“Qolilamma tasykuruun.” (QS Al A’raf ayat 10)
Sedikit sekali kamu bersyukur.
“Wa laqad kholaqnaakum tsumma showwarnaakum tsumma qulnaa lil-malaaa’ikatisjuduu li’aadama, fa sajaduuu illaaa ibliis.” (QS Al A’raf ayat 11)
Ayat yang sangat jelas, saya akan memberikan sekilas terjemahnya sebelum kita lanjut ke subjek yang lebih berat. Kami menciptakanmu, Kami yang telah menciptakan kamu. Kami yang membentuk (tubuh)mu. Jadi Aku tahu seperti apa dirimu. Karena Aku yang menciptakanmu. Dan Aku tahu bagaimana Aku memperindah dirimu. Dan Aku meletakkan sesuatu di dalam dirimu. Dan Aku tahu setiap bagian di tubuhmu. Dan Aku tahu setiap yang kamu inginkan dan kau dambakan. Dan setelah menciptakan tubuhmu, fisikmu, Aku meletakkan sesuatu yang menarik dalam dirimu, yang tidak Allah sebutkan di sini.
Tetapi Allah berfirman, “Tsumma qulnaa lil-malaaa’ikatisjuduu li’aadama.” (QS Al A’raf ayat 11)
Kami berfirman kepada Malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam.”
Maka mereka pun bersujud kecuali Iblis.
“Lam yakun minas-saajidiin.” (QS Al A’raf ayat 11)
Ia (Iblis) tidak akan pernah menjadi mereka yang bersujud (kepada Adam). Iblis tidak akan melakukannya.
“Lam yakun minas-saajidiin.” (QS Al A’raf ayat 11)
Padahal seharusnya berbunyi, “Ma sajada au lam yasjud.”
“Lam yakun minas-saajidiin.” (QS Al A’raf ayat 11)
Iblis tidak akan pernah melakukannya. Allah tahu selamanya ia (Iblis) tidak akan pernah mau melakukannya (sujud ke Adam).
“Qoola maa mana’aka allaa tasjuda idz amartuk.” (QS Al A’raf ayat 12)
Allah berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud saat Aku memerintahkanmu (untuk bersujud)?”
“Qoola ana khairum min-h.” (QS Al A’raf ayat 12)
Kamu tahu ceritanya. Ini bukan fokus hari ini tetapi penting dalam membangun kajian ini.
Iblis menjawab, “Aku lebih baik daripadanya (Adam).”
“Qoola ana khairum min-h, kholaqtanii min naar, wa kholaqtahuu min thiin.” (QS Al A’raf ayat 12)
“Engkau menciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Kamu tahu, orang kafir tidak percaya bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakannya. Orang kafir tidak percaya bahwa Allah adalah Kholiq (Pencipta). Ini adalah perkataan Iblis.
Dan Iblis mengatakan, “Kholaqtanii.”
“Engkau menciptakan aku (Iblis).”
Iblis tidak hanya percaya pada Allah, Iblis bahkan berbicara pada Allah. Dan Iblis mengakui bahwa Allah adalah penciptanya. Kekafirannya bukan tidak mengetahui atau tidak percaya bahwa Allah itu ada. Kekafirannya sebenarnya adalah ketidakpatuhannya.
Saya akan mengatakannya tiga kali. Kekafirannya adalah ketidakpatuhannya. Kekafirannya adalah ketidakpatuhannya. Kekafirannya adalah ketidakpatuhannya. Mengapa saya mengatakan ini tiga kali?
Karena ada di antara hadirin yang membangkang perintah Allah, mereka berkata, “Ini tidak seburuk itu! Setidaknya saya masih beriman.”
“Setidaknya saya masih beriman. Bukan berarti saya seorang kafir.”
“Saya melakukan beberapa hal, saya tahu, itu bodoh. Tapi ini tidak berarti saya seorang yang tidak beriman.”
