[Transkrip Kartun Islami] Mental Pekerja Islam – Nouman Ali Khan


Kita sedang mempelajari sesuatu yang besar. Kita menyusun acara bersama, tetapi tidak ada yang hadir. Hanya lima orang yang hadir. Sebuah kegagalan. Seluruh acara itu gagal. Hanya ada lima orang.

Kita menyusun acara ini, sebarkan selebaran, membuat pengumuman. Kita meletakkan selebaran di mobil orang lain. Kita mengganggu orang lain, mengirim SMS yang tak disukai orang lain. membanjiri laman Facebook orang lain dan hanya lima orang yang hadir. Benar-benar gagal.

Sebenarnya, Anda melakukan berbagai usaha itu bukan demi jumlah orang yang hadir. Anda melakukan berbagai usaha itu sebagai ibadah kepada Allah. Jadi, itu sudah sukses. Itu sudah sukses. Walaupun tak ada siapa pun di dalam aula, itu tetap sebuah kesuksesan.

Itu karena Anda baru saja melakukan pekerjaan untuk Allah. Anda berusaha melakukan sesuatu untuk menegakkan agama. Anda berusaha melakukannya dan itu untuk Allah. Tidak ada hal lain yang membuat Anda tertekan. Tidak ada alasan bagi Anda untuk merasa tertekan. Bahkan kepada Rasul dikatakan,

Laa tahzan ‘alaihim.” (* QS An Nahl ayat 127, An Naml ayat 70, Al Hijr ayat 88)

Jangan cemaskan mereka. Lakukan saja pekerjaanmu!

Fa dzakkir innamaaa anta mudzakkir.” (QS. Al Ghasiyah ayat 21)

Teruslah beri peringatan, tugas Anda hanyalah beri peringatan. Berbagai hal yang harus didengarnya dan beliau hanya… Selain perilakunya, tidaklah penting. Tidak masalah apa yang dikatakan orang lain. Aku hanya harus lakukan pekerjaanku. Itulah yang Allah beri tahu kepada Anda.

Inilah kapasitas mental pekerja untuk Islam. Dalam kapasitas apa pun, baik Anda seorang sukarelawan yang mengatur meja, atau membantu bersihkan masjid sebelum shalat Jum’at. Dalam kapasitas apa pun Anda membantu, mentalitas Anda adalah apa pun yang saya lakukan bernilai untuk Allah.

Itu mempunyai nilai. Saya sengaja menyebut pria yang bersihkan masjid. Ada seorang wanita tua yang biasa menyapu Masjid Nabawi, Radhiyallahu Anha, Tak ada yang tahu namanya. Pada suatu hari dia menghilang secara misterius, lalu ada kabar mungkin dia meninggal. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menanyakan dia, “Ke mana dia?”

Beliau menangis untuk dia, ‘Alayhi Shalatu Wassalam. Beliau berdoa dan beri pujian untuknya. Tak ada yang menghadiri halaqah-nya. Dia tidak melakukan sesuatu yang hebat. Bahkan, tak ada yang tahu namanya. Orang lain, bahkan, tak tahu namanya. Dia sangat sukses, bahkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam merindukan kehadirannya. Beliau berdoa untuknya.

Jangan pernah anggap yang kau lakukan untuk agama itu kecil. Anda bukan ketua organisasi, lalu apa gunanya? Saya hanya seorang sukarelawan. Saya hanyalah sekretaris MSA (Muslim Student Association/Asosiasi Mahasiswa Muslim). Apalah itu? Itu bukan apa-apa. Pikirkanlah wanita tua yang menyapu masjid itu. Pikirkanlah itu.

Kita ada di sini bukan untuk meraih jabatan organisasi. Kita di sini untuk mengabdi kepada agama. Kita di sini untuk mengabdi kepada Allah Azza Wa Jalla. Kita tidak seperti Iblis. Jika tak mendapatkan jabatan, lalu marah. Kita tidak seperti itu. Kita tidak peduli akan jabatan organisasi. Itu semua hanya gelar.

Semua itu akan datang dan pergi. Siapa ketua masjid, siapa Imam, siapa ketua MSA, siapa ketua program ini, siapa penanggung jawab ini, siapa pembicara utama dan pembicara kedua dan siapa MC-nya. Semua itu tidaklah penting.

Pada akhirnya, jika kita semua tulus mengabdi kepada Allah, pria yang berdiri di belakang mikrofon dan pria yang duduk dan melakukan tugasnya untuk membantu tersusunnya acara. Anda tidak pernah tahu siapa yang diberi pahala lebih banyak oleh Allah. Terkadang ada Konferensi Islam dan ribuan orang hadir. Semua menyimak dan berpikir, “Masyaa Allah, pembicaranya sangat hebat.”

Si Pembicara tidak melakukan apa pun. Dia diundang dengan pesawat, menginap di hotel, dan bicara selama 20 menit. Dia tak melakukan apa pun. Siapa yang bekerja? Mereka yang Anda dorong agar bisa masuk ke aula.. Mereka yang tetap terjaga di malam hari. Mereka yang membuat memesan dan memastikan semua berjalan dengan baik. Tak ada yang tahu nama mereka. Tak ada yang tahu. Mereka tidak naik ke panggung dan berkata, “Terima kasih kembali.”

Mereka tidak lakukan itu. Tetapi, Allah mengenali mereka. Allah Azza Wa Jalla mengenali mereka dan itu sudah cukup. Itu sudah cukup untuk mereka. Inilah perilaku pekerja untuk Islam.

Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan kita bagian dari orang yang bekerja untuk menegakkan agama Allah dalam kapasitas apa pun. Insya Allah Ta’ala, saya berharap selesaikan kutipan ini dengan Anda semua minggu depan.

2 thoughts on “[Transkrip Kartun Islami] Mental Pekerja Islam – Nouman Ali Khan

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s