Resume Kulwap SSS Al Fatihah Ayat 1-3 – Nouman Ali Khan


Kajian QS Al Fatihah Ayat 1-3

Ustad Nouman Ali Khan – Link Video:

PEMBAHASAN

Assalamualaikum Wr. Wb.

Tema SSS pada Rabu malam (12 April 2017) adalah keajaiban Surat Al-Fatihah (khususnya 3 ayat pertama), yang akan dibahas dari sisi lingusitik.

AYAT 1: الحمد لله رب العالمين

MIRACLE 1: Apa arti sebenarnya dari Alhamdu (الحمد)?

Dalam arti bahasa Indonesia, ayat 1 sering diterjemahkan sebagai: Segala Puji Bagi Tuhan Semesta Alam. Namun, arti sesungguhnya dari Alhamdu (الحمد) memiliki dua makna, yakni bukan hanya PUJIAN (dari kata: المدح), namun juga rasa SYUKUR/BERTERIMAKASIH (dari kata: (الشكر )

Apa bedanya? Seringkali kita hanya MEMUJI sesuatu, tetapi tidak BERTERIMAKASIH. Contoh ketika melihat mobil bagus kita akan MEMUJI, ketika melihat pemain bola hebat kita akan MEMUJI, akan tetapi kita tidak BERSYUKUR/BERTERIMAKASIH.

Alhamdu (الحمد) juga mengandung makna tidak terikat oleh waktu. Artinya, PUJIAN dan SYUKUR kepada Allah tidak terbatas waktu, bahkan sebelum manusia ada, dan setelah manusia tiada. Alhamdu (الحمد) tetap hanya untuk Allah SWT.

MIRACLE 2: Mengapa Allah lebih memilih Alhamdulillah (الحمد لله) daripada Al madhu wasysyukru lillah (المدح والشكر لله)??

(khaoirul kalami ma qolla wa dalla): Sebaik-baiknya perkataan adalah yang simple (sederhana), namun merujuk langsung kepada maksudnya.

Bila ada kata (و)”dan”, maka sifatnya jadi “terkadang” kita memuji untuk Allah untuk hal A, dan berterimakasih kepada Allah untuk hal B. Padahal, dua sifat itu satu kesatuan bagi Allah SWT.

Kalimat المدح memiliki arti MEMUJI dari dua situasi, yakni kadang tulus dan kadang tidak tulus. Memiliki arti juga bisa untuk MEMUJI benda mati atau benda hidup.

Kalimat الشكر BERSYUKUR/BERTERIMAKASIH akan muncul biasanya setelah kita menerima sesuatu. Biasanya rasa bersyukur merupakan sebuah reaksi, namun untuk Alhamdu (الحمد) tidak membutuhkan reaksi pemicu.

Maka dari itu, الحمد (alhamdu) memiliki dua arti yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sudah menjadi kesatuan.

MIRACLE 3: Mengapa Allah lebih memilih lillahi (لله) daripada nama-nama Allah yang lain (Asmau-l-husna)?

Dalam surat Al-Fatihah ini, Allah ingin mengenalkan dirinya langsung, karena pada saat zaman Quraisy, masyarakat hanya mengenal nama Allah saja, bukan asmau-l-husna. Sama seperti ketika kita mengenalkan diri kita sendiri, maka kita pun akan memperkenalkan nama kita, bukan title (julukan).

Beberapa manusia akan mempunyai deskripsi yang berbeda tentang penciptanya (seperti Fir’aun yang mengaku Tuhan). Maka ditekankan “Allah” di sini.

Kata “Allah” mencakup semua nama-nama atau sifat-sifat Allah, bukan hanya Sang Pencipta, Maha Kuasa, Maha Adil, dll.

MIRACLE 4: Apa arti dari Rabb (رب) dan Al-‘alaamiin (العالمين)?

