Alhamdulillaah, Alhamdulillaah al-khaaliqil wujuudi minal adam, wa jaa’ilinnuuri minazhzhulam, wa mukhrijishshabri minal ‘aalam, wa mulqiittaubati ‘alannadam. Fanasykuruhu ‘alalmashaa`ibi kamaa nasykuruhu ‘alanni’am, wa nushalli ‘alaa rasuulihil akram, lisyarofil asyami wa nuuril atam, walkitaabil muhkam, wa kamaalinnabiyyiina wal khaatam, sayyidii waladi adam.
Alladzii basyara bihi ‘isabnu maryam, wa da’a li bi’tsatihi ibrahiimu ‘alaihissalaam, hiina kaana yarfa’u qawaa’ida baitillaahil muharram, fashalallahu ‘alaihi wa sallam, wa ‘alaa atbaa’ihi khairil umam.
Alladziina baarakallahu bihim kaafatannasil‘araba minhum wal ‘ajam. Falhamdulillaah alladzii lam yattakhidz waladan, wa lam yakun lahu syariikun fil mulk, wa lam yakun lahu waliyyun minadzdzul, wa kabbirhu takbiiraa. Walhamdulillaah, alladzii anzala ‘alaa ‘abdihilkitaaba walam yaj’al lahu ‘iwajaa.
Walhamdulillaah, alladzii nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastagfiruh, wa nu’minu bihii wa natawakkalu ‘alaih, wa na’uudzu bihi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a`maalinaa. Man yahdihillaahu falaa mudhilla lah, wa man yudhlil falaa hadiyalah. Wa nasyhadu an laa ilaaha illallaahu, wahdahu laa syariikalah. Wa nasyhadu anna muhammadan ‘abdullaahi warasuuluh, arsalahullahu ta’aalaa bil hudaa wa diinil haq, liyuzhhirahu ‘aladdiini kullih, wa kafaa billaahi syahiidaa.
Fashalallaahu ‘alaihi wasallama tasliiman katsiiran katsiiraa, tsumma ‘amma ba’d, fainna ashdaqal hadiitsi kitabullah, wa khairal hadyi hadyu muhammadin shalallaahu ‘alaihi wasallam, wa inna syaral umuuri muhdatsaatuhaa, wa inna kulla muhdatsatin bid’ah, wa kulla bid’atin dhalaalah, wa kulla dhalaalatin fiinnaar. Yaquulu subhaanahu wa ta’aalaa fii kitaabihil kariim. Ba’da an aquula a’uudzu billahi minasyaithonirrojiim.
Tabaarokasmu robbika dzil-jalaali wal-ikroom. (QS Ar Rahman ayat 78)
Robbisyroh lii shodrii, wa yassir lii amrii, wahlul uqdatan min lisaanii, yafqohuu qoulii. Wallaahumma tsabitnaa ‘indalmautii bi laa ilaaha illallaah, wallaahummaj’alnaa minalladziinaa aamanuu wa ‘amilushaalihaat wa tawaashau bil haq, wa tawaashau bishshabri. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.
Pertama, adalah sebuah kehormatan untuk berada di sini di Masjid East London. Dan saya ingin berbagi dengan Anda bahwa saya punya kecintaan khusus kepada kota London. Setiap ada kesempatan, saya datang ke sini. Lebih sering lagi saya ke sini tanpa memberi tahu seorang pun.
Dan yang paling saya sukai tentang kota ini adalah kaum Muslim di kota ini. Dan itu adalah sesuatu yang spesial yang Anda miliki di sini. Ada energi bahkan di antara para pemuda di sini, yang memiliki semangat untuk melayani Agama ini, untuk berkomitmen pada Agama ini belum pernah terjadi sebelumnya di Dunia Islam Barat.
Saya pernah ke negara-negara seperti Australia, seluruh Kanada, seluruh Amerika Serikat, ke banyak belahan dunia. Dan saya belum pernah menyaksikan energi dan antusiasme terhadap Agama seperti yang dimiliki para pemuda di sini.
Dengan Nama Allah
Pada Khutbah hari ini, saya ingin berbagi dengan Anda tentang sesuatu yang kita baca setiap waktu, sesuatu yang kita sebut setiap saat, dan – menurut saya – sering kita abaikan. Dan itu adalah sebuah hadiah dari Allah bagi kita semua yaitu “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim“. Ada banyak hal yang bisa dibahas tentang “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim“, tapi hari ini saya akan berbagi beberapa saja.
Yang pertama tentu saja terjemahan yang paling familiar bagi Anda yakni “Dengan nama“. Begitulah awalnya. “Dengan nama Allah“. Nanti kita sampai kepada “Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim” sebentar lagi. Namun saat kita mengucapkan “Dengan nama Allah“, ini adalah istilah Arab “ism” yang telah diartikan sebagai “nama”.
Tapi sebenarnya istilah Arab “ism” berasal dari “wasm“. Dan “wasaama” dalam bahasa Arab sebagai kata kerja berarti dua hal. Sebuah penanda, semacam merek (brand), seperti yang terkadang dimiliki hewan. Contohnya kuda kepunyaan seseorang. Ada banyak kuda putih. Apakah itu punya saya atau punya Anda? Makanya mereka memberi merek kudanya. Sehingga saya tahu, kuda yang ini milik saya. Jadi itu adalah tanda yang membedakan seekor kuda dari yang lainnya.