Kekafirannya adalah ketidakpatuhannya. Setan, ia tidak perlu menjadikanmu tidak beriman. Kamu masih bisa memanggil Allah sebagai penciptamu. Yang perlu setan lakukan adalah membuatmu apa? Tidak mematuhi (Allah).
Yang perlu setan lakukan hanyalah membuatmu melanggar perintah Allah. Kamu harus mengerti hal itu. Dan jika kamu tetap mengatakan pada dirimu sendiri di akhir, “Setidaknya saya masih beriman pada Allah.”
“Itu seharusnya cukup untuk saya.”
Maka ingatlah setan juga percaya pada Allah juga. Ia juga melakukan hal yang sama persis. Itulah mengapa saya mengulangnya tiga kali. Kamu dapat intinya? Itu benar-benar penting untuk kajian ini.
“Kholaqtanii min naar, wa kholaqtahuu min thiin.” (QS Al A’raf ayat 12)
“Qoola fahbith min-haa fa maa yakuunu laka an tatakabbaro fiihaa.” (QS Al A’raf ayat 13)
Dan Allah berfirman, “Maka turunlah kamu (Iblis) darinya (surga); karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya.”
Untuk berpikir, untuk menganggap diri besar di sini. Tidak pantas membuat dirimu lebih besar daripada Allah. Apa yang kita katakan di setiap shalat? Allahu Akbar. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Yang berarti, saya tidak (lebih besar), saya tidak (lebih besar), saya tidak (lebih besar).
Dan Allah berkata, saat kamu tidak patuh, itu artinya kamu merasa lebih besar. Kamu pikir kamu lebih besar. Itulah ketidakpatuhan. Maka Allah berkata pada Iblis, “Tidak sepatutnya kamu menyombongkan diri di tempat ini.”
“Fakhruj innaka minash-shooghiriin.” (QS Al A’raf ayat 13)
“Maka keluarlah dari sini, pergi! Kamu (Iblis) diusir!”
Sesungguhnya kamu (Iblis) termasuk mahluk yang hina.
“Ash-shooghiruun” di sini artinya terhina.
“Qoola anzhirnii ilaa yaumi yub’atsuun.” (QS Al A’raf ayat 14)
Maka, Iblis menjawab, “Berilah aku penangguhan waktu, sampai hari mereka dibangkitkan.”
“Sampai hari saat manusia dibangkitkan kembali.”
Iblis meminta Allah, memberikan waktu sampai Hari Kiamat.
Allah berfirman, “Qoola innaka minal-munzhooriin.” (QS Al A’raf ayat 15)
Allah berfirman engkau akan diberikan waktu sampai saat itu (Hari Kiamat). Kamu termasuk yang diberi penangguhan waktu. Aku memperbolehkanmu tinggal selama itu (hingga Hari Kiamat).
Ulama berselisih pendapat apakah Iblis mati atau tidak, dan ini adalah keturunan Iblis. Atau apakah ini Iblis sendiri. Tetapi “isyarah” dalam Al Quran adalah Iblis masih hidup. Bahwa Iblis masih hidup. Seperti ada hadits yang mengemukakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertemu dengannya.
Kamu mengerti? – ‘alaihi shalawatu wa sallam –
Jadi ia (Iblis) masih ada dan berkeliaran. Iblis yang itu. Iblis yang sama masih berkeliaran. Dan ia (Iblis) memiliki pasukan. Ia memiliki bawahan yang melanjutkan “was wasa” (bisikan jahat) atas namanya, termasuk dirinya (Iblis).
Jadi Allah berfirman, akan Aku berikan waktu, “Innaka minal-munzhooriin.” (QS Al A’raf ayat 15)
Pada dasarnya ia (Iblis) mendapat masalah dengan Allah karena kita. Dalam pikirannya, siapa yang ia (Iblis) salahkan? Kita.
