[Transkrip Indonesia] Setelah Pemilu Amerika Serikat 2016 – Nouman Ali Khan


REFLEKSI PEMILIHAN PRESIDEN AS

Alhamdulillaah, Alhamdulillaah al-khaaliqil wujuudi minal adam, wa jaa’ilinnuuri minazhzhulam, wa mukhrijishshabri minal alam, wa mulqiittaubati ‘alannadam. Fanasykuruhu ‘alalmashaa`ibi kamaa nasykuruhu ‘alanni’am, wa nushalli ‘alaa rasuulihil akram, lisyarofil asyami wa nuuril atam, walkitaabil muhkam, wa kamaalinnabiyyiina wal khaatam, sayyidii waladi adam.

Alladzii basyara bihi ‘isabnu maryam, wa da’a li bi’tsatihi ibrahiimu ‘alaihissalaam, hiina kaana yarfa’u qawaa’ida baitillaahil muharram, fashalallahu ‘alaihi wa sallam, wa ‘alaa atbaa’ihi khairil umam. Alladziina baarakallahu bihim kaafatannasil‘araba minhum wal ‘ajam.

Alhamdulillaah alladzii lam yattakhidz waladan, wa lam yakun lahu syariikun fil mulk, wa lam yakun lahu waliyyun minadzdzul, wa kabbirhu takbiiraa. Walhamdulillaah, alladzii anzala ‘alaa ‘abdihilkitaaba walam yaj’al lahu ‘iwajaa.

Walhamdulillaah, alladzii nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastagfiruh, wa nu’minu bihii wa natawakkalu ‘alaih, wa na’uudzu billahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a`maalinaa. Man yahdihillaahu falaa mudhilla lah, wa man yudhlil falaa hadiyalah. Wa nasyhadu an laa ilaaha illallaahu, wahdahu laa syariikalah. Wa nasyhadu anna muhammadan ‘abdullaahi warasuuluh, arsalahullahu ta’aalaa bil hudaa wa diinil haq, liyuzhhirahu ‘aladdiini kullih, wa kafaa billaahi syahiidaa.

Fashalallaahu ‘alaihi wasallama tasliiman katsiiran katsiiraa, tsumma ‘amma ba’d, fainna ashdaqal hadiitsi kitabullah, wa khairal hadyi hadyu muhammadin shalallaahu ‘alaihi wasallam, wa inna syaral umuuri muhdatsaatuhaa, wa inna kulla muhdatsatin bid’ah, wa kulla bid’atin dhalaalah, wa kulla dhalaalatin fiinnaar. Yaquulullahu azza wa jalla fii kitaabihil kariim. Ba’da an aquula a’uudzu billahi minasyaithonirrojiim.

Alladziina qoola lahuumun-naasu innan-naasa qod jama’uu lakum fakhsyauhum, fa zaadahum iimaanan wa qooluu hasbunallohu wa ni’mal-wakil. (QS Al Imran ayat 173)

Fanqolabuu bini’matin minallohi wa fadhlin lam yamsas-hum suuu’un, wattaba’uu ridhwaanalloh, wallohu dzuu fadhlin ‘azhiim. (QS Ali Imran ayat 174)

Innamaa dzaalikumusy-syaithoonu yukhowwifuu auliyaaa’ahuu, fa laa takhoofuuhum wa khoofuuni in kuntum mu’miniin. (QS Ali Imran ayat 175)

Robbisyroh lii shodrii, wa yassir lii amrii, wahlul uqdatan min lisaanii, yafqohuu qoulii. Wallaahumma tsabitnaa ‘indalmautii bi laa ilaaha illallaah, wallaahummaj’alnaa minalladziinaa aamanuu wa ‘amilushaalihaat wa tawaashau bil haq, wa tawaashau bishshabri. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.

Pada kesempatan Jumat ini, saya rasa komunitas muslim membutuhkan pidato pengakuan melebihi Hillary Clinton. Namun yang ingin saya bagikan minggu ini adalah beberapa pemikiran, dan peringatan bagi saya sendiri.

Jelas bahwa apa yang terjadi pada saat pemilihan masih terbayang di benak kita. Banyak orang menjadi sangat prihatin, takut, dan gugup tentang apa yang terjadi. Banyak di antara kita tahu bahwa website imigrasi Kanada “down” segera setelah hasil polling pemilu keluar. Banyak orang berpikir ingin keluar dari negeri ini atau apakah ini masih rumah kita? Dan tentu saja beberapa hal yang sangat diskriminatif yang tak bisa kita bayangkan mengemuka dan menjadi mainstream (hal umum) di negeri ini.