Sama juga dengan orang kembar. Saya tak tahu yang mana Abdullah yang mana Abdulkareem? Saya tak tahu yang mana. Salah satu di antaranya punya tanda lahir. Itulah “wasm“-nya. Sebuah tanda yang membedakan seseorang dari orang lain yang Anda kenal. Itulah sebenarnya makna “wasm“.
Makna lain dari “wasm” yang sebenarnya berasal dari kata “wasaama“. Dan dari kata itu diturunkan kata “waseem” dan “wisaam” yang berarti keindahan. Dengan kata lain, tidak hanya berarti tanda tapi sebuah tanda keindahan. Itu adalah dua hal yang muncul dari kata itu.
Saat kita ucapkan “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim“, kita mengakui sesuatu tentang Allah. Bahwa setiap orang dengan kualitas sepertiNya, segala hal yang dilakukanNya adalah unik bagi diriNya. Yang tidak bisa dirancukan dengan orang lain. Cara Allah memperlihatkan belas kasih, cara Allah memberi petunjuk, cara Allah mencukupi hambaNya, cara Allah merencanakan, cara Allah melakukan segala sesuatu yang dilakukanNya adalah unik bagiNya. Tidak bisa dibandingkan. Itulah tanda unikNya. Ini hal yang pertama.
Hal yang kedua, juga, segala sesuatu yang dilakukan Allah – apakah Anda atau saya paham atau tidak – memiliki keindahan di dalamnya. Segala sesuatu yang dilakukan Allah ada keindahan di dalamnya. Dan itu hanya dalam [kata “ism“], saat kita gunakan nama “ism“.
Memohon Pertolongan Allah
Sekarang mari kita lanjutkan lebih jauh. Saat kita ucapkan “Dengan nama Allah“, allih-alih hanya mengucapkan Allah atau hanya memanggil Allah. Sebenarnya kita memohon dengan nama Allah, memohon nama, keunikan Allah dan keindahan dari semua kualitas Allah. Kita sebenarnya, seperti komentar Imam Al-Alousi rahimahullah.
“Al-ba’u lilisti’anah.” (huruf ba pada “bismillah” artinya memohon pertolongan)
Bahwa Anda memohon pertolongan Allah. Ketika mengatakan “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim“, Anda sebenarnya memohon pertolongan Allah. Namun manusia membutuhkan pertolongan yang lain. Saat sakit, Anda butuh seseorang untuk menyembuhkan. Saat lelah, Anda butuh seseorang untuk menolong Anda. Saat kebingungan Anda butuh seseorang untuk menjelaskan pada Anda. Saat Anda tidak tahu, Anda butuh seseorang untuk mendidik Anda. Saat Anda tersesat, Anda butuh seseorang untuk menunjuki Anda. Semua itu bukan hanya satu bentuk pertolongan.
Jika lapar, Anda tak butuh pendidikan sekarang; Anda butuh makan. Itu bentuk pertolongan yang lain. Jadi saat Anda memohon pertolongan Allah, lalu pada saat yang lain Anda butuh bentuk pertolongan yang lain. Dan tentu saja, setiap nama Allah berhubungan dengan bentuk pertolongan yang berbeda.
Saat Allah menyebut diriNya “Al-Hadi“, Yang Maha Menunjuki. Tentu saja pertolongan yang diberikanNya adalah Dia memberi petunjuk kepada kita.
Saat Dia menyebut diriNya “Maha Pemberi Rezeki”, “Ar-Razzaaq“. “Ar-Raaziq” dan “Ar-Razzaaq“; Yang memberi secara terus menerus. Maka jelas saja, dengan nama tersebut Dia akan mencukupkan kebutuhan saya.
Saat Dia menyebut diriNya “Dzul quwwatil mateen“, Yang memiliki kekuasaan yang kokoh, kekuatan yang besar. Maka saya butuh kekuatan. Saya lemah. Dan saya akan memanggil kekuatan Allah untuk memberi saya sedikit dari kekuatan tersebut. Sehingga saya bisa menyelesaikan apa yang harus saya lakukan.
Jadi setiap nama Allah memberi kita jenis pertolongan yang berbeda. Namun saat saya bangun di pagi hari dan beranjak dari tempat tidur dan saya membaca “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim” begitu saja. Hanya begitu saja. Saya tidak berpikir nama yang mana yang saya butuhkan sekarang bukan?
Apakah saya butuh Allah untuk memberi saya kekuatan untuk bangun?
Apakah saya butuh Allah untuk memberi saya petunjuk pagi ini?
Apa saya butuh Allah untuk menolong saya merencanakan hari ini?
Apa saya butuh Allah untuk memberi saya rezeki halal?
Apa saya butuh Allah untuk memberi kedamaian dan keamanan dalam keluarga saya?
Nama Allah yang mana yang harus saya sebut?
Bismillah Hadiah Dari Allah
Dan adalah hadiah dari Allah hanya dengan menggunakan kata “ism“, semua itu adalah nama-nama Allah, semua kualitas unik Allah, semua hal yang indah tentang Allah yang terkandung dalam kata “ism” dengan atau tanpa memikirkan semua nama tersebut. Ini adalah kasih sayang Allah.