Misalnya, ada dua orang perempuan bersaudara di rumah. Bukan saudara dalam Islam. Saudara kandung. Dua saudara perempuan di rumah, dan keduanya ada di satu ruangan. Dan salah satu dari mereka menggunakan telepon, dan yang lainnya berkata, “Menyingkir dari teleponnya. Saya sedang bicara di telepon.”
Lalu yang satu meletakkan teleponnya dan berkata, “Kamu tidak bisa mengatakan apa yang harus saya lakukan.”
Dan mereka mulai bertengkar satu sama lain. Kemudian salah satu dari mereka mendapat masalah. Saya tidak akan memberitahumu yang mana. Salah satu dari mereka mendapat masalah. Sekarang ia bermasalah dengan orang tuanya. Tapi siapa yang ia tatap dengan tatapan yang seolah menyorotkan laser? Kamu menyalahkan saudaramu.
“Ini salahmu. Kamu arrghh.. saya benci kamu!”
“Orang tua saya membenciku karena kamu.”
“Tidak ada yang salah denganku. Saya tidak punya masalah temperamen.”
“Aku tidak memiliki masalah apapun. Kamu yang membuatku terlihat buruk.”
Jadi, ini sekarang, “Walillaahil-matsalul a’laa.” (QS An Nahl ayat 60)
Ini masih hubungan “qurb” (kedekatan). Iblis, ia ingin menunjukkan kedekatannya dengan Allah. Dan sekarang ia dipermalukan karena keberadaan siapa? Iblis mengembangkan kebenciannya pada manusia. Dan Iblis berkata, “Ya Allah izinkan aku membuktikan pada-Mu. Engkau telah membuat keputusan yang salah.”
“Izinkan aku (Iblis) membuktikan pada-Mu. Engkau tidak seharusnya memuliakan mereka. Engkau seharusnya memuliakanku.”
“Izinkan aku membuktikan pada-Mu, bahwa Engkau seharusnya tidak membuatku bermasalah.”
“Mereka yang seharusnya bermasalah. Berikan padaku waktu sampai Hari Kiamat.”
“Fa bimaa aghwaitanii.” (QS Al A’raf ayat 16)
“Karena Engkau telah membuatku tersesat.”
“Karena Engkau membuatku melakukan kesalahan. Engkau memperangkapku ke dalamnya.”
Yang kedua ia (Iblis) juga menyalahkan Allah.
“La aq’udanna lahum shiroothokal-mustaqiim.” (QS Al A’raf ayat 16)
Aku (Iblis) akan duduk menunggu mereka. “Qo’ada lahu” dalam bahasa Arab artinya, duduk di suatu tempat dan menunggu untuk menyerang tiba-tiba di hadapan seseorang. “Qo’ada” berarti, duduk di suatu tempat, dan dengan “lam” berarti menunggu dan kamu menunggu untuk menyerang seseorang.
Seperti bayangkan di luar pintu, salah satu dari kamu ada di balik pintu Masjid, dengan tongkat baseball, menunggu temanmu untuk keluar. Mungkin bukan pemukul baseball, mungkin membawa bunga atau apa pun. Saya tidak tahu.
Tetapi idenya adalah kamu bersembunyi menunggu seseorang muncul kemudian kamu menyerangnya. Dan seseorang yang menunggu untuk menyerang, apakah ia menampakkah dirinya atau tidak? Ia tidak menampakkan dirinya.
Apakah ia menyerah setiap waktu atau di saat yang tepat? Ia menunggu waktu yang tepat kemudian menyerang. Benar kan?
Itu tercantum di dalam “La aq’udanna lahum shiroothokal-mustaqiim.” (QS Al A’raf ayat 16)
Aku (Iblis) akan berada di “jalan yang lurus”. Tapi aku tidak akan keluar sepanjang waktu. Aku akan menemukan momen yang tepat. Dan kemudian aku akan menyelipkan sesuatu ke dalam diri mereka dan keluar sebelum mereka menyadari aku di sana merancang sesuatu untuk mereka.