Baru-baru saja seorang teman saya membuat lelucon di bandara, “Kembali ke negerimu.” – ini di Los Angeles -.

Jawabnya, “Itu tidak lucu.

Kata temannya, “Saya bercanda, kamu termasuk yang baik.

Komentar-komentar yang tidak dapat diterima tersebut sekarang menjadi mainstream (hal umum). Jadi ada alasan untuk prihatin.

Kembali Kepada Qur’an Untuk Menemukan Perlindungan

Namun yang ingin saya lakukan adalah melangkah mundur satu langkah. Dan mengingatkan diri kita bahwa muslim, kita sudah pernah mengalami hal ini sebelumnya. Ini bukan kali pertama kita menghadapi, meresahkan permusuhan ini, ini belum kiamat. Faktanya saat pemerintahan Bush, keadaan ini juga pernah mempengaruhi pikiran para muslim. Dan pada periode II pemerintahan Bush, barangkali khutbah yang sama juga pernah diberikan.

Jadi saya ingin mulai pertama dan utama sekali dengan sebuah peringatan dari sebuah tempat yang memberi kita ketenangan dan perlindungan. Buku Allah tidak hanya tempat kita menemukan harapan dan tuntunan, tapi juga “multahad” kita.

Wa lan tajida min duunihii multahadaa.” (QS Al-Kahfi ayat 27)

Tempat kita mengungsi dan berlindung. Jadi saat kita merasa tidak menemukan perlindungan, kita datang kepada buku Allah.

Perang Uhud

Allah azza wa jalla berkata tentang sebuah kaum – ini setelah kekalahan besar di Uhud – mereka lemah, bahkan tak mampu berdiri tegak. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata – setelah musuh pergi, di mana Nabi sendiri juga hampir terbunuh – jadi ini kondisi yang sangat buruk bagi kaum muslimin. Mereka hampir terbunuh, dan kaum kafir berkata-kata buruk kepada mereka.

Saat kami menuju gunung, “Idz tush’iduuna wa laa talwuuna ‘alaaa ahad.” (QS Ali Imran ayat 153)

Saat mendaki gunung, Anda takkan menoleh ke belakang untuk melihat orang lain.

War-rosuulu yad’uukum fii ukhrookum.” (QS Ali Imran ayat 153)

Dan beberapa di antara sahabat merasa sangat takut. Mereka berlari ke atas, padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih di medan perang, memanggil mereka dari belakang. Dan mereka kembali lalu menyelamatkan beliau dan membawanya ke atas gunung.

Ketika itu pemimpin musuh Islam bicara dengan kata-kata kotor dari kaki gunung. Mereka memuji berhala mereka, karena Tuhan mereka menang kali ini. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab mereka, lalu mereka pergi. Namun sekitar separuh jalan kepergian Quraisy, sebuah ide muncul di kalangan musuh ini.

Mereka saat ini lemah dan terluka, sebaiknya kita kembali dan menyudahi mereka. Kita bunuh mereka semua, sekarang kesempatan kita.

Ini pertama kalinya kita mengalahkan mereka, dulu mereka mengalahkan kita di Badar, sekarang kita bisa membuat mereka kepayahan di Uhud, “Ayo kita kembali dan bunuh mereka!

Jadi sebuah ide muncul di antara mereka untuk menyudahi apa yang sudah mereka mulai. Laporan pengintai datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka kembali. Alih-alih berkata, “Ya Tuhan, kita belum siap, kita harus kabur.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam malah berkata, “Siapa yang akan berdiri bersamaku, ayo! Sebelum mereka sampai di sini kita harus mengejar mereka!

Meski banyak di antara sahabat yang terluka dan tak mampu berdiri, mereka bangkit dan mulai melangkah menuju musuh. Mereka menjawab seruan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dan yang lain berkata, “Apa yang kamu lakukan? Kamu akan terbunuh, kamu tak bersenjata! Bahkan jika kita bersenjata, kita tak bisa melawan mereka! Bagaimana kamu akan melawan mereka sekarang?

Sebagai jawaban Allah menurunkan sejumlah ayat, berikut beberapa di antaranya.

Alladziina qoola lahuumun-naasu innan-naasa qod jama’uu lakum.” (Ali Imran ayat 173)

Saat orang-orang berkata pada mereka, “Musuh sudah berkumpul melawanmu, ‘Fakhsyauhum,’ kamu seharusnya takut kepada mereka.

Ini masuk akal, musuh sudah berkumpul melawan kita. Mereka benci kamu, mereka ingin membunuhmu!