Saya tak bisa memikirkan semua hal yang saya butuhkan dariNya karena saya tak hanya butuh satu hal, saya butuh banyak hal; saya punya banyak kebutuhan. Jadi saya bahkan tak bisa memikirkan semua nama itu.
“Wa lillaahil-asmaaa’ul-husnaa fad’uuhu bihaa.” (QS Al-A’raf ayat 180)
Dia berkata. Bagi Allah, ada nama-nama yang paling indah, panggil Dia dengan semua nama yang indah itu. Tapi bagaimana caranya orang-orang mempelajari semua nama Allah? Tidak semua orang tahu semua nama Allah. Tapi kita butuh semua nama tersebut. Maka Allah memberi kita sebuah hadiah.
Saat kita mengucapkan “bismillaah“, atau hanya “bismillaah“. Kita sudah memanggil semua nama Allah; nama yang sudah Anda pelajari dan yang takkan pernah Anda pelajari. Semuanya sudah terkandung di dalamnya. SubhanAllah. Dan itu adalah hadiah dari Allah (azza wa jall), saat kita menyebut “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim“.
Sekarang, hal kedua dari poin ini.
“Walillaahil-matsalul-a’laa.” (QS An-Nahl ayat 60)
Kadang untuk menghargai apa yang dilakukan Allah bagi Anda dan saya, karena apa yang dilakukanNya adalah unik. Kadang baik juga untuk membandingkan dengan bagaimana kita menghadapi sesama.
Kasih Sayang Ibu
Ada seorang ayah, atau bahkan seorang ibu. Dia memberikan kasih sayangnya kepada anaknya. Dirawatnya anaknya bahkan sebelum dia lahir. Anak ini berada dalam perutnya menyebabkan rasa sakit, menghancurkan tubuhnya dari dalam. Dan yang dilakukannya adalah berdoa untuk anaknya. Kapan Anda bertemu dengan manusia, yang ketika Anda selalu menimbulkan rasa sakit padanya (tapi dia masih peduli pada Anda)…
Hari demi hari berlalu, kandungan itu semakin berat. Sekarang dia bahkan makin sering muntah. Makanan mulai terasa seperti kertas. Dia bahkan tak bisa duduk dengan lurus, punggungnya selalu sakit. Dia bahkan kesakitan saat tidur. Dan dia selalu lapar karena bayinya mengambil semua makanan. Dan makanan itu bahkan tidak terasa enak baginya. Makhluk ini membuatnya merasakan sakit di atas segala sakit.
“Wahnan ‘alaa wahnin.” (QS Luqman ayat 14)
“Kama yaqulul qur’an.” (seperti dikatakan al qur’an)
Subhanallah. Kelemahan di atas kelemahan. Beban di atas beban. Namun yang dilakukannya adalah, cintanya semakin bertambah. Cintanya tak pernah berkurang, tapi selalu bertambah. Dia tidak berkata, “Cukup Nak! Cukup sudah. Aku sudah menanggungmu enam bulan. Masih tiga bulan lagi!?”
Dia tidak mengatakan itu. Doanya semakin meningkat. Dia menemui imam dan berkata, “Surat apa yang harus saya baca agar bayiku bisa mendengarnya?”
Anda tahu. Lalu bayi itu lahir dan hampir membunuhnya. Hampir membunuhnya. Dia berdarah dan hampir mati. Kapan ada seseorang yang menyebabkan Anda berdarah, yang hampir saja membunuh Anda dan hal pertama yang Anda lalukan Andalah menjaga, memeluk dan memberinya makan? Itulah Ibu Anda.
Itulah yang dilakukannya. Dan itulah yang dilakukannya saat melahirkan. Cinta yang diberikannya kepada Anda, dukungan yang dberikannya kepada Anda… Bahkan saat Anda dewasa, banyak di antara Anda tak bisa bicara dengan yang lain kecuali dengan ibu Anda. Tak ada yang memahami Anda. Ibu Anda akan memahami Anda. Tak ada yang merasakan kepedihan Anda. Ibu Anda merasakan kepedihan Anda. Bukan hanya saat kita bayi, bahkan saat kita berumur 50 tahun. Tak ada bedanya.
Dan Ibu itu, anaknya datang dan berkata kepadanya, “Ibu, engkau sangat hebat. Engkau membuat roti yang enak. Tolonglah aku.”
Dan sang ibu berpikir, “Apakah aku gunanya cuma untuk itu!? Saya cuma bisa bikin roti, tidak yang lainnya!? Hanya itu yang ada di pikiranmu!? Semua pengorbanan yang kulakukan? Aku naik 5 kereta dan 3 bis agar bisa dapat pekerjaan sehingga kamu bisa kuliah. Dan yang kamu pikirkan tentang aku, ‘Engkau membuat roti kemarin?!’ Hanya itu yang bisa kau pikirkan!? Betapa sangat tidak berterima kasihnya kamu?!”
Dia tidak berkata demikian. Tapi dia merasakannya. Dia tidak bilang demikian. Dia masih menyayangimu. Tapi Anda dan saya – betapa pun kita berusaha – kita takkan mampu membalas jasa ibu kita. Kita tidak bisa.
Allah Menjaga Kita Dari MengecilkanNya
Jika kita memanggil Allah dengan satu nama… Bayangkan Anda memanggil Allah “ya Razzaq“. “Bismirrazzaq” Saya baru saja menyebut Allah, dengan nama Ar-Razzaaq. Hanya itu. Anda tahu..
