah merasa solat Subuh, lalu kamu akan kepedean merasa tangan kamu tak akan terbakar apabila dimasukan ke dalam api. Itu tak akan terjadi.
Yang agak sulit untuk dibedakan adalah antara ujian dan hukuman dari Allah. Bagaimana cara membedakan ujian dan hukuman dari Allah? Menurut Ustadz Nouman, tidak ada yang tau pasti bagaimana membedakan keduanya ini. Tapi ada salah satu cara yang dapat membantu kita akan hal ini. Di dalam sebuah Hadis Qudsi, Allah mengatakan bahwa “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku“.
Misalkan saja, di suatu hari, kamu tidak solat Subuh, dan di hari itu pula kamu melakukan wawancara kerja, dan wawancaramu di hari itu hancur lebur. Apakah ini ujian? Atau ini hukuman keduanya bisa jadi benar, sekarang tinggal bagaimana prasangkamu.
Kalau setelah menerima kegagalan itu kamu berprasangka bahwa kerjaan tersebut memang tidak cocok bagimu, dan Allah akan siapkan yang lebih baik, maka bisa jadi itu memang ujian dari Allah. Tapi apabila kamu melakukan dosa yang cukup berat dan merasa itulah penyebab kejadian burukmu itu, maka bisa jadi itu penyebabnya. Semoga kita selalu berprasangka baik kepada Allah.
Kata Ustadz Nouman, sebagian orang tua sering menggunakan ‘hukuman Allah’ sebagai senjata baginya. Misalkan saja anaknya tidak patuh padanya, maka orang tua seringkali dengan mudahnya mengatakan:
“Allah akan marah kepadamu, tunggu saja hukuman dari-Nya.“
Padahal kalau anaknya tertabrak mobil dia tidak rela, kok bisa-bisa nya dia mau anaknya kena hukuman Allah. Dan kalau kejadian buruk menimpa anaknya, dia dengan yakin bahwa ini adalah hukuman dari Allah. Padahal belum tentu. Hanya diri nya sendiri lah yang bisa memperkirakan apa yang kira-kira terjadi, bukan orang tuanya, bukan orang lain.
Kalau seorang anak selalu dididik tidak seimbang dengan hanya mengatakan, “Nanti Allah marah…. Nanti Allah marah…. Hati-hati dengan hukuman Allah,” maka jangan heran bila di kemudian hari si anak akan sulit percaya kalau Tuhannya itu Yang Maha Penyayang.
Seandainya kita berbuat dosa pun, yang seharusnya kita lakukan adalah dengan beristigfar dan segera bertaubat kepada-Nya, bukan menantikan hukuman dari Allah dan mengartikan segala kejadian buruk sebagai hukuman dari Allah. Berprasangka baik terhadap Allah adalah kuncinya.
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman?“ (An-Nisaa ayat ke-147)
2. Kenapa ya Allah Memberikan ujian pada Hamba-Nya? Maksudnya apa?
Dulu ketika saat akhir SMA, saat sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan diri untuk masuk ke jenjang kuliah. Setiap hari yang ada hanya belajar belajar dan belajar demi mendapat nilai bagus agar bisa masuk ke kampus favorit.
“Ahh seandainya masalah ini cepet beres, seandainya cepet keterima kuliah, bakal enak banget idup ini kayanya, udah enek banget rasanya liat buku kumpulan soal ini.“
Dan ternyata setelah masuk kuliah, ternyata enggak bebas dari masalah juga. Mulai dari menghadapi dosen killer, harus nginep di lab, rebutan KRS buat menghindari dosen pelit nilai dll.
“Ahh seandainya bisa cepet lulus, enak kayanya ya bisa punya uang sendiri, hidup kaya nya bakal lebih selow deh.“
Begitu sudah lulus dan bekerja, ternyata enggak bebas dari masalah juga. Masalah baru selalu ada saja. Hal ini memang sudah sesuai dengan Firman Allah:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (Surat Al Balad ayat ke-90)
Masalah memang bagian dari hidup, suka gak suka pasti ada aja masalah. Kalau kata Aa Gym, yang salah itu bukan masalah nya, tapi bagaimana cara kita menyikapi masalah itu. Jika seorang murid gagal dalam mengikuti Ujian Nasional, maka yang salah itu bukan soal ujian nya, tapi salah si murid karena ga bisa menjawab pertanyaan nya.