Cukuplah Allah Bagi Kita

Ini jauh lebih ekstrim dari yang kita alami sekarang, ini hanyalah siklus pemilu teman-teman. Tapi yang ini adalah Perang Uhud. Ini lebih ekstrim, dan sahabat punya alasan yang jauh lebih tepat untuk takut dari pada kita. Semoga Allah melindungi umat ini, tapi para sahabat ini punya alasan yang lebih tepat untuk ketakutan, mereka terluka. Lalu apa yang mereka katakan?

Mereka katakan, “Wa qooluu hasbunallohu wa ni’mal-wakil.” (QS Ali Imran ayat 173)

Cukuplah Allah bagi kita, Dia sudah cukup untuk melindungi kita dalam situasi ini. Cukuplah Allah. Itu adalah respons mereka. Jika Anda mendengar respons muslim sekarang, muslim yang sedang gugup; apa yang akan terjadi, aku tidak tahu….

Saya bahkan takut ke toko kelontong, mungkin kita harus bilang ke anak perempuan kita, isteri-isteri dan ibu-ibu kita untuk menanggalkan hijabnya… Atau tidak usah pergi ke Walmart, – saya tidak merekomendasikan Walmart -. Jangan pergi ke sana karena seseorang akan mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu. Waspadalah – ngomong-ngomong waspada itu penting -.

Tapi… respons pertama kita seharusnya adalah; “Hasbunallohu wa ni’mal-wakil.

Cukuplah Allah bagi kita, cukuplah Dia yang akan mengatasi situasi ini. Situasi ini terjadi sekarang di tahun 2016. Siapa yang menghalangi situasi seperti ini terjadi selama 50 tahun terakhir? Siapa yang menjaga kaum muslimin, Anda dan saya di rumah kita selama ini? Siapa yang mencukupi kita selama ini? Anda pikir perlindungan itu sudah tidak ada lagi setelah pemilu ini? Bahwa keamanan itu sudah tidak ada lagi?

Politik akan selalu berganti, demikian juga para pemimpin. Partai-partai akan silih berganti, tapi perlindungan Allah akan selalu ada. Akan selalu ada, dan kita tidak bisa melepaskannya bahkan saat kita lupa dengan Allah.

Saat Anda berpikir ini adalah situasi yang terlalu berat bagi kita untuk menanganinya, dan Anda lupa bahwa ada tali Allah di tangan Anda, maka jangan menjadi seperti mereka yang dikatakan Allah sebagai,

Wa laa takuunuu kalladziina nasulloha fa ansaahum anfusahum.” (QS Al-Hasyr ayat 19)

Ini sangat indah; Allah berkata jangan menjadi seperti orang yang melupakan Allah dan Allah membuat mereka melupakan dirinya sendiri. Pernyataan timbal baliknya seharusnya.

Jangan menjadi seperti orang-orang yang melupakan Allah, dan Allah melupakan mereka. Allah tidak bilang seperti itu.

Bahkan jika kamu melupakanKu, bahkan jika kita melupakan Allah, kita tidak sholat, bahkan saat kita berbuat dosa, tidak mematuhi perintahNya, dia masih melindungi kita. Dia masih memelihara kita, Dia tidak melupakanmu tapi kamu melupakanNya. Dia berkata jika kamu melupakan Allah apa yang terjadi? “Fa ansaahum anfusahum,” Dia membuat mereka melupakan diri mereka sendiri.

Jika muslim mulai takut kepada selain Allah, mereka akan mulai kehilangan keislamannya. Hijab akan mulai dilepas… Ini bukan pertama kalinya saya bicara soal ini. Seminggu setelah 9/11 saya ingat memberi sebuah khutbah. Karena isu yang muncul ketika itu adalah – Kita harus meninggalkan negeri ini -. Kita seharusnya tidak di sini lagi, mereka akan membunuh kita semua dan menjebloskan kita ke kamp konsentrasi.

Ingat soal pendaftaran khusus? Saya datang ke pendaftaran khusus, saya masih no 1560 sekarang. Dan saat itu mereka bicara kepada saya seakan saya bukan manusia. Saya ingat pengalaman itu, tapi Allah tetap ada di sana. Allah masih tetap melindungi kita.

Tapi juga ada mereka yang dulu ketakutan dan mundur selangkah dari Islamnya, padahal satu-satunya pelindung yang mereka miliki adalah Allah, tapi mereka kehilangan pelindung itu. Mereka pergi dari perlindungan Allah. Jangan menjadi seperti mereka, dan jangan biarkan ini terjadi pada keluarga kita.

Takut Hanya Kepada Allah

Kita tidak takut kepada manusia.

Kita hanya takut kepada Allah.

Ada alasannya mengapa disebut takut kepada Allah, karena begitu kita memilikinya, tak satu pun bisa menakuti kita lagi. Tak satu pun menggentarkan kita lagi. Itu takkan pernah terjadi.