Anda hanya menghargai apa tentang Allah? Bahwa Dia mencukupi Anda. Tapi Anda tidak menghargai bahwa Dia memberi petunjuk bagi Anda. Anda tidak menghargai bahwa Dia melindungi Anda. Anda tidak menghargai bahwa Dia melindungi Anda dan menghadirkan orang baik dalam hidup Anda. Anda tidak menghargai bahwa Dia memberi pengetahuan. Anda tidak menghargai bahwa Dia menjadikan Anda seorang Muslim. Bahwa Dia memberi Anda kesehatan. Bahwa Dia memberi Anda pekerjaan. Anda tidak menghargai hal-hal tersebut. Anda baru saja mengecilkan Allah untuk satu hal saja yang dikerjakanNya; hanya satu di antaranya.
Dan Allah menjaga kita dari mengecilkanNya (subhanahu wa ta’ala) karena itu menghina. Kita bahkan tak menyadarinya.
“Wa yu’allimukum maa lam takuunuu ta’lamuun.” (QS Al-Baqarah ayat 151)
Dia mengajarkan Anda apa yang Anda bahkan tak mungkin tahu. Kita mungkin belum memuji Allah dan itu menghina karena itu tidak cukup. Jadi Dia memberi kita “Bismillaah“. DiberiNya kita frasa ini.
Sekarang jika Anda menyebut frasa itu… Mereka yang beriman seharusnya penuh dengan rasa terima kasih. Kita seharusnya kewalahan dengan begitu banyak cara Allah menolong kita. Dan betapa banyak cara Allah mencukupi kita. Tak ada hubungan lain yang seperti ini.
Saya datang ke guru saya untuk menimba ilmu. Saya datang kepada orangtua saya untuk menyokong saya saat saya masih muda, untuk mencukupi saya. Saya datang kepada isteri saya untuk dukungan emosional dan cinta. Saya datang ke berbagai orang untuk hal-hal yang berbeda.
Namun kepada Allah, Anda datang kepadaNya untuk semua hal. Anda datang kepadaNya untuk segala hal. Tak ada sesuatu pun yang kurang jika Anda dan saya berpaling kepada Allah. Jadi ini adalah bagian pertama persamaan, “Bismillaah“.
Asal Nama Allah
Namun Allah tidak berhenti sampai di situ. Bahkan saya ingin berbagi dengan Anda tentang kata “Allah“. Di dalam sejarah, ulama kita sudah lama berdebat. Apa asal kata Allah? Apakah dari kata “ilah“? Apakah kombinasi kata “Al-ilah” – “Al-ilah“? Ataukah nama Allah yang dimiliki Allah berasal jauh sebelum adanya bahasa Arab dan semua bahasa lainnya? Nama itu selalu menjadi nama Allah. Ada dua golongan ini dalam sejarah kita. Dan keduanya memiliki bukti-bukti.
Namun saya ingin berbagi beberapa hal dengan Anda. Meski Anda mengatakan kata ini berasal dari kata “ilah“. “Ilah” yang umumnya diartikan sebagai seseorang yang disembah. “Al-ma’buud“.
“Al-ma’luuh bima’na Al-ma’buud.” (Yang dituhankan artinya Yang disembah)
Namun kata “aliha“, kata kerja Arab yang sebenarnya berasal dari kata cinta. Asal kata, “Faza’a ilaihi wa ahabbahu asyaddalhubb.” (takut kepadanya dan mencintainya dengan sangat)
Itu sebenarnya sebentuk cinta yang sangat besar. Orang-orang Arab sebelum Islam, biasanya memiliki 10 tingkatan cinta. Yang terendah adalah “hubb“. Tingkatan cinta terendah adalah “hubb“. Dan mereka punya 10 tingkatan.
Yang kesepuluh akan membunuh Anda. Anda terlalu mencintai seseorang, Anda terobsesi sehingga tidak bisa makan, tidak bisa tidur. Cinta seperti itu membunuh Anda. Cinta seperti itu tidak sehat.
Tingkat kesembilan disebut “walah” atau “alah” darimana kata “ilah” berasal. Kata “walah” artinya sejenis cinta yang saat memilikinya Anda tidak merasakan sakit. Saat memilikinya Anda tidak merasa lapar, Anda tidak merasa sedih. Cinta seperti ini sangat memenuhi hasrat Anda, sehingga tak ada tempat lagi untuk yang lainnya. Tidak ada emosi negatif dalam hidup Anda karena “Ilah” ini sudah memenuhinya.
Saat menyebut Allah dengan berkata “bismillaah“. Kita mengekspresikan cinta kepada Allah dan menyatakan bahwa kita benar-benar memiliki cinta kepada Allah. Semua masalah kita terasa tak ada apa-apanya. Kita semua punya masalah.
Beberapa di antara kita punya masalah pernikahan. Beberapa punya masalah dengan anak. Beberapa punya masalah keuangan. Beberapa memiliki masalah kesehatan. Beberapa punya masalah dengan keluarga besar, dengan teman-teman. Kita semua memiliki berbagai macam masalah.
Beberapa memiliki masalah hukum. Beberapa yang lain punya masalah bisnis atau imigrasi. Begitu banyak masalah dalam hidup.