Ternyata, Rabb itu bukan hanya berarti tuhan saja, melainkan memiliki 5 arti:

1. The owner/Pemilik (المالك/Almaalik)
2. The one in charge/ Yang bertanggung jawab (السيد/Assayyid)
3. The Care Taker/ Yang melindungi (المربي/Almurobbi)
4. The Giver of Gift/ Yang memberikan nikmat (المنعم/Almun’im)
5. The Maintainer/ Yang menjaga (القيم/Alqayyim)

Al-‘aalamiin (العالمين)

Ternyata, makna Aalamiin itu adalah jamak (bukan singular).

Biasanya dalam kaidah Bahasa Arab, kata singular ditulis ‘Aalaam, sedangkan jamaknya itu seharusnya ‘Awaaliim. Namun mengapa dalam ayat ini Allah mencantumkan ‘Aalamiin?

Dalam Bahasa Arab, huruf/bunyi “iin/uun” yang terletak di akhir kata, biasanya hanya untuk kata yang menunjukkan sifat “orang”. Contoh yang menunjukkan huruf/bunyi “iin/uun” adalah kafiriin/kafiruun, mukminiin/mukminuun, muslimiin/muslimuun.

Nah, kenapa menggunakan jamak ‘Aalamiin bukannya ‘Awaalim?

Ustad Nouman Ali Khan menjelaskan ada dua makna dari ‘Aalamiin:

Worlds of People (Seluruh dunia-nya manusia. Meliputi pula semua negara, semua budaya, semua Bahasa.)

Generations of People (Seluruh umat manusia dari awal sampai terakhir tanpa terkecuali sedikitpun)

Jadi, ayat pertama menjelaskan bahwa segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT tanpa batasan waktu. Mengapa demikian? Karena Allah merupakan Tuhan kita, yang berarti bertanggung jawab untuk selalu menjaga, melindungi, memberikan nikmat pada kita selama ini.

Bagaimana bila kita tidak memuji dan bersyukur kepada Allah? Tetap segala pujian dan syukur hanya milik Allah SWT. Sebagai umat manusia, kita sama sekali tidak berhak untuk menyombongkan diri, karena pujian dan syukur hanya milik Allah SWT.

MIRACLE 5: Mengapa Allah menggunakan kalimat Alhamdulillah, padahal dalam bahasa arab ada banyak ungkapan yang memiliki arti yang sama?
‬‬‬
Innalhamda lillah (sesungguhnya pujian dan syukur bagi Allah). Mengapa tidak menggunakan kalimat ini? Seringkali kita mendengar khotib jumat, atau penceramah yang membuka ceramahnya dengan kalimat “innalhamda lillah”. “inna” artinya sangat jelas, tidak ada keraguan. Mengapa tidak menggunakan kalimat ini?

Nouman Ali Khan mengatakan bahwa makna “Alhamdulillah” secara kalimat terbagi menjadi dua, yakni:

Informational Sentences (Jumlah Khobariyah), yaitu kalimat yang menekankan pada sebuah informasi. Contoh: Alhamdulillah, saya sudah makan tadi pagi (untuk sekedar menyampaikan informasi).

Emotional Sentences (Jumlah Insaiyah), yaitu kalimat yang menekankan pada ungkapan sebuah emosi. Contoh: Alhamdulillah, anak saya lulus dari perguruan tinggi tepat waktu.

Sedangkan kata “inna”, biasanya digunakan untuk 3 hal:

Untuk penekanan, mana yang benar dan salah. Contoh: 1+1 = 3, SALAH. Maka dalam bahasa arab kita gunakan kata “inna” untuk penekanan membenarkan perhitungan tadi: SESUNGGUHNYA 1+1 = 2.

Untuk penekanan dalam berdebat dengan orang lain. Contoh: pada suatu acara, ada yang komentar “teman lo ga bakal dateng nih pasti”, biasanya kita akan menggunakan penekanan dalam menjawabnya “tidak, dia pasti akan datang!”

Untuk penekanan sesuatu yang tidak pasti (tak disadari). Contoh: ayat pertama surat Al-‘Ashr: “Innal insana lafii khusrin”, yang artinya SESUNGGUHNYA manusia berada dalam kerugian. Hal ini untuk menyadarkan manusia yang tidak sadar bahwa mereka dalam kerugian.

Allah SWT dalam mengenalkan dirinya di awal pembukaan surat Al-Fatihah, tidak harus menekankan bahwa diri-Nya lah yang benar, karena memang sudah sejatinya benar bahwa Tuhan manusia adalah ALLAH. Awal surat Al-Fatihah ini tidak untuk dalam perdebatan, karena kebenaran Allah SWT tidak perlu diperdebatkan. Bukan pula untuk menekankan sesuati yang tidak pasti, karena Allah SWT adalah Zat Yang Mahakuasa dan pasti kebenarannya.

Lillahilhamd (bagi Allah-lah segala puji dan syukur). Mengapa tidak menggunakan kalimat ini saja dalam pembukaan surat Al-Fatihah? Kita biasa mendengarkan kalimat ini pada takbiran ya, (Allahuakbar wa lillahilhamd).

Ada yang sadar struktur penulisannya bertolak belakang dengan alhamdulillah? Ya, memang dalam bahasa arab ada struktur penulisan yang dibalik seperti ini menjadi lillahilhamd (لله الحمد).

Contoh: I am Hungry (Normally, natural), maka kalimat yang unnatural/unusual adalah Hungry I am (unusual, unnatural). Dalam bahasa arab, kalimat unusual/unnatural yang dibalik ini menyatakan “HANYA”. Maka dalam contoh ini berarti SAYA HANYA LAPAR.

Dalam surat Al-Jatsiyah (ayat terakhir), Allah SWT berfirman: “falillahilhamd robbissama wati wal ardi”, yang artinya “maka HANYA kepada Allah-lah segala Puji dan Syukur, Tuhan Penguasa Langit dan bumi”. Mengapa disebutkan dalam ayat terakhir surat Al-Jatsiyah? Ternyata di ayat-ayat sebelumnya dalam surat Al-Jatsiyah, ada perdebatan dengan kaum syirk, mereka juga memuji Allah, tapi mereka juga memuji hal-hal yang lain, maka digunakanlah kata “lillahilhamd”, untuk mengartikan hamd yang hanya ditujukan kepada Allah, bukan kepada hal lainnya.

Maka, Allah menggunakan Alhamdulillah, dibandingkan kata Lillahilhamd, supaya akal pikiran kita tidak berpikir bahwa Allah mempunyai saingan yang mungkin dapat hamd.

Mengapa tidak menggunakan salah satu dari tiga kalimat ini saja?

– Ahmadullah (SAYA memuji dan bersyukur kepada Allah) >> terdapat Subject (SAYA)
– Nahmadullah (KAMI memuji dan bersyukur kepada Allah) >> terdapat Subject (KAMI)
– Ihmadullah (PUJILAH Allah) >> berupa Kalimat Perintah

Mengapa tidak menggunakan salah satu dari kalimat ini saja dalam Al-Fatihah? Karena ketiga hal ini merupakan KATA KERJA (yang berarti temporer/sementara), yang tidak bisa berdiri sendiri. Bila tidak ada lagi SUBYEK_nya, maka siapa lagi yang akan menyembah Allah SWT? Maka dari itu Allah SWT menggunakan Alhamdulillah, yang bersifat NOUN (kata sifat), berarti TIMELESS (permanen). Walaupun sudah tidak ada manusia di muka bumi ini, tetap hanya kepada Allah lah segala Pujian dan Syukur.

AYAT 2: الرحمن الحيم

MIRACLE 1: Arti Ar-Rahman (for all creations/seluruh umat manusia):

Extreme (ekstrim/sangat). Adanya kata “aan” di akhir kata menunjukkan suatu kondisi yang “ekstrim” atau “sangat”. Maknanya Allah sangat bermurah hati kepada seluruh manusia. Saat ini mengapa banyak orang kafir yang mendapatkan nikmat dunia melimpah? Itulah bentuk dari sifat Ar-Rahman Allah SWT.