Bahkan ketika kita berada di ambang kematian. Saat malaikat datang kepada orang beriman yang sedang sekarat. Semua yang berada di sekelilingnya menangis, takut ditinggalkan dia yang mereka cintai. Malaikat datang dan berkata, “Nahnu auliyaaa’ukum fil-hayaatid-dunyaa wa fil-aakhirot.” (QS Fushshilat ayat 41)

Kami akan menjadi teman pelindungmu di dunia ini dan di akhirat.

Allah mengirimkan penjaga keamanan untuk kita dari langit. Untuk masing-masing kita, “Yursilu ‘alaikum hafazhoh.” (QS Al An’am ayat 61)

Dia kirimkan penjaga keamanan untuk kita, itu yang Dia katakan. Setiap saat Anda naik mobil, ada petugas keamanan yang menjaga dari Allah.

Jadi jangan panik dengan apa yang terjadi, ini bukan kiamat. Dan sekarang mari mundur selangkah, saya tidak hanya ingin mengingatkan kembali dari buku Allah.

Dan kembali ke cerita tadi ketika kaum muslimin berdiri dan berkata, “Baiklah kita akan mendahului, kita akan menyerang ketimbang diserang.

Apa yang terjadi? Quraisy mendengar bahwa meski terluka kaum muslimin tetap bangkit. Mereka berkata, “Saya kira kita takkan mampu menghadapi mereka.”

Mereka kabur, mereka melarikan diri.

Fanqolabuu bini’matin minallohi wa fadhlin lam yamsas-hum suuu’un.” (QS Ali Imran ayat 174)

Mereka kembali dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah dan tak ada bahaya yang menyentuh mereka.

Rumus Menghadapi Bahaya

Kapan bahaya tak bisa menyentuh kita menurut rumus surat Ali Imran? Ada rumus di sini. Tak ada bahaya bisa menyentuhmu jika kamu memberanikan diri dan belajar membela dirimu sendiri. Saat kamu berhenti merasa takut.

Fa laa takhoofuuhum wa khoofuuni in kuntum mu’miniin.” (QS Ali Imran ayat 175)

Jangan takut kepada mereka, takutlah kepadaKu jika kamu memang beriman. Ini baru sepertiga pesan saya kepada Anda. Siapa yang menakuti kita? Sebenarnya bukan manusia. Allah sendiri menggambarkannya dalam ayat ini;

Innamaa dzaalikumusy-syaithoonu yukhowwifuu auliyaaa’ahuu.” (QS Ali Imran ayat 175)

Ternyata tak lain adalah syaithan, dialah yang menanamkan rasa takut terhadap temannya di dalam dirimu. Syaithan menggunakan temannya untuk menakutimu. Yang lain yang kita sukai dalam ayat ini; “Auliyaaa’ahuu”, yaitu “maf’ul” (objek) lain yang bisa digunakannya (syaitan).

Dalam bahasa sederhana berarti; mereka yang takut adalah teman syaithan. Jadi jangan menjadi temannya syaitan, jangan takut. Jangan gentar, kita harus menjadi kuat.

Politik Dan Muslim

Hal kedua yang ingin saya sampaikan adalah tentang komentar sederhana tentang inti dari politik dan hubungannya dengan Anda dan saya sebagai muslim. Sebagai setiap individu penduduk muslim.

Saya ingin Anda memahami sesuatu, pertama mari kita menuju dunia muslim. Jika seseorang berada di Pakistan, Malaysia, Bangladesh, Turki atau di tempat lain dan mereka sedang pemilu, mereka punya politik sendiri, dan punya kesepakatan (agreement) dan ada muslim di dua kubu yang dipilih.

Kandidat ini muslim yang satunya juga, partai ini muslim yang satunya juga. Dan setiap muslim di negara itu punya pilihan politiknya sendiri. Setiap orang punya pilihan, tapi mereka tak punya pendapat yang sama. Mereka tidak memiliki pendapat yang sama, tapi mereka sholat pada waktu yang sama. Beberapa di antara mereka bahkan sama-sama religius, mereka taat kepada Allah, mereka membaca buku Allah, mereka sholat lima waktu, mereka membayar zakat. Mereka memenuhi semua kewajiban agama, tapi secara politik mereka sangat berbeda satu sama lain.

Yang satu punya pendapat ini yang lain itu, yang satu setuju dengan kebijakan ekonomi ini yang lain dengan kebijakan ekonomi yang berbeda.

Mengapa ini saya bicarakan dengan Anda? Kita berasumsi bahwa lebih Islami untuk memilih kandidat ini dibanding kandidat yang satunya. Atau lebih Islami menjadi anggota partai yang satu dibanding yang lain.

Lihatlah, kaum muslim menjadi tidak bisa bergerak. Kita muslim, satu-satunya yang permanen bagi kita adalah prinsip kita.

Dan jika itu tentang beberapa prinsip kita, prinsip itu sangat konservatif. Kita punya nilai keluarga yang sangat konservatif. Kita punya nilai agama yang sangat konservatif, nilai-nilai sosial, ini fakta. Begitulah muslim.

Jika kita bicara tentang konservatif di Amerika, saya tidak perlu mengatakan partai mana yang harus Anda pikirkan. Di pihak lain ada nilai-nilai tertentu seperti kebebasan publik, hak publik, perlindungan minoritas, dan sebagainya, ini semua penting buat kita. Dan hal ini tidak terlalu terkait dengan partai tertentu. Ini terkait dengan partai yang lain, dan kita terjebak di antara keduanya.

Apakah Anda harus setia kepada prinsip dan mengabaikan kebebasan publik? Mengambil retorika kebencian ini atau berpegang kepada retorika kebebasan publik, hak bagi semua orang dan juga setuju dengan beberapa prinsip yang dibawa partai tersebut yang tak terkait sama sekali dan takkan takkan pernah terkait dengan muslim?

Kita terjebak di antara keduanya. Mengapa saya sebutkan hal ini? Karena politik dan Islam adalah dua hal yang terpisah. Dua hal yang berbeda, jangan campur adukkan satu sama lain.

Banyak orang yang memilih dalam pemilu ini untuk presiden yang menang. Mereka bukan memilihnya karena mereka benci muslim. Sebagian besar dari mereka tak ada hubungannya dengan muslim, mereka belum pernah bertemu seorang muslim. Mereka tak peduli, mereka hanya marah karena tak punya pekerjaan, ada migrasi besar-besaran dari kota mereka, mereka hanya marah karena pemerintahan Demokrat selama 8 tahun tak merubah kondisi ekonomi mereka sama sekali.

Mungkin dia (presiden terpilih) memang menyebutkan banyak hal rasis, dia bicara dengan kebencian, dia bicara buruk tentang komunitas Hispanik (mereka yang berbahasa Spanyol), dia berkomentar menghina wanita. Jadi mengapa? Mereka semua (kandidat presiden) sudah rusak juga. Jadi siapa peduli? Mungkin saja dia bisa membawa perubahan. (Demikian pemikiran para pemilih).

Jadi jika kita berpikir bahwa ini semua karena mereka (pemilih) benci muslim, itu salah. Serumit pendapat politik kita (muslim), begitu juga rumitnya pendapat politik mereka yang memilih. Tak bisa disimpulkan secara sederhana bahwa semua orang benci muslim, ini akan menjadi kekeliruan di pihak kita. Faktanya adalah… yang ingin saya sampaikan kepada Anda sekarang, bagaimana kita seharusnya berpikir tentang bangsa di mana kita hidup.

Akan ada sekelompok kecil, minoritas diskriminatif yang lantang. Orang yang penuh kebencian. Mereka yang saat ini sangat bahagia dengan hasil pemilu ini. Mereka merasa merekalah yang menang, dan mereka akan menjadi sangat lantang. Mereka akan menempelkan stiker yang menusuk di bumper mobilnya. Mereka akan berkomentar menyakitkan ketika bertemu Anda di toko, bandara, atau di kantor.

Beberapa dari kedengkian mereka akan muncul, tapi ini bukan berarti merupakan pendapat bangsa ini. Ada banyak orang baik di sini, Anda punya tetangga yang baik, Anda punya guru yang baik di sekolah, ada polisi yang baik juga. Ada orang-orang baik di negeri ini, dan kita takkan seperti mereka mereka yang men-stereotip-kan (*prasangka yang subjektif dan tidak tepat) semua muslim, kita takkan melakukan hal itu. Kita takkan menjadi terdakwa dari kejahatan di mana kita adalah korbannya. Ini adalah hal yang tidak boleh Anda lakukan.

Jadi jangan rancukan agama dengan politik satu sama lain dengan cara ini. Satu hal yang tetap dalam agama kita adalah hal-hal prinsip, dengan catatan itu saya akan tinggalkan Anda dengan nasehat praktis; apa yang harus kita lakukan? Kita muslim, seharusnya mengenali hal mendasar tentang politik di negeri kita, ini negeri kita.

Jika Anda memilih sebagai contoh, atau jika Anda terlibat di dalam politik, atau Anda mendukung satu kandidat atau tidak mendukung satu kandidat. Atas prinsip apa kita harus melakukannya? Kita punya sebuah amanah, dimanapun muslim tinggal, bahkan jika Anda menjadi satu-satunya muslim di desa, Anda satu-satunya muslim di sebuah pulau.

Lalu Anda ditanya tentang memilih seorang kandidat di pulau tersebut, atau membuat pilihan di pulau tersebut. Anda takkan berpikir apa yang terbaik bagi umat (muslim) saat memilih kandidat ini. Bagaimana kita berpikir? Kita akan memilih karena kandidat ini baik bagi muslim. Kita akan memilih yang itu karena akan baik bagi kaum muslim. Atau kita bahkan tidak berpikir lebih baik, tapi berpikir yang ini akan membunuh paling sedikit. Begitulah kita berpikir; ini akan membawa kerusakan yang paling ringan bagi muslim.

Pada hemat saya – Anda bebas untuk tidak setuju – ini adalah cara yang buruk dari setiap penduduk untuk berpikir. Memilih atau berpartisipasi di tempat manapun, karena Anda mengemukakan pendapat, adalah sebuah amanah. Dimanapun Anda hidup, di masyarakat manapun Anda tinggal Anda dan saya bertanggung jawab untuk berpikir yang terbaik bagi semua orang di sini termasuk saya.

Kita adalah warganegara, kita tidak memerankan diri sebagai muslim, tapi sebagai warganegara yang kebetulan seorang muslim yang hidup dengan keyakinannya. Dan kita harus memenuhi tugas kita.

Sama seperti di kantor, jika seseorang bertanya kepada Anda; siapa yang layak jadi manajer? Anda tidak akan berkata manajer mana yang bagus bagi para muslim di perusahaan ini, tidak. Tapi, siapa yang paling berkualitas? Siapa yang paling baik untuk perusahaan? Siapa yang paling baik untuk pekerjaan itu, siapa yang punya pengalaman paling baik?

Anda akan membuat keputusan ini berdasarkan keadilan dan prinsip. Bukan atas bias sebagai seorang muslim. Kesetiaan kita terhadap Islam tidak seharusnya menghilangkan kesetiaan kita kepada keadilan. Keadilan itu sendiri. Karena kandidat yang terpilih seharusnya adalah yang baik untuk semua warganegara. Seluruhnya, bukan hanya untuk kita sendiri.

Kita bukanlah kelompok “lobby” (*mencoba mempengaruhi) yang lain. Hanya karena kelompok Hispanik punya “lobby” tertentu, dan ada blok pemilih Hispanik, dan ada blok pemilih Yahudi, juga blok pemilih kulit putih, ada blok pemilih konservatif, orang-orang berpikir ada blok pemilih muslim, tapi tidak. Yang ada adalah prinsip muslim.

Mungkin di beberapa “county” (*daerah) ada pemilih yang menyadari bahwa kandidat Republik lebih baik bagi komunitas itu. Ini bisa saja terjadi, dan mereka harus memilih sesuai dengan hati nurani mereka. Bukan karena politik global, karena politik global akan menuju arah tertentu meski apapun usaha telah Anda lakukan untuk mencegahnya. Meski apapun usaha sudah kita lakukan guna mencegahnya.

Jadi nasehat praktis saya untuk Anda, bahwa sekarang kita perlu menumbuhkan keberanian. Banyak di antara Anda memiliki pekerjaan, bersekolah, tanggung jawab di rumah, Anda datang ke masjid, Anda punya kehidupan religius-spiritual, tanggung jawab semacam ini, namun sekarang kita tak bisa melakukan pertemuan kecuali pertemuan di Balai Kota kita. Kita harus terlibat dan menampakkan wajah kita di komunitas lokal, karena anak-anak kita di-bully (*diancam) di sekolah.

Anak-anak muslim setiap hari di-bully di sekolah umum. Siapa yang akan datang ke pertemuan di Balai Kota dan menyampaikan keluhan tentang sekolah kita? Siapa yang akan membuat keributan dalam pertemuan dengan mengatakan guru ini – yang membuat komentar ini di ruang kelas sekolah yang kita bayar pajaknya – sekarang melakukan diskriminasi terhadap anak-anak kita dari uang yang kita bayarkan, ini tidak bisa diterima….

Ini bukanlah hal yang Anda adukan kepada Presiden USA, tapi kepada kota Anda. Dan jika kita menampakkan diri kita, wanita, pria, berjenggot, berhijab, berkopiah, apa saja, memakai “thobe” (*gamis arab), saya tak peduli, pergilah ke sana, tampakkan diri Anda, lalu biarkan mereka bicara diskriminatif saat berhadapan dengan Anda.

Jika mereka melihat Anda berjalan sendiri di mall atau tempat lain, mereka bisa berkomentar. Tapi jika Anda dan saya muncul di pertemuan, 20, 50, 100 orang setiap minggu di setiap kota di mana kita berada, maka mungkin kita memang minoritas, tapi minoritas yang kuat. Kita bisa menjadi minoritas yang sangat kuat.

Dan saya berpendapat ini adalah tanggung jawab kita sebagai warga kota. Untuk membicarakan isu yang tidak hanya menyangkut muslim, tapi tentang apa yang lebih baik untuk komunitas kita, tentang jalan mana yang harus diperbaiki, sekolah mana yang harus ditingkatkan, toko minuman keras mana yang harus ditutup karena meningkatnya kejahatan di sekitar kita. Bagaimana kita menghadapi pelanggaran di lingkungan kita, apa yang terjadi dengan tingkat penangkapan, bagaimana dengan tingkat kejahatan? Siapa yang akan menyampaikan pertanggungjawaban pemerintah?

Banyak dari kita telah memilih, saat kita memilih presiden ada kotak suara. Kita cuma kenal kedua kandidat teratas tersebut, kita tidak kenal yang lainnya. Kita seperti hanya “pilih saja yang ini…. saya tidak kenal nama yang ini….

Kita tidak benar-benar kenal siapa yang terlibat di dalam politik dalam negeri kita. Dan merekalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita.

Merekalah yang tinggal di sini di Irving atau Euless, atau sebuah kota kecil di Wisconsin atau Chicago. Ikut sertalah secara lokal. Anda tak perlu jadi politisi… tapi Anda harus menjadi warga negara yang aktif. Dan kita harus mengajari anak kita menjadi warga negara yang aktif. Karena hingga kita muncul dan menumbuhkan kekuatan, kita akan tetap tidak terlihat (tidak berpengaruh) meski kita selalu datang sholat Jum’at. Tak masalah berapa jumlah kita, kita harus hadir di sana. Kita harus muncul di sana, Anda harus memahami hal ini, belajarlah!

Dan jadilah bagian dari masyarakat itu. Luangkan waktu disela kesibukan Anda, karena dengan beginilah kita bisa membangun masa depan. Kita bisa membangun rumah, membeli mobil, dan memperoleh pekerjaan di sini. Namun diskriminasi akan menjadi semakin memburuk, jika kita tidak terlibat dalam kegiatan di masyarakat.
Jika kita membiarkan diri kita terkungkung, kita takkan mampu melakukannya.

Suarakan Dengan Baik

Pesan terakhir saya kepada Anda sebelum menutup pembicaraan ini…. Tentang Musa ‘alaihissalam. Musa ‘alaihissalam harus menghadapi Fir’aun. Kita tak harus menghadapi Fir’aun yang jauh lebih buruk. Mungkin tidak sangat buruk, tapi tetap lebih buruk.

Musa ‘alaihissalam harus menghadapinya sendiri, lalu dia meminta dukungan kepada Allah. Dukungan seperti apa yang dia minta? Dia meminta dukungan saudaranya. Apa yang dikatakannya tentang saudaranya?

Usydud bihii azrii, wa asyrik-hu fii amrii.” (QS Ta Ha ayat 31-32)

Teguhkan punggung saya dengan adanya dia. Apa artinya meneguhkan punggung Anda? Anda didorong, dipukul, Anda hampir jatuh ke belakang, seseorang di belakang Anda menahan agar Anda tidak jatuh. Itulah artinya meneguhkan punggung saya. Artinya Musa ‘alaihissalam tahu bahwa dia berada di posisi bertahan. Dan dia butuh seseorang untuk bisa menahannya dengan lebih baik karena dia sendiri takkan bisa menahan dorongan itu. Jadi dia butuh seseorang yang akan mendorong punggungnya.

Dan kemudian di surat Qasas, apa yang dikatakan Allah kepadanya?

Syanasyuddu ‘adhudaka bi akhiika.” (QS Al Qasas ayat 35)

Aku akan menguatkan ototmu, tanganmu (bagian depan), dengan saudaramu. Kapan Anda gunakan bagian depan tangan Anda? Saat mendorong atau maju ke depan? Saat maju ke depan, artinya Allah tidak hanya membantu pertahanan (defense) tapi juga penyerangan (offense).

Musa diberi kemudahan untuk bicara dan maju ke depan. Kekuatan seperti apa yang dimiliki Harun ‘alaihissalam yang diketahui Musa ‘alaihissalam? Senjata apa yang akan dibawa Musa ‘alaihisssalam? Tombak atau pedang apa yang akan dibawanya?