Salah dalam menyikapi masalah, itu yang salah.
Setiap yang Allah ciptakan itu pasti ada manfaatnya, termasuk masalah, maka masalah pasti ada manfaat nya untuk kita. Lalu apa yah manfaat dari di uji ini bagi kita sebagai manusia?
Menurut Ustadz Nouman Ali Khan, salah satu manfaat dari masalah yang ada itu dijelaskan dalam ayat berikut ini:
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya (ketenangan). Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Surat At Taghaabun ayat ke-11)
Masalah yang menimpamu memang sudah Allah desain, atas ijin-Nya pasti menimpamu. Masalah merupakan salah satu cara Allah untuk memberikan sebuah ‘hadiah’ yang tak bisa dibeli dengan uang. Dan ‘hadiah’ itu adalah hati yang tenang yang diberi petunjuk oleh Nya.
Orang miskin gak punya uang, bisa stress. Tapi orang kaya yang punya banyak uang pun sama saja, bisa stress juga bila terkena masalah. Padahal mereka hidup mewah dan uang melimpah. Kok bisa stress ya padahal banyak duit? Berarti bukan di uang inti persoalannya.
Sering banget kita melihat berita para penyanyi papan atas luar negeri yang meninggal karena overdosis, kasus paling anyar mungkin kasus nya Ridho Roma yang tertangkap menggunakan Narkoba. Apa sih yang sebenarnya mereka inginkan dari mengkonsumsi obat-obatan seperti itu? Mereka menginginkan ketenangan. Mereka tidak kuat dalam menghadapi masalah hidup, They tried to find the inner peace.
Akan tetapi, ‘hadiah’ dari Allah ini memerlukan satu syarat. Seperti yang disebutkan di Surat At Taghaabun ayat ke-11 tadi, agar Allah memberikan ketenangan ini maka dibutuhkan rasa percaya (iman) pada Allah, yakin bahwa yang ditakdirkan oleh Allah itu yang terbaik untuk kita. Apabila kita bisa percaya pada Allah di saat kita menghadapi kesulitan itu, maka Allah akan berikan hadiah berupa ketenangan di hati mu. Sesuatu yang amat mahal yang tak bisa dibeli dengan uang.
Pasti pernah kan kita sudah banyak berdoa tapi yang kita pinta belum dikabulkan? Saya yakin anda pun pernah. Awalnya mungkin terasa gak enak karena yang kita dapatkan tak sesuai dengan yang kita inginkan. Tapi cobalah jujur pada diri sendiri dan tengoklah lagi kebelakang, kalau dipikir-pikir lagi, apa yang Allah berikan untuk kita setelah kita berdoa memang sejatinya pilihan yang lebih baik untuk kita.
3. Saya masih solat, tapi kenapa diberi ujian sulit seperti ini? Tapi mengapa dia yang kafir dan selalu bermaksiat Engkau berikan kemudahan di hidupnya?
Saya pribadi pernah mengalami ego problem seperti ini. Merasa diri lebih superior dari pada orang lain.
“Kayanya dia solatnya jarang-jarang deh, tapi kok kayanya hidupnya enak banget ya?”
Kalau seandainya tingkat kesulitan dalam hidup ini linier dengan tingkat ketakwaan, maka orang-orang seperti Maryam seharusnya tidak akan pernah mengalami tuduhan berzina, Nabi Yusuf seharusnya tidak akan mengalami ujian dibuang oleh saudaranya sendiri dan dijadikan budak sewaktu ia kecil, dan manusia terbaik seperti Rasulullah SAW seharusnya tidak akan pernah mendapat ujian di lempari batu di Thaif.
Maka sesungguhnya pertanyaan seperti di atas itu tidaklah pantas untuk ditanyakan, karena itu sudah merupakan haknya Allah, sudah ketentuannya Allah. Sudah ketetapan Allah kepada siapa Dia berikan kenikmatan lebih dari pada yang lainnya.
Yang jadi masalah adalah, karena kurangnya rasa syukur sehingga bisa muncul pertanyaan seperti itu. Justru rasa syukur terhadap cobaan ini lah yang perlu kita pahami. Kita mungkin kurang bersyukur menerima cobaan.