“Tsumma la’aatiyannahum min baini aidiihim.” (QS Al A’raf ayat 17)
Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan. Apa yang ada di depan kita? Jalan lurus menuju Surga.
Aku akan mendatangi mereka dan mengatakan, “Hei jangan pergi ke sini, jangan pergi ke Surga. Surga terlalu jauh, bung.”
Dan mereka (Iblis dan pasukannya) akan memberikan sesuatu ke pada mereka (manusia) sekarang.
“Mengapa kamu harus bekerja keras ke Surga?”
“Aku akan memberimu kesenangan sementara.”
Saya akan memberikan satu dari beberapa interpretasi dari ayat ini. Ia (setan) akan mendatangi mereka dari depan.
“Wa min kholfihim.” (QS Al A’raf ayat 17)
Aku akan mendatangi mereka dari belakang.
Aku akan datang dari belakang mereka, menarik mereka. Kamu paham? Seseorang menyerangmu dari belakang. Ia ingin kamu berhenti. Kamu membuat kemajuan, dan mereka ingin kamu berhenti. Dan mereka ingin kamu untuk kembali ke belakang. Ekspresi ini digunakan dalam Al Quran.
“Inqolabtum ‘alaaa a’qoobikum.” (QS Ali Imran ayat 144)
Kamu akan balik arah. Kamu akan berbalik ke belakang. Kamu membuat kemajuan menuju Allah, kemudian kamu mulai berbalik ke belakang. Aku (Iblis) melihat mereka mengalami kemajuan, dan aku akan menarik mereka kembali ke belakang. Aku akan menyerang mereka dari belakang.
“Wa ‘an aimaanihim wa ‘an syamaaa ‘ilihim.” (QS Al A’raf ayat 17)
Aku akan mendatangi mereka dari kanan dan kiri mereka. Ini telah ditafsirkan dalam banyak arti. Tetapi “kanan mereka” berarti, mereka akan berada di antara teman-teman yang baik, aku akan tetap mendatangi mereka. Mereka mungkin berada di teman-teman yang buruk, aku akan tetap mendatangi mereka.
Karena di kananmu (“yamiin“), kamu melakukan sesuatu yang baik. Sisi kanan sering diasosiasikan dengan perbuatan baik. Sisi kiri diasosiasikan dengan perbuatan buruk. Jadi dari kanan, bahkan ketika mereka sedang melakukan perbuatan baik, aku akan tetap menganggu mereka.
Bahkan ketika kamu sedang membaca Al Quran, ia akan tetap mengganggumu. Itulah mengapa Allah berfirman, “Fa idzaa qoro’tal-qur’aana fasta’idz billaahi minasy-syaithoonir-rojiim.” (QS An Nahl ayat 98)
Maka apabila engkau hendak membaca Al Quran, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Kenapa? Padahal kamu melakukan perbuatan baik. Apa yang setan lakukan dengan perbuatan baik?
Aku (setan) akan mendatangi mereka saat mereka melakukan perbuatan baik. Aku akan menyerang mereka saat mereka berbuat buruk. Aku tidak akan berhenti. Aku akan mencari kesempatan.
“Wa laa tajidu aktsarohum syaakiriin.” (QS Al A’raf ayat 17)
Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. Engkau tidak akan mendapatkan mayoritas dari mereka bersyukur sama sekali. Dengan kata lain, saat mereka tidak patuh pada-Mu, saat mereka patuh padaku, itu berarti mereka tidak bersyukur pada-Mu. Dari mana bahasan ini bermula?
Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan penghidupan untukmu.”
Benar? Ingatkah? (QS Al A’raf ayat 10)
Bagaimana kelanjutan dari bahasan ini? Allah mengajarkan pada kita, lihatlah! Allah meminta kita beberapa hal yang seharusnya tidak kita lakukan. Ada beberapa hal yang seharusnya kita tidak lakukan. Sebagian besar dari apa yang ada di bumi halal untuk kita.