Senjata itu ada di lidah Musa sendiri, “Huwa afshohu minnii lisaanan.” (QS Al-Qasas ayat 34)

Dia (Harun) bicara dengan lebih baik daripada saya. Ini adalah zamannya bicara dengan baik. Ini adalah masanya suara kita didengar, dan itu adalah penyerangan terbaik. Jika kita tetap diam, artinya kita menyerahkan senjata yang diberikan Allah bagi kita. Ini adalah saatnya untuk bangga menjadi seorang muslim, percaya diri sebagai orang beriman.

Senyum Dan Optimis Menghadapi Masalah

Saya akan menambah 15 detik lagi, saya janji ini yang terakhir….

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjalani kehidupan yang paling sulit. Selama 23 tahun misinya itu adalah bagian yang paling keras dari sejarah manusia. Setiap tahun ada masalah, tak ada setahun yang berlalu tanpa masalah. Masalah yang ada relatif besar, masalah yang mengancam kehidupan, ada masalah yang bisa mengakhiri karir Islam itu sendiri setiap tahun.

Dan apa yang dikatakan para sahabat tentang beliau? Kami tak pernah melihat Rasulullah tanpa senyuman. Anda tahu tentang hal ini kan? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika dikunjungi para sahabat, mereka selalu melihat senyum di wajah beliau. Itu adalah sunnah yang konsisten dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Katakan pada saya, saat Anda tertimbun masalah, tertimbun isu, – Anda dan saya tidak dalam posisi di bawah tekanan – Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Innaa sanulqii ‘alaika qoulan tsaqiila.” (QS Al-Muzzammil ayat 5)

Kami akan meletakkan perkataan yang berat di atasmu. Saat seseorang berada di bawah tekanan berat, hal terakhir yang bisa kita lihat adalah senyumnya.

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan kita sebuah sunnah saat berada di bawah tekanan dari berbagai musuh, tapi tetap ada senyuman di wajah beliau. Ikutilah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadilah orang-orang dengan alhamdulillah, jadilah optimistik. Allah akan menolong kita melaluinya, keadaan ini bukanlah apa-apa.

Ini bukanlah masalah, ini baru akan menjadi masalah bagi Anda dan keluarga jika Anda biarkan. Anda adalah kepala keluarga, lelaki yang berdiri di sini. Anda tak seharusnya menanamkan rasa takut kepada anak-anak Anda, dan pasangan Anda terhadap apa yang terjadi. Anda seharusnya menanamkan harapan, percaya diri, dan kekuatan. Ini adalah ujian dari Allah, dan kita akan menjadi lebih kuat karenanya.

Semoga Allah azza wa jalla melindungi umat ini, dan memberi kita kemampuan untuk memimpin komunitas kita dengan cara yang bersemangat. Semoga Allah azza wa jalla membuat kita berkomitmen kepada prinsip kita yang kekal, dan tidak goyah dengan perubahan situasi.

Barakallaahu lii wa lakum fil quraanil hakiim, wa nafa’ni wa iyyakum bil aayaati wa dzikril hakiim.

Alhamdulillaahi wa kafaa washalaatu washalaamu ‘alaa ‘ibaadihi alladziina ishthofaa, khushuushaan ‘alaa afdhaalihim, wa khaatamin nabiyyiin muhammadinil amiin wa ‘alaa aalihi washaḥbihii ajmaʻiin.

Yaquulullaahu ‘azza wa jalla fii kitaabihil kariim baʻda ꞌan aquula, a’udzubillaahi minasysyaitaanirrajiim. Innallaaha wa malaaikatahu yushalluuna ‘alannabii, yaa ayyuhalladziina aamanuu shallu ‘alaihi wa sallimu tasliimaa.

Allaahumma shalli ‘alaa muhammadin wa ‘ala ‘aali muhammad, kamaa shallaita ‘alaa ibraahiim wa ‘alaa ‘aali ibraahiim, fiil ‘aalamiin innaka hamiidun majiid. Allaahumma baarik ‘alaa muhammadin wa ‘alaa ‘aali muhammad, kamaa baarakta ‘alaa ibraahiim wa ‘alaa ‘aali ibraahiim, fiil ‘aalamiin innaka hamiidun majiid.

‘Ibadallaah, raahimakumullah, ittaqullah. Innallaaha ya’muru bil’adli walihsaan, wa itaai dzilqurba, wa yanha ‘anilfahsyaai wal munkar, wa ladzikrullahi akbar, wallahu ya’lamu ma tashna’uun.

Aqimisshalaah, innasshalaata kaanat ‘alalmu’miniina kitaaban mauquuta.

One thought on “[Transkrip Indonesia] Setelah Pemilu Amerika Serikat 2016 – Nouman Ali Khan

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s