Ustadz Nouman Ali Khan di dalam kajiannya di Bayyinah TV (Quran For Young Adults Day 3 Session 1) pernah memberikan salah satu tips agar kita mudah bersyukur. Ustadz Nouman Ali Khan berkata:
“Kapan kita bisa bersyukur? Kita bisa bersyukur apabila kita merasa mendapatkan sesuatu yang seharusnya tidak layak kita dapatkan.“
Analogi mudahnya saya buatkan seperti ini …..
Dulu pas SMA, pasti pernah kan kita rasanya gak bisa ngerjain soal ujian, Remedial deh kayanya ini. Dan celakanya adalah, Pak Guru justru membagikan hasil ujian dengan cara menyebutkan nama kita beserta nilainya di depan kelas. Malu abis kan kalo nilai nya jelek.
“Yang saya panggil namanya harap maju ke depan dan ambil kertas hasil ujiannya.“
“Budi …… 40.“
“Siti….. 50.“
“Agung…. 70.“
Padahal dalam hati yakin banget bakalan remed, karena yakin banget mentok-mentok paling cuma dapet 50, tapi ternyata saya dikasih nilai 70. Dan di saat seperti itu, saya yakin pasti mudah terucap ungkapan syukur, “ALHAMDULILLAHI ROBBILALAMIN…. MAKASIH YA ALLAH,” sambil dikecupin tu kertas hasil ujian. Karena saya mendapatkan sesuatu yang seharusnya tidak layak saya dapatkan.
Kita mungkin pernah merasa lebih pantas mendapatkan cobaan yang lebih mudah, karena kita merasa orang itu kafir, atau mungkin dia jarang solat. Tapi kita mungkin lupa bersyukur dengan cobaan yang kita hadapi…..
Loh kok bersyukur dengan cobaan?
Iya…. karena yakinlah…. di belahan bumi yang lain saat ini, pasti ada orang yang tingkat ketakwaannya jauh lebih tinggi dari pada kita, tapi justru ia diberi tingkat cobaan yang begitu sulit. Mungkin orang-orang yang saat ini tinggal daerah perang di Jalur Gaza, yang lisannya tak pernah lepas dari pada zikir mengingat Allah, lebih pantas untuk bisa menikmati kehidupan damai dengan kasur empuk seperti yang kita nikmati saat ini.
Maka bersyukurlah dengan cobaan hidup yang kita hadapi saat ini, dinikmati saja. Karena kalau seandainya tingkat kesulitan hidup ini linier dengan tingkat ketakwaan kita, maka seharusnya ada orang lain yang lebih takwa yang lebih pantas menikmati kehidupan seperti yang kita miliki saat ini, yang cobaannya tidaklah seberat mereka.
PENUTUP
Setiap yang Allah ciptakan untuk kita itu pasti baik, termasuk cobaan hidup. Dia lebih sayang kepada kita dari pada ibu kita sendiri. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah lebih sayang kepada hamba-Nya, melebihi sayangnya ibu ini kepada anaknya.” [H.R Bukhari & Muslim]
Kita mungkin pernah berkeluh kesah dan merasa tidak enak dalam menghadapi cobaan hidup ini. Memang tidak enak, tapi yakinlah cobaan itu baik untuk kita. Seperti layaknya seorang ibu yang mengimuniasi bayinya. Si bayi mungkin telihat seperti disakiti karena harus disuntik, tapi sebenarnya hal itu baik untuk si Bayi. Allah lebih sayang padamu dari pada ibumu sendiri. Ia beri ujian hidup supaya kita diberi kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan Nya, di beri ketenangan di dunia dan mendapatkan kesenangan abadi di Surga Kelak.
Semoga kita selalu dapat berprasangka baik kepada Allah dan selalu bersyukur atas segala apa yang diberikan oleh Nya, termasuk segala cobaan hidup.
Wallahualam Bissawab.
Mari kita tutup dengan doa akhir majlis:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Yuk bantu dakwah kami! Donasi pengembangan media dakwah NAK Indonesia:
https://kitabisa.com/nakindonesia
SESI DISKUSI
Penanggap 1:
• Klo saya biasanya klo dikasih ujian hidup, gak pernah bingung ini adzab atau ujian biasa krn saya gak mau kepedean gak punya dosa. Jadi, klo dpt ujian itu harusnya disikapi pertama kali dg istighfar. Ah jadi ingat materi ttg istighfar dari ust Hanan Attaki, Lc. 😭
• Tapi menurut Al-Quran saya lupa ayat yg mana 🤔 klo orang kafir yg dikasih musibah, itu udah pasti adzab. Gak ada cobaan yg merugikan bagi seorang muslim, jika justru cobaan itu membuat kita dekat dgn Allah.
