[Transkrip Indonesia] Tidak Ucapkan Selamat Natal Bukan Berarti Intoleransi – Mufti Menk


Saya yakin Anda sudah mendengar isu tentang ucapan Selamat Natal, Anda sudah dengar? Anda dengar orang-orang berkata bahwa Mufti Menk bilang kita tidak seharusnya mengucapkan Selamat Natal kepada umat Kristiani, saya yakin Anda sudah dengar.

Mengapa Anda hanya mengambil sebagian kecil dari pernyataan dan memegangnya seperti ini dan membuat kami terlihat seperti mereka yang tidak percaya dengan hidup berdampingan secara multikultural, hidup berdampingan secara multireligion dan seterusnya?

Mari saya ceritakan, baru-baru saja saya ditanya tentang hal ini di Singapura. Dan alasan saya mengangkat hal ini adalah untuk memperlihatkan kepada Anda, “Lihatlah, kami tidak bodoh.

Tapi kadang-kadang orang-orang ingin melihatnya berdasarkan apa yang digambarkan media. Bisa saja sampai kepada keputusan atau kesimpulan yang tidak tercerahkan. Mereka belum menimbang semua hal.

Jadi apa yang terjadi? Anda tahu, saya dibesarkan di Zimbabwe. Kami berinteraksi dari kecil dengan Hindu, Kristen, Yahudi, mereka yang menganut tradisi Afrika dan sebagainya. Kami bergaul, berbaur di sekolah dari kecil. Saat saya beranjak remaja saya masuk ke sekolah yang murni Kristen Katolik. Dulu, sekolah ini adalah pilihan yang terbaik yang ada. Sekolah memperbolehkan saya dengan keyakinan saya, kami mengurus mereka dan mereka mengurus kami, ada saling menghormati. Begitulah kami berkembang, ok….

Akan tetapi, jika itu tentang Natal, ada banyak umat Kristiani yang tidak percaya dengan Natal. Mereka berkata, “Tidak mungkin, ini salah.

Saya ingat seorang anak lelaki, saya bahkan tahu namanya. Dia dulu bersama dengan saya, dia tidak suka berpartisipasi dalam pelajaran agama karena dia termasuk ke dalam sekte Kristiani tertentu. Dia biasa berkata, “Orang-orang ini tidak tahu apa yang mereka bicarakan, karena alasan X, Y, Z.” – Yang bukan merupakan topik hari ini. –

Tetapi, ada umat Kristiani yang tidak percaya dengan Natal, mereka tidak ikut serta merayakannya. Apakah ada yang salah jika seorang Kristiani tidak percaya dengan Natal? Tidak ada yang salah. Mereka tidak ikut serta dalam Natal, tidak ada yang salah. Tapi begitu mereka membuat batasan bagi seseorang yang percaya sebaliknya, maka di situ ada masalah. Itu yang kami katakan.

Jadi pertanyaan yang harus Anda tanyakan pada diri Anda sendiri adalah… Apakah Anda menghentikan mereka yang merayakan apa yang diinginkannya? Tidak. Apakah Anda mencegahnya? Tidak. Apakah Anda tidak mengizinkannya? Menyebarkan kebencian pada mereka? Tidak. Hanya satu hal yang Anda katakan, “Lakum diinukum wa liya diin.” (QS Al Kafirun ayat 6)

Anda punya keyakinan sendiri dan saya juga punya keyakinan sendiri.

Jadi saat saya beranjak remaja, ada beberapa orang Hindu teman saya di sekolah. Salah satu dari mereka biasa makan daging sapi. Saya tanya dia, “Mengapa kamu makan daging sapi? Bukankah itu salah satu Tuhan menurut pemahamanmu?

Salah satu Tuhan, dengan segala hormat bagi mereka. Tapi dia berkata, “Tidak, ini daging sapi khusus.

Saya tak paham maksudnya, tapi dia bukan penganut Hindu yang ketat, begitulah maksudnya. Ada penganut Hindu lain yang berkata padanya, “Dengar, kamu salah!

Ada penganut Hindu lain yang berkata padanya, “Kamu salah!

Dan ada penganut Hindu lain yang berusaha memperbaikinya. Tapi dia tetap memakannya.

Lalu ketika datang waktunya Idul Adha bagi kaum Muslimin, mereka takkan pernah mengucapkan selamat kepada kita. Mengapa? Kita mengorbankan, menyembelih Tuhan mereka. Kita tidak pernah merasa tidak enak. Jangan pernah berharap seorang Hindu akan mengatakan selamat Idul Adha. Hormati mereka, dan pahami bahwa apa yang Anda lakukan adalah menghina Tuhan mereka, tapi mereka biarkan Anda untuk meneruskan perayaan.

Ini tidak berarti bahwa mereka benci atau tidak toleran. Ini hanya berarti bahwa mereka punya keyakinan berbeda dan mereka memiliki kepercayaan yang lain, dan mereka akan terhina jika datang ke sisi yang ini (Idul Adha) dan berkata, “Lihatlah sebanyak apapun kalian menyembelih Tuhanku, tapi selamat, selamat datang, nikmatilah.