Semua yang Anda lakukan setiap hari – ada sopir taksi di sini yang mengemudi sepanjang hari sambil berpikir tentang masalah mereka.
Tinggal berapa uang saya? Bagaimana cara saya membayar uang sekolah anak? Ke universitas mana mereka akan kuliah? Dan semua hal yang menyangkut ini. Itu semua yang mereka pikirkan, sepanjang hari.
Tapi saat Anda menyebut Allah dengan “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim“; ketahuilah bahwa Allah akan menghilangkan ketegangan dari kepala Anda. Dia akan menghilangkannya. Dan Dia akan menggantinya dengan kepercayaan kepada Allah. Maka semua masalah akan terselesaikan. Semuanya akan berjalan baik. Karena Anda memiliki hadiah ini yang berasal dari syurga.
Bismillaahir-rohmaanir-rohiim Tidak Murahan
Yang Anda dan saya baca -“Bismillaahir-rohmaanir-rohiim“- tidak murahan. Dia mengagumkan. Yang Anda ketahui bahwa dia digunakan pada setiap permulaan surat Al-Qur’an. Tapi suatu ketika dia digunakan di tengah kisah Nabi Sulaiman.
“Innahuu min sulaimaana wa innahuu bismillaahir-rohmaanir-rohiim.” (QS An-Naml ayat 30)
Pernahkah Anda memikirkannya? Sulaiman ‘alaihissalam akan menukar singgasana seorang ratu yang berada ribuan mil jauhnya dalam sekejap mata. Dan dia yakin akan hal ini karena “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim“.
Inilah yang bisa dilakukan “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim“. Apa yang diajarkan Allah kepada Anda dan saya? Allah bisa melakukannya jika seseorang sangat percaya pada “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim” maka Anda dan saya tak punya alasan sedikitpun untuk menjadi pesimis. Seorang muslim tak seharusnya depresi karena dia punya hadiah ini.
Sebuah Rahasia Dalam Analogi
Saya ceritakan sebuah rahasia. Pikirkan ini sebagai sebuah analogi. Itu akan menolong Anda inshaAllahu ta’ala. Itu sangat menolong saya. Dan Anda akan menghadapi semua masalah ini: uang, kesehatan, keluarga; semua masalah ini dalam hidup Anda. Dan masalah ini semakin memburuk, tidak semakin membaik. Pertengkaran semakin memuncak. Dan Anda semakin terpuruk dan terpuruk.
Ada pemuda dan pemudi di sini yang belum bisa menikah. Keluarganya tidak setuju atau; pemuda atau pemudinya tidak cocok, bahkan tak satupun yang cocok. Apakah pernikahan itu akan terjadi? Wanita itu semakin berumur. Ayahya semakin khawatir; bagaimana saya bisa menikahkan anak perempuan saya? Semua masalah ini terjadi. Dan bayangkan suatu hari seseorang datang kepada Anda dan berkata: ambil amplop ini. Anda bisa membukanya setelah 30 hari.
Saya katakan pada Anda, ada 2 juta poundsterling di dalamnya untuk Anda. Tapi Anda baru bisa membukanya setelah 30 hari, ok?
Tapi amplop itu sudah di tangan Anda, Anda memilikinya. Bahkan jika Anda tak punya makanan untuk makan siang, bahkan jika Anda tak punya uang untuk membayar tagihan listrik, Anda tak punya apa-apa selama 30 hari; Anda masih miskin. Tapi Anda adalah orang paling bahagia yang pernah saya temui. Anda masih berkeliling tanpa sepatu di jalanan.
Saya seperti, “Hai teman, mengapa Anda sangat bahagia?”
“Saya kira Anda tak tahu. Setelah 27 hari saya akan memberi tahu Anda.”
Karena Anda punya garansi di tangan Anda. Ketika Anda depresi, ketika Anda sangat lapar, Anda cukup memandang amplop itu. 24 hari lagi. Benda ini telah memberi Anda garansi bahwa kehidupan yang lebih baik segera datang, bukan begitu? Semua masalah Anda menjadi tak berarti. Tak ada masalah karena Anda punya garansi.
Begitulah saat Anda menyebut nama Allah. Garansi itu ada di tangan Anda. Saya katakan, harganya jauh lebih besar dari beberapa juta poundsterling. Jauh lebih berharga dari itu. Dan Anda memilikinya. Dia berada di tangan Anda. Anda cuma harus percaya, cukup hanya itu.
Orang lain bisa saja memiliki amplop yang sama dan berkata, “Saya tidak percaya.”
Lalu merobeknya, tidak akan pernah membukanya. Dia skeptis terhadapnya. Anda dan saya adalah orang yang percaya. Kita percaya pada kekuatan nama Allah. Jadi saya bawa Anda dengan cepat kepada nama berikutnya.
Dari seluruh nama Allah, pertama Dia menyeru Yang membuat kita menyembahNya karena cinta. Kata yang berasal dari “Ilah”. Dan bahkan nama itu sangat unik… Karena “wasm” menyatakan ada keunikan bagi Allah.
Cara Memanggil Nama
Dalam bahasa Arab, – ini sedikit menyangkut bahasa Arab, namun akan saya sederhanakan untuk Anda -. Anda pasti sudah mendengar – jika Anda punya teman orang Arab atau seseorang bicara bahasa Arab – saat mereka memanggil seseorang…
“Harfun nida’ hiya al-ya.” (kata panggilan adalah “Ya”)
Anda berkata, “Ya Walad!, Ya Rajul, Ya Kareem! Ya Abdallah!”
Mereka mengatakan “Ya” setiap mereka memanggil seseorang. Saat mengatakan “Ya“, Anda tidak menggunakan “Al“. Anda tidak mengatakan “Ya alwalad!”
Jika ingin menggunakan “Al“, Anda berkata, “Ya ayyuhalwalad.” Anda tidak bisa hanya berkata “Ya alwalad“, Anda berkata, “Ya ayyuhalwalad.” Allah katakan, “Yaaa ayyuhal-muddatstsir.” (QS Al-Muddassir ayat 1), sebagai contoh.
“Yaaa ayyuhan-nabiyy.” (QS Al-Ahzab ayat 45)
Jika ingin meletakkan “alif laam” di sana, “Al” di sana; Anda harus berkata, “ayyuha“. Anda tak bisa hanya berkata, “ya“. Tapi jika Anda tidak mengatakan, “al“, Anda bisa mengatakan, “Ya Musa! Ya Isa! Ya Zakariyya! Ya Yahya!”
Anda paham?
Beberapa orang berpendapat kata Allah memiliki “al” di dalamnya. Tapi kita berkata “Ya Allah” atau tidak? Kita katakan itu setiap waktu. Nama Allah itu sangat unik, Anda tak menggunakan bahasa Arab seperti Anda gunakan nama Allah untuk hal lainnya. Bahkan nama Allah belum pernah ada sebelumnya. Bahkan cara nama itu dilafalkan: “AlLAh!”
Saat Anda berkata “la“. Anda tidak mengatakan “la” di tempat lain dalam bahasa Arab. Bahkan caranya dilafalkan unik. Bahkan cara Allah memberi kita hadiah dari namaNya memperlihatkan pada kita: kita berurusan denganNya tidak seperti dengan orang lain. Dia tak seperti orang lain.
Dia akan menolong Anda tidak seperti orang lain menolong Anda. Dia mencintai Anda tidak seperti cinta yang lain. KepedulianNya pada Anda tidak seperti yang lainnya. Dia mengingat Anda tidak seperti yang lainnya. Dia selalu bersama Anda, tidak seperti yang lainnya. Semua orang akan meninggalkan Anda. Segala sesuatu akan meninggalkan Anda. Allah takkan meninggalkan Anda. Itu yang diingatkanNya kepada Anda dan saya. Itu yang diingatkanNya kepada kita.
Seperti saya katakan tadi, ada banyak hal yang harus dibicarakan, tapi saya akan selesai tepat waktu. Saya menghormati fakta bahwa banyak di antara Anda harus kembali bekerja dan punya tanggung jawab lain. Saya punya waktu sekitar lima menit. Jadi saya akan padatkan beberapa hal dalam frasa yang indah ini.
Ar-Rahmaan – Ar-Rahiim
Dua nama Allah dari semua nama yang bisa saja Dia masukkan… Karena Dia memiliki nama terbaik dari seluruh nama. Tapi dua gambaran yang Dia ingin kita tahu setiap kita melakukan sesuatu, setiap kita meyebutkan kualitasNya; dari semuanya, dua di antaranya pasti muncul paling depan di pikiran kita.
Artinya, kedua kualitasNya ini menutupi semua kualitasNya yang lain. Ketika Anda berpikir tentang segala hal lain tentang Allah, pasti di bawah dua hal ini, yakni “Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim“.
“Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim“. Betapa ini dua nama yang sangat luar biasa! “Ar-Rahmaan” sederhananya berarti 3 hal. Berarti cinta dan belas kasih Allah itu ekstrim. Mubalaghah artinya di luar yang mampu Anda bayangkan. Jadi itu ekstrim. Ini hal yang pertama.
Kedua, bahwa itu berarti segera. Hal kedua bahwa itu segera artinya Anda tidak perlu menunggunya. Itu berlangsung sekarang. Makna yang ketiga, saat Anda menggunakan “fa’laan“, ini yang menakutkan. Itu sebenarnya tidak permanen. Itu ekstrim, segera, tapi tidak permanen.
Ketika Anda berkata, sebagai contoh dalam bahasa Arab “‘athsyaan“. “‘Athsyaan” berarti haus. Haus itu tidak permanen.
Saat Anda berkata “jaw’aan“. “Jaw’aan” artinya luar biasa lapar. Ini ekstrim, segera, tapi tidak permanen.
Saat berkata “ghadhbaan“, luar biasa marah. Ini tidak permanen. Mungkin untuk beberapa orang iya, tapi untuk kebanyakan orang tidak.
Tapi keindahan bahasa Arab dan keindahan bagaimana Allah memilih untuk menggambarkan diriNya… Ini termasuk mubalaghah meski temporal, tapi tidak hilang dengan sendirinya. Jika Anda haus, kehausan itu takkan sirna hingga Anda meminum air. Jika Anda lapar, kelaparan takkan pergi dengan sendirinya hingga Anda makan makanan.