Penanggap 2:
• Ada 3 jenis musibah:
1. Ujian
– Musibah yg diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman untuk menguji seberapa besar keimanan dan ketaqwaan mereka.
– Hasil akhir dari ujian adalah untuk meningkatkan derajat keimanan dan ketaqwaan di mata Allah SWT.
– (Q.S. Al Anbiya ayat 35, Al Baqarah ayat 155, dll.)
– Contoh : ujian yang di berikan kepada Nabi Ayyub a.s.
2. Teguran/Peringatan
– Musibah yang diperuntukkan bagi orang-orang beriman namun lalai dan lupa pada perintah Allah SWT sehingga Allah memberikan mereka musibah agar menjadi peringatan utk kembali ke jalan Allah SWT.
– Hasil akhir dari teguran adalah untuk mengembalikan hamba yg berdosa ke jalan yang benar/lurus dan sekaligus sebagai penghapus dosa.
– (Q.S. Asy Syura ayat 30)
– Contoh: Musibah paceklik (musim kering) yang menimpa masyarakat Mesir di zaman Nabi Yusuf a.s.
3. Azab
– Musibah yang diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, terjadi baik di dunia maupun di akhirat.
– Hasil akhir dari azab adalah untuk menghukum orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah SWT atau yang bermaksiat kepada Allah SWT.
– (Q.S. Hud ayat 16, As Sajadah ayat 21, dll).
– Contoh: Azab untuk kaum Nabi Luth yang kafir, azab untuk kaum nabi Nuh yang kafir.
Kita sebagai orang beriman insya Allah termasuk salah satu dari 2 kategori di atas, apabila diberi musibah, apakah itu berupa ujian atau teguran. Tinggal kitanya pandai-pandai bermuhasabah dan menghitung-hitung diri.
• Ada 1 hadits yg paling saya sukai yg berkaitan dengan musibah:
o “Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “Dunia adalah penjara bagi orang yg beriman dan surga bagi orang kafir.” (H.R. Muslim No. 2392).
o Imam Ahmad bin Hanbal pernah ditanya oleh muridnya tentang kapan waktu beristirahat itu. Beliau menjawab, “Waktu beristirahat yang sesungguhnya adalah saat engkau telah menginjakkan kakimu di surga”.
• 2 nasihat di atas punya pesan yang sama, yaitu bahwa selama kita masih hidup di dunia ini, masalah atau musibah tidak akan berhenti diberikan oleh Allah SWT karena itu adalah sebuah keniscayaan kita sebagai orang yg beriman. Justru dengan adanya masalah atau musibah itulah sebagai penentu kita akan kemana setelah ini, surga atau neraka.
Penanggap 3:
• Masalah hidup sebenarnya semua ada di Al Quran dan hadist. Semua udah diatur di sana. Masalahnya ya manusia ya excusenya. Klo kata Aa: klo susah jalanin hidup, yg susah itu bukan soalnya tp kita salah nulis kunci jawabannya. Dan aku rasa ketika permasalahan hidup begitu banyak, kita harus ambil jeda sebentar dari hiruk pikuk dunia. Kita kumpul sama teman2 yg saling mengingatkan dan banyak2 istighfar.
• Waktu itu ada yg nanya ke Aa, apakah hal yg didapatkan itu azab atau bagian dari pengampunan dosa, Aa jwb: gak usah mikirin itu. Perbanyak tobat aja.
• Hudznuzon. Percaya bahwa Allah gak mungkin sedikitpuuuun ada niat jahat ke kita. Percaya bahwa apa yg terjadi di kita itu pasti takdir terbaik. Pasti.
Gak ada cobaan yg merugikan jika justru cobaan itu membuat kita dekat dgn Allah. Ketika ada masalah, sebisa mungkin isi hati dgn tauhiid. Kelak Allah akan tunjukkan hikmahnya.