Berapa jenis daging yang haram untuk kita? Kita bisa menghitungnya. Bandingkan dengan halal bagi kita, tak terhitung. Berapa jenis minuman yang haram untuk kita? Pada dasarnya beberapa variasi dari produk yang sama. Benar kan? Dan berapa banyak jenis minuman yang halal untuk kita? Kamu tidak dapat menghitungnya. Itu adalah jumlah yang tak terhitung.
Jadi perbandingan antara apa yang Allah perbolehkan untuk kita nikmati, dan apa yang Allah minta kita hindari, tidak ada perbandingan!
Dan kamu masih mengejar beberapa hal yang Allah perintahkan untuk tidak dilakukan. Maka kamu tidak bersyukur.
Dan Iblis berkata, “Lihatlah, seluruh bumi Engkau izinkan untuk mereka, dan Engkau halalkan untuk mereka, tetapi beberapa hal yang Engkau haramkan, aku akan membuat mereka memilih itu.”
“Dan Engkau akan melihat mereka tidak bersyukur. Mereka tidak menghargai semua yang Engkau berikan pada mereka.”
“Mereka hanya menginginkan hal-hal yang terlarang untuk mereka.”
“Wa laa tajidu aktsarohum syaakiriin.” (QS Al A’raf ayat 17)
“Qoolaakhruj min-haa madz ‘uuman mad-huraa.” (QS Al A’raf ayat 18)
“Keluarlah kamu dari sana dalam keadaan terhina dan terusir. Dan kamu akan dikeluarkan, didorong keluar, ditendang keluar.”
“Laman tabi’aka min-hum.” (QS Al A’raf ayat 18)
Siapa pun yang mengikutimu di antara mereka. Siapa pun yang mengikutimu di antara mereka.
Allah tidak mengatakan, siapa pun yang tidak beriman pada-Ku. Bukan itu syaratnya. Satu-satunya syarat yang Allah letakkan di sini, siapa pun mendengarkanmu (mendengarkan setan). Siapa pun yang menurutimu (setan) di antara mereka. Apakah mungkin seorang muslim menuruti setan? Kita adalah target besar. Siapa pun yang mengikutimu di antara mereka.
“La’amla’anna jahannama minkum ajma’iin.” (QS Al A’raf ayat 18)
Bukan “minhum ajma’iin“.
Aku akan mengisi neraka, Aku bersumpah untuk itu, dengan kamu semuanya.
Dia (Allah) tidak mengatakan “mereka” semua, Allah mengatakan “kamu” semua.
Ini sebenarnya “li tau’iyah” untuk menakuti kamu.
“Li tahdid” untuk menantang kamu.
Mereka yang membaca Al Quran akan berkata, “Tunggu! Dari mana kata ‘kamu’ berasal?”
Saya mengira Allah akan mengatakan, “Aku akan mengisi neraka dengan mereka.”
Allah berfirman, “Aku akan mengisi neraka dengan kamu!”
Kamu sedang membaca kitab (Quran), dan tiba-tiba kitab itu menunjuk padamu. (Kitab) ini menunjuk pada kamu dan saya!
“Saya??”
Ya, sebaiknya kamu tidak mengikuti setan.
Karena itu benar-benar menunjuk padamu adalah jika kamu mengikuti setan. Maka kamu menjadi ketakutan, “Ya Allah jangan.”
Paham? Ini bermaksud untuk menakutimu.
Untuk tiba-tiba beralih ke (sudut pandang) orang kedua.
—-
English Transcript: https://islamsubtitle.wordpress.com/2017/12/08/when-you-disobey-allah
[…] —– Indonesian Transcript: https://nakindonesia.wordpress.com/2016/10/13/bila-tidak-mematuhi-allah […]
LikeLike