Jika Allah itu “Ar-Rahmaan“. Jika Allah itu luar biasa mencintai, luar biasa menyayangi; cinta dan sayang yang ekstrim itu takkan hilang hingga Anda membuangnya, hingga Anda tak lagi menginginkannya. Allah takkan pernah mengambilnya. Manusia terkadang tak menginginkannya.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam suatu ketika bercerita mengenai hal yang sangat aneh kepada para Sahabat. Para Sahabat sedang duduk di sana, dan beliau memandang mereka seraya berkata, “Kullukum yadkhulu aljannah illa man abaa.” (Kalian semua masuk surga kecuali yang menolak)
Beliau berkata, “Kalian semua masuk syurga kecuali yang menolak.”
Dan bahkan para Sahabat menanyakan hal yang sama yang muncul di benak saya.
“Wa man ya’ba minnaa ya Rasulallah?” (Dan siapa yang menolak di antara kami wahai Rasulullah?)
“Siapa yang akan menolak?”
“Mengapa kami menolak masuk syurga?”
Beliau berkata, “Man atho’ani dakhala aljannah wa man ‘ashooni nii faqod abaa.” (Siapa yang taat kepadaku masuk surga dan siapa yang menolakku maka dia menolak masuk surga)
“Siapa saja yang taat kepadaku, siapa saja yang datang kepadaku – karena beliau Rasul Allah yang penyayang – (bilmu’miniina ra’ufurrahiim) siapa saja yang datang padaku dalam ketaatan ingin masuk syurga.”
“Siapa saja yang melupakanku, mengabaikanku; dia tak ingin masuk syurga.”
Anda dan saya bisa melepaskan diri dari kasih sayang Allah. Allah takkan menutup pintu, tapi kitalah yang menutup pintu. Terkadang kita menutup pintu selama bertahun-tahun. Terkadang kita menutup pintu selama bertahun-tahun. Lalu kita membukanya. Saat membukanya, Allah tidak berkata, “Mengapa kamu menutupnya? Pergilah! Aku tidak menginginkanmu lagi.”
Dia tidak melakukan itu. Pintu itu tetap terbuka. Pintu ampunan Allah dan kepedulianNya serta cintaNya akan tetap terbuka. Bagian terakhir dari nama ini adalah “Ar-Rahiim“. Seraya saya tinggalkan Anda dengan “Ar-Rahiim“, ada dua hal yang ingin saya bagi dengan Anda.
“Ar-Rahiim” sebenarnya mengisi kekosongan “Ar-Rahmaan“.
“Ar-Rahiim” (shifahmusyabbahah) dalam bahasa Arab adalah sesuatu yang permanen. Jadi Anda jangan khawatir. Allah akan mengurus Anda sekarang, segera. Dan jika Anda khawatir akan hari esok, Dia juga akan mengurus Anda besok. Itu kodrat manusia.
Jika Anda sangat lapar dan istri Anda bertanya, “Apa yang ingin kamu makan minggu depan?”
Anda jawab, “Lupakan saja! Makanan apa yang kita punya sekarang? Aku tak peduli dengan minggu depan, aku kelaparan sekarang.”
Ketika Anda selesai makan dan perut Anda penuh, lalu Anda berkata, “Jadi apa tadi yang kamu katakan tentang minggu depan?”
Anda tidak berpikir tentang masa depan jika Anda punya masalah saat ini. Begitu masalah Anda selesai maka barulah Anda mulai berpikir tentang masa depan. Jika Anda belum membayar tagihan, maka Anda hanya berpikir tentang membayar tagihan sekarang. Begitu Anda membayar tagihan, Anda mulai berpikir, “Kapan saya akan membayar tagihan bulan depan?”
Anda berpikir tentang masa depan. Apa yang dilakukan Allah? Allah mengurus kebutuhan Anda saat ini ketika Dia berkata “Ar-Rahmaan“. Dan Dia mengurus kebutuhan masa depan Anda ketika Dia berkata “Ar-Rahiim“. Dia mengurus masa depan Anda. Keduanya dengan urutan yang tepat karena manusia…
“Kallaa bal tuhibbuunal-‘aajilah.” (QS Al Qiyamah ayat 20)
Kita suka terburu-buru. Kita suka apa yang kita butuhkan saat ini , kita terobsesi olehnya.
“Alaa ya’lamu man kholaq.” (QS Al-Mulk ayat 14)
Tidakkah Dia mengenal apa yang diciptakanNya? Pertama Dia beri saya “Ar-Rahmaan” lalu diberiNya saya “Ar-Rahiim“.
Memulai Tanpa “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim”, Itu Tidak Lengkap
Jadi saya tinggalkan Anda dengan kekayaan terakhir dari banyak kekayaan yang lainnya dari “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim“.
“Bismillaahir-rohmaanir-rohiim” disebut dalam bahasa Arab sebagai (syibhu jumlah, innaha laysa jumlah). Ini bukan sebuah kalimat. Dalam bahasa Inggris ini disebut fragmen, bagian dari kalimat.
Sebagai contoh, jika saya berkata, “Di dalam mobil.”
“Di dalam mobil” bukan sebuah kalimat. Jika saya berkata, “Ada seseorang di dalam mobil.” Ini sekarang sebuah kalimat.
“Di dalam mobil, ada banyak orang.” Ini sebuah kalimat.
Tapi jika Anda hanya mengatakan, “Di dalam mobil.” Itu bukan sebuah kalimat.
Ketika Anda berkata, “Dengan nama Allah.” Itu bukan sebuah kalimat. Itu gagasan yang belum lengkap. Tidak ada “Mubtada” dan tidak ada “Khabar” di sana. Ada “Muta’alliq” yang hanya sebuah “Jarr Majrur” (siswa Bahasa Arab akan tahu ini). Tidak ada “Fi’l” (kata kerja).
Beberapa ahli tata bahasa – saat pada Mufassiruun mendalami ayat ini – berkata, “Wow, ini tidak lengkap.”
Bagaimana Anda menglengkapinya? Harusnya ada – mengisi titik-titik -. Jadi mereka berkata, artinya pasti (abda’u bismillahirrahmairrahim, au abtadi’u bismillahirrahmanirrahim) “Saya mulai dengan nama Allah.”
Anda mungkin pernah melihat terjemahan Bahasa Inggris yang menyebutkan “Saya mulai dengan nama Allah.”
Meski kata “Saya mulai” tidak ada di sana. Mereka tak ada di sana. Pertanyaannya adalah mengapa mereka tak ada di sana? Dan ini yang ingin saya bagi dengan Anda sekarang. Allah (azza wa jall) dalam kebijaksanaanNya, Yang “‘allamahul-bayaan.” (QS Ar-Rahman ayat 4)
Dia mengajari kita bicara. Dia tahu bagaimana cara berbicara. Jika Dia ingin membuat kalimat utuh, Dia akan membuatnya, jika Dia ingin memberi setengah kalimat, Dia akan memberi setengah kalimat. Kita tak bisa menilai perkataan Allah dengan standar kita. Perkataan kita dinilai dengan standar Allah. Dialah Yang mengajari kita berbicara. Subhanahu wa ta’ala. Dia memberi kita pernyataan yang tidak lengkap dengan sengaja karena apa yang kita lakukan selanjutnya melengkapinya.
Dengan nama Allah saya makan. Dengan nama Allah saya beranjak dari tempat tidur. Dengan nama Allah saya membasuh wajah saya. Dengan nama Allah saya masuk ke mobil saya. Semua yang Anda lakukan sebenarnya melengkapi “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim“.
Seakan hadiah Allah yang indah ini menunggu untuk melengkapi semua yang Anda kerjakan. Begitu juga sebaliknya. Sekarang apakah Anda tahu apa yang Anda pahami? Ini lazim dan “malzuum”, butuh dan dibutuhkan.
Jika Anda melakukan sesuatu tanpa “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim“, itu tidak lengkap. Ini bagiannya, bagian dari persamaan ini. Harusnya seperti itu, dalam hal kecil dan besar. Dan karena sekarang waktu saya habis inshaAllahu ta’ala, pada kesempatan lain, mungkin saya akan datang dan berbagi dengan Anda salah satu keindahan “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim” dalam satu surat yang tidak diawali dengan “Bismillaahir-rohmaanir-rohiim“. Di dalam surat At-Taubah. Tapi mudah-mudahan itu untuk kesempatan lain, biidznillah ta’ala.
Barakallaahu lii wa lakum fil quraanil hakiim, wa nafa’ni wa iyyakum bil aayaati wa dzikril hakiim.
Alhamdulillaahi wa kafaa washalaatu washalaamu ‘alaa ‘ibaadihi alladziina ishthofaa, khushuushaan ‘alaa afdhaalihim, wa khaatamin nabiyyiin muhammadinil amiin wa ‘alaa aalihi washaḥbihii ajmaʻiin.
Yaquulullaahu ‘azza wa jalla fii kitaabihil kariim baʻda ꞌan aquula, a’udzubillaahi minasysyaitaanirrajiim. Innallaaha wa malaaikatahu yushalluuna ‘alannabii, yaa ayyuhalladziina aamanuu shallu ‘alaihi wa sallimu tasliimaa.
Allaahumma shalli ‘alaa muhammadin wa ‘ala ‘aali muhammad, kamaa shallaita ‘alaa ibraahiim wa ‘alaa ‘aali ibraahiim, fiil ‘aalamiin innaka hamiidun majiid. Allaahumma baarik ‘alaa muhammadin wa ‘alaa ‘aali muhammad, kamaa baarakta ‘alaa ibraahiim wa ‘alaa ‘aali ibraahiim, fiil ‘aalamiin innaka hamiidun majiid.
‘Ibadallaah, raahimakumullah, ittaqullah. Innallaaha ya’muru bil’adli walihsaan, wa itaai dzilqurba, wa yanha ‘anilfahsyaai wal munkar, wa ladzikrullahi akbar, wallahu ya’lamu ma tashna’uun.
Aqimisshalaah, innasshalaata kaanat ‘alalmu’miniina kitaaban mauquuta.
English Transcript: https://islamsubtitle.wordpress.com/2017/12/08/english-transcript-benefits-of-saying-bismillah-nouman-ali-khan
[…] Indonesian Transcript: https://nakindonesia.wordpress.com/2016/10/07/manfaat-mengucapkan-bismillah/ […]
LikeLike
[…] Indonesian Transcript: https://nakindonesia.wordpress.com/2016/10/07/manfaat-mengucapkan-bismillah/ […]
LikeLike
[…] [Transkrip Indonesia] Manfaat Mengucapkan Bismillah – Nouman Ali Khan, https://nakindonesia.wordpress.com/2016/10/07/manfaat-mengucapkan-bismillah/ […]
LikeLike