Penanggap 4:
• Kalau saya jujur dulu kalau ada masalah emang ada rasa tidak enak…karena saya ngerasanya itu lebih karena kurang nya ilmu sih….jadi bukan ke ujian atau adzab….Alhamdulillah kalau sekarang setelah coba banyak nonton video lebih selow kalau ada masalah
• Dulu saya jg pernah blaming kenapa begini dan begitunya. Merasa paling menderita dan ga adil. Padahal udh dikasih tahu dlm agama bgmn, tp ttp aja ngeyel. Smp satu wkt, tmn serumah cerita ttg perjalanan hidupnya saat kumpul perpisahan. Saya malu sekali, krn dibandingkan beliau saya mah ga ada apa2nya. Sejak hr itu, Insya Allah saya usahakan bgt utk ga pernah mengeluh ttg apapun. Baru kerasa bgt Allah kasih ujian itu memang benar2 sesuai kemampuan hambaNya. Kalau saya jd tmn saya, sepertinya ga akan sanggup.
Penanggap 5:
• Pas banget Lagi abis denger kajian ust hanan attaki yg isinya kurang lebih sama soal istidraj. Bahas kalo kita ada dengki sama org lain itu asalnya karena kita membandingkan nasib org beriman dng nasib orang yg tidak beriman sama sama sama dng standar dunia. Padahal matematikanya beda klo sama org beriman. Balasannya di akhirat semua. Karena menurut Allah dunia ga berharga makanya ga dikasih ke org beriman.
Penanggap 6:
• Kalau saya merefleksi ke diri sendiri, kalau masalah itu trjadi krn diri sendiri. Misal Badan ga fit, krn memang ga prnh nyempatkan olahraga, dll dll. Sunnatullah polanya begitu. Dan somehow jd lebih nenangin ke diri sendiri jg sih. Terus jdnya berdoa sm Allah minta kemudahan, tp malu jg (ngerasa ga tahu diri krn usaha blm maksimal), tp kalau bkn sm Allah ke siapa lagi?
Penanggap 7:
• Buat saya, yg paling bikin sedih tuh klo ujian hidup malah nambah dosa atau gak taat. Ini membuat saya selalu berdoa di Al-Baqarah ayat tetakhir.
• Al-Baqarah 286 yang nguatin saya kalau lagi ada masalah, selalu ingetin diri sama ayat “laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha” yakinin diri, kalau saya masalah saya pasti bisa saya hadapin, karena gak mungkin Allah ngasih masalah kalau saya gak sanggup hadapin.
• Tapi menariknya di ayat yg sama ada kalimat ini juga: Rabbanaa walaa tuhammilnaa maa laathaaqotalanaa bih.
Penanggap 8:
• Suka banget penjelasan ust nak tentang sikap kita saat mendapat musibah, jika kita benar-benar meyakini bahwa itu yang terbaik bagi kita, Allah akan memberikan kita petunjuk. Jadi ada hal-hal yang di luar kuasa manusia. Misalkan saat berkendara, kita sudah berkendara dengan baik, safety, kemudian tiba-tiba kecelakaan, kecelakaan itu di luar kuasa manusia.
• Saat kita mendapat musibah, lalu yakin bahwa ini yang terbaik dari Allah, Allah akan memberikan petunjuk dan membuat kita semakin dekat dengan Allah. Dijelaskan juga di videonya, saat kita meminta sesuatu pada Allah, misal mobil, bisa jadi Allah memberi, bisa jadi tidak. Tapi saat kita meminta petunjuk pada Allah, Allah pasti akan memberi.
Penanggap 9:
• From the perfection of Allah’s ihsan is that He allows His slave to taste the bitterness of the break before the sweetness of the mend. So He does not break his believing slave, except to mend him. And He does not withhold from him, except to give him. And He does not test him (with hardship), except to cure him. ~ Ibn Qayyim Al-Jawziyya
• The soul will never become pious and purified except through undergoing afflictions. It is the same as gold that can never be pure except after removing all the base metals in it. ~Ibn Qayyim Al-Jawziyya
• Tentang “laa yukallifu-llahu nafsan illa wus’aha”:
Penanggap 10:
• Ustadz Khalid Basalamah pernah blg “apapun ujian ataupun musibah yg kita hadapi yakin aja pasti ada masa expired-nya, klopun sudah selesai hrs siap dg ujian selanjutnya.. sudah jalanin saja hidup ini sebntr kok yg ptg patuh dg perintah dan larangan Allah.”
Yuk bantu dakwah kami! Donasi pengembangan media dakwah NAK Indonesia: