[Transkrip Indonesia] Abu Bakar (#Cinta) – Omar Suleiman – Quran Weekly


Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, Qur’an Weekly. Ini saudaramu, Omar Sulaeman. Selamat datang di Serial Superstars. Insya Allah ta’ala, hari ini kita akan mulai dengan manusia terbesar yang pernah berjalan di muka bumi, yang bukan termasuk Nabi. Dan beliau adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyalaahu ta’ala anhu. Dan ini berdasarkan kesaksian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri.

Sekarang Anda bisa melihat Abu Bakar radhiyalaahu ‘anhu dan melihat bahwa beliau hampir seperti salinan dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Beliau melampaui semua orang dalam kedermawanan. Beliau melampaui semua orang dalam hal kesopanan. Beliau melampaui semua orang dalam shalatnya. Beliau melampaui semua orang dalam membaca Al-Quran. Beliau melampaui semua orang dalam segala hal.

Itu sebabnya Ali radhiyalaahu ‘anhu berkata tentang Abu Bakar, “Kaana sabbaqon likulli khoir.

Jika Anda berpikir tentang suatu kebaikan, maka Abu Bakar sudah pernah melakukannya.

Tapi yang membuat beliau sangat luar biasa, radhiyallahu ta’ala ‘anhu adalah beliau seorang Ash-Shiddiq. Beliau adalah orang paling sesuai dengan keadaan sebenarnya dan juga sesuai dengan kesaksian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Menurut Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau ini adalah orang paling mulia. Mengapa?

Karena kapanpun beliau mengatakan bahwa beliau percaya sesuatu. Kapanpun beliau menyatakan percaya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka dia sungguh-sungguh mengatakannya. Ada konsistensi, tidak hanya antara kata-kata dan kenyataannya, tapi juga antara tindakan dan kata-katanya, kapanpun beliau mengatakan beliau mencintai Allah dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Jadi kita bisa melihat bahwa ketika temannya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam datang padanya dan mengatakan, “Saya adalah Rasul Allah.

Abu Bakar radhiyalaahu ‘anhu, hari itu juga, pergi dan membawa beberapa tokoh besar masuk Islam. Thalhah dan Zubair. Utsman radhiyallaahu ‘anhu, Abdurrahman bin Auf. Semua sahabat mulia ini, dia membawa hampir separuh dari 10 sahabat mulia yang dijanjikan surga, yang kita bahas di serial ini.

Tapi sesungguhnya yang ingin saya fokuskan hari ini adalah adalah Ash-Shiddiq-nya, selalu sesuai keadaan sebenarnya, dan cintanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Inilah orang yang kapanpun Rasulllah shallallahu alaihi wa sallam sedang dipukuli di muka umum, langsung datang dan membela Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Walaupun secara fisik, beliau tidak begitu kuat. Beliau ikut dipukuli sampai pingsan. Dan Abu Bakar radhiyallahu ta’ala ‘anhu dipukuli begitu parah dan ketika Ibunya sendiri melihat kondisi beliau, Ibunya sampai tidak bisa mengenali wajah anaknya, saking banyaknya bengkak di wajah.

Namun begitu sadar, beliau tidak peduli pada kondisi dirinya sendiri. Beliau tidak kebingungan, beliau tahu apa yang dilakukannya. Dan beliau tahu persis apa yang dia tuju dalam hidupnya. Beliau bertanya, “Di mana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?

Aku ingin melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Dan ibunya ingin memberi beliau makanan, minuman, Ibunya ingin membantunya mulai berjalan sendiri. Dan beliau berkata, “Aku ingin pergi ke Darul Arqam.

Aku ingin bertemu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, untuk memastikan beliau baik-baik saja.

Subhanallaah, lihatlah cinta yang begitu dalam dari dirinya. Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu adalah orang yang pergi bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hijrah, dalam migrasi. Saya ingin Anda merenungkan ini.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendatangi rumah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallaahu ‘anhu. Dan mengatakan bahwa beliau ingin Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu menemaninya dalam hijrah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bukan hanya orang paling dicari di Mekah, saat itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah orang paling dicari di dunia. Beliau menjadi sasaran untuk diburu.

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam datang ke rumah Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu dan berkata, “Aku ingin engkau menemaniku di perjalanan ini.

Ini bukan perjalanan di mana kita akan naik limosin, karena saya adalah seorang nabi Allah, dan kita akan punya pengawal. Ini adalah perjalanan di mana kita akan menjadi sasaran pembunuhan. Dan Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu menangis karena sangat bahagia.

Dan Aisyah radhiyallaahu ‘anha berkata, “Saya tahu orang bisa menangis karena bahagia, tapi saya tidak pernah benar-benar paham, sampai saya melihat Ayah saya hari itu.

Ketika Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu mulai menangis, beliau langsung memeluk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan berkata, “Al-suhbaa, ya Rasulullah!

Saya bisa menjadi teman perjalananmu, ya Rasulullah!

Al-suhbaa, yaa Rasulullah.

Beliau sangat bahagia bisa bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Bahkan ketika hijrah, ketika Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu sedang bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Bayangkan momen itu (bersembunyi) di dalam gua bersama-sama. Bayangkan ketika mereka hanya sendirian dan mereka berbagi… Subhanallaah…

Berbagi momen yang paling menakutkan tapi sekaligus juga momen terbaik dalam hidup Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu. Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sedang tidur, Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu melihat kalajengking masuk melalui lubang ke dalam gua. Dan Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu menempatkan kakinya di lubang gua tersebut. Beliau membiarkan kalajengking itu merayap ke kakinya, menyengat kakinya, dan beliau tidak ingin membangunkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Meskipun kakinya disengat kalajengking, Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu sama sekali tidak bergeming. Namun tangisan menahan nyeri yang menetes dari matanya, jatuh mengenai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam terbangun oleh air mata Abu Bakar radhiyallaahu ta’ala ‘anhu.

Bahkan dalam perjalanan hijrah, ketika mereka datang ke rumah Ummu Ma’abad radhiyallaahu ‘anha dan mereka belum minum selama berhari-hari. Dan akhirnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu mendapat kesempatan untuk meminum susu untuk menghilangkan lapar dan haus.

Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Fashoribal habiib.

Yang aku cintai, minumlah.

Hatta irtawayt.

Hingga aku merasa tidak haus lagi.

Hingga rasa hausku hilang.

Hanya dengan melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam minum. Ya, Abu Bakar sangat mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sehingga melampaui batas-batas normal manusia biasa. Subhanallah, dan kita juga melihat kejadian lain ketika ada puisi atau qasidah dari Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu. Di dalamnya, beliau berkisah tentang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Maridhol habiib fa’udtuhu.

Orang yang kucintai jatuh sakit.

Maka aku menengoknya.

Famaridhtu min walahii ‘alaih.

Lalu aku pun jadi sakit karena aku melihatnya sakit.

Itu menyebabkan aku menjadi sakit.

Fa’aadaniil habiibu fii marodhii.

Jadi kapanpun Rasullaah shallallahu alaihi wa sallam merasa mulai pulih, beliau berkata, “Yang kucintai telah menengokku, karena sekarang aku yang sakit.

Fabari’tu min nazhoori fi ilayh.

Lalu aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah sehat.

Maka aku juga menjadi sehat.

Subhanallaah, demikian besarnya rasa cinta beliau pada Rasullullaah shallallahu alaihi wa sallam. Itulah sebabnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selalu memuliakan Abu Bakar Ash-Shidiq radhiyallaahu ‘anhu.

Dan bahkan di akhir hayatnya, ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdiri di masjid untuk memberi ceramahnya yang terakhir. Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu mengerti bahwa salah satu dampak dari ceramah tersebut adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam akan meninggal.

Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu menangis tersedu-sedu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, “Sudduu ‘anni haadzihil abwab.

Tutup semua pintu para sahabat lainnya.

Kecuali pintu Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu.

Kita telah berhasil membalas semua orang yang telah berjasa bagi kita.

Tapi saya tidak akan pernah bisa membalas jasa Abu Bakar Ash-Shidiq radhiyallaahu ‘anhu.

Saya tidak akan mampu membalas beliau.

Subhanallah, bayangkan Rasululullah shallallahu alaihi wa sallam berkata tentang beliau, “Saya tidak akan pernah mampu membalas jasa beliau.

Karena Abu Bakar sungguh-sungguh mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
lebih dari beliau mencintai dirinya sendiri. Sedemikian dalamnya, sehingga ketika Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu berusaha begitu lama untuk mengajak ayahnya masuk Islam, Abu Quhafah, lalu Abu Quhafah akhirnya menerima Islam. Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu, yang semestinya merasa ini adalah hari paling bahagia dalam hidupnya malah menangis.

Lalu beliau ditanya, “Mengapa kau menangis?

Beliau menjawab, “Karena saya teringat, dia yang kucintai, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Ketika pamannya, Abu Thalib meninggal dunia.

Dan betapa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ingin Abu Thalib menjadi muslim.

Namun Abu Thalib tidak mau menerima Islam.

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sangat terpukul dengan hal itu.

Aku berharap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang ada di momen ini, bukan aku.

Subhanallaah, kita bisa melihat cinta itu yang dimiliki Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu pada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah cinta sejati yang mestinya kita miliki. Maka saya akan tanyakan itu pada Anda. Seberapa besar Anda mencintai Muhammad shallallahu alaihi wa sallam?

Karena itulah yang akan membuat Anda ditemani olehnya di Hari Pembalasan. Cintai dia, ikuti dia. Subhanallah. Seberapa ingin Anda hidup seperti beliau? Meninggal seperti beliau? Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu suatu hari, terbangun di usianya yang ke-63 tahun, pada hari Senin. Beliau menyadari dirinya sedang sakit, dan akan meninggal dunia pada hari yang sama dengan wafatnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Pada usia yang sama dengan usia wafatnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Lalu beliau meminta keluarganya untuk membalut badannya dengan pakaian yang sama yang membalut Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika wafat. Maka telah Allah takdirkan, selama dunia ini masih ada, Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu dimakamkan tepat di sebelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan kepala beliau tepat di sebelah bahu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Seolah beliau masih menyandarkan kepalanya di bahu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam seperti yang selalu beliau lakukan di dunia. Dan ini membawa kita ke sebuah hadits yang indah, ketika ada seseorang yang ingin ditemani Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di surga.

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya, “Apa yang telah kau siapkan?

Dia menjawab, “Aku belum banyak shalat.

Juga jarang shaum.

Satu-satunya yang aku yakin telah kulakukan dengan baik adalah bahwa aku mencintaimu, ya Rasulullah.

Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, “Satakuun man’ man ahbabt.

Kamu akan bersama dengan orang yang kau cintai.

Seberapa besar Anda mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam? Seberapa besar Anda mencintai Allah? Tanpa cinta itu, kita tidak akan pernah mencapai posisi di Surga Firdaus, surga tertinggi.

Jadi kita mohon pada Allah untuk menganugerahkan kejujuran yang sejati ketika kita berkata, “Aku cinta Allah dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Dan mengumpulkan kita bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat di surga tertinggi, surga Firdaus. Allaahumma aamiin. Jazakumullahu khairan. Sampai jumpa minggu depan, insya Allah, dalam Superstars Series. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

—–
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, Quran Weekly. Kami memohon perhatian dan bantuan dari Anda sejenak. Kalau kalian merasa video ini bermanfaat. Silahkan like dan bagikan video ini di Facebook dan Twitter Anda. Karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda sebagaimana yang diriwayatkan di dalam Shahih Muslim.

Man sannafil islaami sunnatan hasanatan, falahuu ajruhaa wa ajru man amila bihaa ba’dah.

Barang siapa yang memulai perbuatan baik, dan mengajak orang lain juga untuk melakukan hal yang sama, maka dia juga akan mendapatkan ganjaran baginya dan juga ganjaran bagi setiap orang yang mengikutinya, in syaa Allah.

Jadi jika ada orang lain yang merasakan manfaat dari video ini, Anda juga akan mendapatkan ganjaran sebagaimana presenternya in Syaa Allah, dan juga seperti produsernya.

Jadi silahkan, like dan bagikan video ini. Jazakumullah khairan, Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Subtitle: NAK Indonesia
Donasi: https://kitabisa.com/nakindonesia

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s