Temporary (sementara saja). Ar-Rahman seperti kata jau’aan (lapar), godhbaan (marah), athsyaan (haus). Contoh: ketika kita lapar dan haus, maka kita butuh makan dan minum saat itu juga bukan esok hari. Dalam hal ini, Ar-Rahman merujuk kepada sesuatu yang bersifat segera dan untuk hal yang temporer.

MIRACLE 2: Arti Ar-Rahim (just for believers/orang-orang yang beriman):

– Permanen (endless)

– Tidak butuh terjadi sekarang juga, namun terjadi di masa depan.

Contohnya adalah nikmat surga yang hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman.

Kata Arrahman dan Arrahim saling melengkapi satu sama lain. Urutan berupa Arrahman terlebih dahulu, baru Arrahim menunjukkan bahwa Allah akan memberikan kita kasih sayang, baik sekarang dan di masa depan juga. Ibnu Abbas ra mengartikan Arrahman untuk di dunia, dan Arrahim untuk muslim di akhirat.

Kemurahan hati Allah itu jauh melebihi yang kita bayangkan. Orang-orang selalu mempertanyakan mana kemurahan hati Allah, dan mereka mengira bisa mengukur kemurahan hati Allah. Manusia terkadang hanya mengukur nikmat yang Allah berikan dari sisi material saja (uang), padahal kesehatan, bertemu dengan teman yang selalu mengingatkan kepada kebaikan dan lainnya adalah bagian dari nikmat. Sesungguhnya kemurahan hati Allah itu sangat besar dan luas, di luar kemampuan manusia sekalipun.

Namun terkadang, manusia itu memiliki dua sifat berikut: ‬

Kita menganggap bahwa kita selau diberikan nikmat oleh Allah (Arrahman), sehingga kita lalai dalam bersyukur kepada Allah, bahkan (naudzubillah) sampai sombong.

Dampak dari hal tersebut adalah berpikir bahwa ketika melakukan dosa Allah akan selalu memaafkan, karena Allah memiliki sifat Arrahman dan Arrahim. Kita seringkali berpikir: Allah Maha Pemurah kok, Maha Pemaaf, pasti ngertilah kenapa kita melakukan ini.

Terkait hal ini, Ust. Nouman mencontohkan cerita tentang master (Sang Tuan) dan slave (Sang Budak). Sang tuan membiarkan sang budak untuk melakukan apapun di lapangan rumahnya, dengan syarat jangan melewati batas yang telah dibuat. ‬Di awal, sang budak menuruti peraturan tersebut, namun pada hari-hari setelahnya sang budak mencoba sedikit demi sedikit untuk melewati batas. Sang budak mengira sang tuan baik sekali tidak menghukumnya, karena sang tuan hanya duduk melihat. Maka, di hari-hari setelahnya sang budak melewati batas berkali-kali, dan lagi-lagi sang tuan hanya duduk diam.

Setelah lewat setahun, sang budak dipanggil oleh sang tuan. Sang tuan berkata “Kenapa melewati batas berkali-kali? Hukumanmu akan dijadikan satu sekarang juga”.

Itulah yang akan terjadi kepada manusia saat di hari kiamat nanti (naudzubillah).

AYAT 3: الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

– Arti kata MAALIK adalah OWNER (PEMILIK).
– Arti kata YAUMI berkaitan dengan WAKTU. Konteks ini menekankan pada hari pembalasan.
– Arti kata ADDIN berasal dari kata dainun, yakni HUTANG. Kita mempunyai banyak hutang kepada Allah.

Contohnya adalah ketika kita membawa tas dan memiliki barang-barang di dalamnya. Kita berhak atas barang-barang di tas tersebut. Dalam hal ini, tas ibarat hari. Allah memiliki semua yang didalamnya, termasuk yang detail sekalipun Ustad Nouman menjelaskan bahwa struktur penulisan Al-Fatihah seharusnya seperti ini: Positive side (arrahman arrahim) – Justice (maliki yaumiddin) – Negative (punishment). Namun, sisi negative (punishment) tidak dijelaskan dalam ayat setelah ayat ketiga ini.

Hanya ada dua tipe orang dalam agama Islam:

Orang yang mendapatkan kasih sayang Allah. Yakni yang mendapatkan buku amalan di tangan kanan, akan medapat hisaban yasiran (hisab yang ringan).

Orang yang mendapatkan keadilan dari Allah. Akan dicek bukunya dan ditanya satu per satu dengan sangat detail.

Wallahu a’lam bishshowaab..

TANYA JAWAB

Diskusi sesi ke-1: Makna basmallah dan hamdallah

Penanggap 1: Kalimat basmalah itu sangat menarik. Awalnya menggunakan huruf jar sehingga tidak diketahui siapa pelakunya (subyek) dan apa pekerjaannya. Justru inilah keistimewaan firman Allah. Dengan begitu basmalah berlaku bagi siapapun dan apapun pekerjaannya. Tidak terbatas. Hal ini mengingatkan pentingnya kita untuk selalu basmalah.‬

Terus ustadz Saiful juga menjelaskan tentang Alhamdu, bahwa apapun kondisi manusia, apapun kondisi kita, Allah tetap terpuji. Maka tidak heran dalam masalah apapun dianjurkan mengucapkan Alhamdulillaah ‘alaa kulli haal. Siapapun kita, bagaimanapun kondisi kita, tetap segala puji bagi Allah.‬

Termasuk disaat kita memiliki capaian tertentu atau prestasi. Terkadang kita masih ada ‘ujub ketika mengucapkan Alhamdulillaah. Padahal, itu bertolak belakang dengan makna hamdalah. Seharusnya dengan mengucapkan hamdalah, kita betul-betul mengingat kebesaran Allah bahwa kita tidak ada apa-apanya.

Penanggap 2: Ada satu yang saya ingat, mungkin bukan dari video ini, tapi dari bayyinah TV, yaitu Alhamdulillah memiliki 2 fungsi: sebagai penyampai informasi, maupun sebagai luapan emosi.

Contoh: Saya makan nasi, itu kalimat informasi. Tapi kalau kalimat “cepat makan!” itu kalimat untuk mnyampaikan emosi. Alhamdulillah itu bisa dipake buat keduanya.

Contoh: Kita alhamdulillah berhasil jadi pemenang, ini informasi. “Alhamdulillah, anak saya lulus!”, ini sebagai emosi.

Ini salah satu alasan kenapa dipakai Alhamdulillah, bukan innal hamda lillah, bukan lillahil hamd.

Penanggap 3: Saat saya menonton Nouman Ali Khan di Singapore, lillahil hamd itu dipakai kayak kalimat menyeru untuk memuji dan berterima kasih hanya’ kepada Allah. Karena dalam bahasa Arab, kata yang dibalik itu menjelaskan ‘hanya’. Contohnya di surah Al-Jaasiyah kalau tidak salah menceritakan tentang perang, dan di akhir ayat disitu Allah menyeru lillahilhamd.

Diskusi Sesi ke-2: Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Abbas

Penanggap 1: Kenapa tafsir Ibnu Katsir lebih terkenal daripada tafsir Ibnu Abbas? Soalnya kan ada hadits dimana Ibnu Abbas diberikan Allah pemahaman Quran. Ibnu Abbas pernah didekap Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah SAW berkata, Ya Allah, ajarkanlah kepadanya hikmah. Yang dimaksud hikmah adalah pemahaman terhadap Al-Qur’an.

Penanggap 2: Berbeda level. Ibnu Abbas kan sahabat nabi. Klo Ibnu Katsir hanya ulama. Derajat sahabat nabi lebih tinggi karena mereka 3 generasi awal.‬

Penanggap 3: Ibnu Katsir terkenal karena menulis kitab tafsir dan sejarah, imho. Sementara Ibnu Abbas tidak menulis kitab, namun pendapat-pendapatnya banyak diriwayatkan dalam berbagai kitab tafsir.

Penanggap 4: Kita mesti paham bedanya Ibnu Katsir dan Ibnu Abbas. Ibnu Katsir justru mengumpulkan pendapat-pendapat sahabat Nabi, termasuk Ibnu Abbas.‬

Diskusi Sesi ke-3: Pola Surat Al-Fatihah

Penanggap 1: Kata Nouman Ali Khan, Al Fatihah seharusnya berpola: 1) Positive side, 2) Justice, 3) Negative/Punishment. Apa bisa dijelaskan lebih lanjut? Apa dasar dari pola tersebut?

Penanggap 2: Kalo saya menangkapnya justice itu keadilan. Timbangan yang berat kanan, sama dengan kiri. Ayat awal menyebutkan tentang kasih sayang (positive side), lalu membahas tentang timbangan (justice) di ayat berikut. Ayat berikutnya logikanya membahas tentang lawan dari kasih sayang, yakni hukuman-Nya, seharusnya ada.‬ Dan ternyata tidak ada. Karena apapun yang dikasih oleh Allah, itu atas dasar kasih sayang-Nya untuk seluruh manusia.

Penanggap 3: Yang ini hikmahnya apa ya, tidak ada bagian “punishment”-nya?‬

Penanggap 2‬: Karena punishment yang murni punishment dari Allah itu sebenarnya tidak ada. Hukuman atau azab yang Allah kasih, entah di dunia atau akhirat, itu karena kesalahan atau dosa kita sendiri. Ada dosa ke diri sendiri yang mungkin dikasih di dunia atau di akhirat. Juga dosa ke orang lain/ makhluk lain (binatang tumbuhan) / masyarakat / lainnnya hanyalah bentuk keadilan Allah untuk dirinya sendiri terhadap orang lain itu.

Penanggap 4‬: Kalo X melakukan suatu dosa ghibah misalnya dan tidak sempat terampuni Allah, maka X akan dapat hukumannya. Karena dia sendiri ga adil dengan saudaranya itu. Maka bagaimana Allah akan membiarkan ketidak-adilan itu ada seperti itu saja? Atau pelaku genosida yang keburu meninggal? Bagaimana keadilannya harus dilakukan karena banyak sekali yg dizalimi atau dirusak. Orang yang ditinggalkan maupun masa depan anak2 dll.‬

Penanggap 2: Kalimat tulisan dari dari Ust Nouman itu sebenarnya kaya kalimat peyakinan. “Harusnya ada tiga loh. Tapi ternyata ga ada. Jadi sebenarnya maksud Allah ga mencantumkan yang ketiga karena di yang kedua sudah termuat, dan motivasinya pun bukan punishment. Tapi keadilan.

Dan ini memperlihatkan (kalau buat saya) tentang rahmat Allah lebih luas. Yang Allah lakukan seperti azab adalah masalah keadilan. Bukan semata2 master yang kalo baik dikasih reward, kalo salah ya pecut saja.

Penanggap 5: Keadilannya didapatkan di hari akhir nanti, kata Ust. Khalid Basalamah dalam salah satu kajiannya, di zaman rasulullah SAW terdapat salah seorang perempuan yang berzina dan hamil, kemudian mengaku kepada Rasulullah SAW dan meminta di rajam. Rasulullah menunda rajamnya sampai saat dia melahirkan, setelah itu baru dirajam. Maka kata Rasulullah SAW wanita tersebut telah terampuni oleh Allah dosanya, karena hukuman dari perbuatan tercelanya telah diterima di dunia. ‬ Maka itulah keadilan Allah SWT. Wallahu A’lam

Diskusi Sesi ke-4: Pengertian maalik vs malik

Penanggap 1: Mau menambahkan sedikit tentang maalik vs malik.‬ Jadi ternyata cara membaca maalik itu dua, yakni: maalik dan malik. Beda riwayat. Ini ilmu qiroat. Kalau kita kan biasanya membaca maalik ya. Tapi uniknya pada kata maalik itu tidak ada alifnya, dan tetep dibaca panjang mim nya. Padahal, seperti yang telah dijelaskan ust NAK, dua kata itu berbeda sedikit, makna. Kalau maalik itu adalah pemilik, sedangkan malik adalah penguasa.

Ini mengisyaratkan bahwa Allah itu pemilik sekaligus penguasa. Berbeda dengan manusia yang bisa menjadi pemilik tapi tidak bisa menjadi penguasa. Atau menjadi penguasa tapi tidak bisa memiliki. Contohnya seperti saat kita memiliki android, tapi kalau rusak kita tidak bisa memperbaikinya. Atau ketika seseorang bisa memperbaiki android, tapi itu bukan androidnya.

Diskusi Sesi ke-5: Jawaban Allah untuk Al Fatihah

Penanggap 1: Dalam Sebuah Hadits Qudsi Allah SWT berfirman : “Aku membagi Shalat menjadi dua bagian, untuk Aku dan untuk Hamba-Ku”. Ketika kita mengucapkan “Alhamdulillahi Rabbil ’alamin”, Allah menjawab :”Hamba-Ku telah memuji-Ku”. Ketika kita mengucapkan “Ar Rahmanir-Rahim”, Allah menjawab : “Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku”. Ketika kita mengucapkan “Maliki yaumiddin”, Allah menjawab : “Hamba-Ku memuja-Ku” Ketika kita mengucapkan “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. Allah menjawab : “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku”. Ketika kita mengucapkan “Ihdinash shiratal mustaqiim, Shiratalladzina an’amta ‘alaihim ghairil maghdubi ‘alaihim waladh-dhoolin…. Allah menjawab : “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku. Akan Ku penuhi yang ia minta.” (H.R.Muslim dan At-Turmudzi). ‬

Penanggap 2: Aa Gym lagi sering membahas Al-Fatihah dan beliau bilang bahwa Al-Fatihah adalah surat di mana Allah langsung menjawab doa kita. Lebih kurang pembahasan ada di link ini: http://www.juzamma.com/2016/11/jawaban-allah-untuk-bacaan-alfatihah-dalam-sholat.html?m=1‬

Diskusi Sesi ke-6: Tips Shalat Khusyu

Penanggap 1: Di sini ada yang mau share tips cara khusyu sholat? Kalau saya, dengan cara menikmati bacan shalat yang kita baca, jadi shalat kita ga buru-buru ingin cepat selesai. Apalagi kalau kita sadar bacaan Al-Fatihah kita dijawab Allah.

Penanggap 2: Biasanya khusyuknya kita dalam sholat juga karena khusyuknya kita di luar sholat. Salah satu ulama zaman dulu ada juga yang berkata demikian. Kalau di luar sholat kita tidak khusyuk atau kita kurang mengingat Allah, biasanya sholatnya jadi tidak khusyuk.

Maasyaa Allaah klo kita bisa khusyuk di luar sholat tuh hati mersakan ketenangan. Inilah kebahagiaan hakiki. Kebahagiaan yg tidak mengenal kondisi. Meskipun kita dalam ujian berat, kita bisa merasakan kebahagiaan. Jadi jangan tertipu dengan rasa senang/gembira ketika kita mendapatkan nikmat dunia. Itu bukan kebahagiaan hakiki. Itu hanyalah rasa senang yang sifatnya sementara. Ini yg saya pahami tentang konsep bahagia dari berbagai sumber, termasuk dr Aa Gym, Imam Al-Ghazali, Ibnul Jauzi, dll.‬ Bahkan seremnya lagi kalau kenikmatan dunia yg kita dapatkan hanyalah jebakan dari Allah alias istidraj.

Penanggap 3: Saya jadi ingin berbagi kebiasaan para salafush shalih dalam sholat. Ini ada di buku Tarbiyah Ruhiyah ala Tabi’in. Para salafush shalih itu kalau sholat pasti sambil membayangkan seolah-olah di sebelah kanannya ada surga dan di sebelah kirinya neraka. Tentu saja untuk bisa begitu kita harus menjaga (nama) Allah dalam ingatan dan hati kita (khusyuk maksudnya).‬

Salah satu ciri khusyuk juga adalah kita tidak terlalu percaya diri bahwa dosa kita sedikit apalagi tidak punya dosa.‬ Dengan kita selalu khawatir akan dosa, itu salah satu ciri khusyuk.‬

Ciri khusyuk lainnya adalah bisa fokus pada aib sendiri dibandingkan aib orang lain. Fokus pada penilaian Allah, bukan penilaian manusia. Selalu merasa khawatir klo Allah tidak suka dg apa yg kita lakukan termasuk niat kita. Tidak banyak bercanda. Selalu merasa diawasi Allah.‬

Penanggap 4: Kalau berkaitan dengan masalah kekhusyuan shalat, Ustad NAK pernah bilang di kajian Quran For Young Adults di Bayyinah TV (https://youtu.be/aPH6vWcwEIg‬‬‬), cara paling mudah untuk bisa khusYu solat itu dengan memahami arti bacaan solatnya, memahami dan mentadaburi, dan ustad NAK merekomendasikan Ustad Abdul Nasir Jangda. ada di Youtube dengan keywords ‘meaningful prayer Abdul Nasir Jangda’.

Sementara kalau sikap sebelum solat, saya pribadi lebih ke orientasi pada rewards dari Allah dari pada punishment-Nya. Selama ini saya sering terpapar dengan bahasan yang selalu punishment saja untuk mendorong seseorang, dampaknya sering berprasangka buruk pada Allah. Berpikiran hukuman, padahal Ceramah Ustad NAK menggambarkan indahnya Islam, kasih sayang Allah yang sangat mendalam.

Kalau saya sebelum solat tidak membayangkan neraka, tapi seperti membayangkan mau menghadap bos besar buat minta sesuatu. Menghadap dosen pembimbing TA saja pasti tidak akan meleng kalau diajak ngobrol kan, apalagi menghadap Allah, rajanya para boss.

Penanggap 5: Nah ini pentingnya belajar aqidah. Jika kita berpikiran neraka terus sampai suuzhan kepada Allah, itu namanya sudah tidak seimbang antara khauf dan raja’nya. Khauf adalah rasa takut kepada Allah mengenai kemungkinan tidak diterimanya amal dan murka-Nya‬, adapun raja’ sebaliknya yakni rasa mengharap amal akan diterima dan dikasihi-Nya.‬‬

Jadi aqidah yang lurus itu antara khauf dan raja’nya harus seimbang. Setakut-takutnya kita kepada adzab Allah, kita tetap tidak boleh putus asa dari rahmat Allah, karena rahmat Allah lebih luas daripada murka-Nya. Tapi perlu diingat juga, kalau raja’nya mendominasi tanpa takut kepada Allah, itu salah juga. Jika kita terlalu percaya diri pasti masuk surga tanpa ingat neraka, itu salah juga. Gak seimbang. Aqidah yg lurus itu harus seimbang.‬‬‬

—————-
Yuk bantu dakwah kami! 🙂
Donasi pengembangan media dakwah NAK Indonesia: https://kitabisa.com/nakindonesia

Tambahan tontonan dan bacaan:

https://elmafitria.wordpress.com/2017/03/16/pujian-abadi-dalam-alhamdulillaah/

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s