Anda tidak mengharapkan itu terjadi. Ayolah, gunakan otak Anda! Inilah yang dimaksud toleran dan hidup berdampingan. Ini bukan tentang pernyataan, tapi lebih kepada mempersilahkan mereka meyakini apa yang harus diyakininya, terkait dengan cara Anda menghormati nilai yang mereka miliki juga. Hanya itu saja.

Jadi apa yang terjadi? Dengan berjalannya waktu sangat mencengangkan karena
jika itu tentang keyakinan orang lain, kita temui hal yang sama, mereka tidak ikut serta dalam beberapa ritual keyakinan yang berbeda. Itu tidak membuat mereka menjadi intoleran, tapi mereka menghargai satu sama lain.

Ada seorang pemuda Hindu yang menjadi Muslim. Saat seorang Hindu meninggal,
mereka akan membakar tubuh si mayat. Mereka mengkremasi tubuh mayat itu.
Jadi Ayah pemuda ini meninggal, dan mereka akan mengkremasi tubuhnya. Dan mereka memintanya sebagai anak tertua untuk menyalakan api. Dia berkata, “Sebesar apapun keinginan Anda agar saya melakukannya karena dia Ayah saya, maaf ini tidak sesuai dengan keyakinan saya.

Ini menimbulkan keributan hingga beberapa orang yang bijak yang paham bahwa itu adalah keyakinannya berkata, “Itu kepercayaannya, ayolah biarkan dia. Biarkan anak berikutnya yang melakukan, mengapa kalian memaksanya?

Konsepnya adalah hidup bersama dengan perbedaan. Itulah yang membuat Anda menjadi bangsa pelangi (bhinneka). Itu maksudnya. Tapi Anda jangan memaksakan pendapat Anda kepada orang lain. Seperti saat ini, di beberapa negara Barat yang melarang Anda menutup rambut Anda. Ini akan menimbulkan masalah lain, mengapa? Seperti yang dikatakan Menteri Yang Mulia, ini membuat orang-orang merasa mereka berperang dengan sistem, karena tahukah Anda, untuk meyakini sesuatu adalah hak asasi saya. Saya percaya ini benar, saya percaya itu salah, jadi…

Di antara muslim sendiri ada yang percaya bahwa tidak apa-apa untuk ikut serta dalam Natal. Dan di antara Kristiani sendiri juga ada yang percaya bahwa tidak baik untuk ikut serta di dalam Natal… Lihatlah ironi yang ada.

Tapi konsepnya adalah, “Jika Anda percaya hal itu silahkan saja. Anda bertanggung jawab kepada Allah, bukan kepada saya.

Jika mereka ini percaya hal yang sebaliknya silahkan saja, tapi mohon jangan paksakan itu pada saya. Jika saya tidak menginginkannya inilah keyakinan saya, ayolah…. Anda tidak ditoleransi.

Sekarang ini masalah yang ada di semua kelompok, kita percaya hanya kita yang benar. Jadi kita ingin memaksakan pendapat kita kepada semua yang lain. Jika tidak, mereka adalah masalah, mereka teroris, mereka adalah isu, mereka adalah ini dan itu… Awas! Kata-kata yang Anda gunakan akan digunakan untuk melawan Anda. Hati-hatilah!

Jadi inilah mengapa kami katakan, saat saya beranjak remaja kami masih sering makan bersama. Sebagai kolega, saya makan siang, mereka juga makan siang. Kami tahu, jika kami makan burger sapi jangan tawarkan kepada yang Hindu. Itu penghinaan, itu penghujatan, mereka akan merasa sangat tersakiti.

Jangan pernah… jika Anda punya teman Hindu, “Hai, ayo makan daging sapi ini.

Saya kira tidak…. Hal yang sama bisa dikatakan tentang babi dan Muslim, Anda setuju? Bayangkan jika teman Anda berkata, “Ini burger babi, ayo… bacon (babi asap) rasanya enak.

Bagaimana perasaan Anda? Mereka menghormati Anda, Anda hidup bersama mereka, bersama Anda berkontribusi membangun bangsa…. Anda tahu kan? Tapi Anda punya batasan soal makanan yang berbeda, yang dihormati, jadi?

Ini adalah sesuatu yang harus kita bicarakan. Ini tak ada hubungannya dengan – orang ini tidak toleran -. Ada perbedaan yang besar antara perbedaan pendapat dengan tidak toleran, sangat besar. Saya berbeda dengan Anda saat ini, saya berbeda dengan Anda dalam 100 hal. Tapi saya sangat toleran, saya mendukung toleransi, saya mendukung hidup berdampingan, saya mendukung fakta bahwa kita semua harus berkontribusi dalam perkembangan negara kita.

Di sini di Malaysia, ada orang Cina, Melayu, pada sisi lain ada Muslim, Budha, mungkin Kristiani, bahkan mungkin Yahudi. Apapun keyakinan lainnya, saya tidak tahu bagaimana bangsa ini terbentuk dalam hubungannya dengan keyakinan, tapi saya yakin ada lebih dari 20-30 keyakinan. Lihatlah di Pamong Praja, Anda akan melihat berbagai orang dari berbagai ras, dan berbagai agama, dan mereka melayani bangsa ini. Itulah yang mereka lakukan? Apa? Melayani bangsa ini.

One thought on “[Transkrip Indonesia] Tidak Ucapkan Selamat Natal Bukan Berarti Intoleransi – Mufti Menk

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s