A’uudzubillaahi minasy-syaithoonir-rajiim. Alif laaam miiiim. Dzaalikal-kitaabu laa roiba fiihi hudal lil-muttaqiin. Robbisyroh lii shodrii, wa yassir lii amrii, wahlul uqdatan min lisaanii, yafqohuu qoulii. Al-hamdulillaah, wash-shalatu was-sallaamu ‘alaa Rasuulillaah, wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’iin. Tsumma ‘amma ba’du. Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh, semua.
Al-Baqarah Dan Ali-Imran Sebagai Pembela Di Hari Pembalasan
Hari ini saya ingin berbagi dengan Anda sesuatu yang akan membantu Anda mengenal surat Al-Baqarah. Ada beberapa riwayat yang sangat indah yang ingin saya sampaikan. Ini bisa dilihat pada Bukhari dan Muslim, yang pertama dari Muslim.
“‘An zaidin annahu sami’a aba salaam yaquul hadstani abu amamah al bahili. Qaala sami’tu rasulallahi shallallahu ‘alaihi wasallam yaquul: iqraul quraan.”
Jadi ini adalah rantai panjang dari perawi, orang-orang yang saya sebutkan tadi. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Bacalah Al-Quran.”
“Fainnahu ya’ti yaumal qiyamati syafii’an li ashabihi.”
“Karena dia akan datang pada hari berbangkit, sebagai pembela kasus.”
Artinya dia akan datang untuk membela kepentingan Anda. Dia akan membela Anda sebagai temannya, artinya orang yang membacanya (Al-Quran) menjadi temannya. Seakan Al-Quran mengalami personifikasi (mewujud manusia) pada hari pembalasan. Kita akan melihat topik ini berlanjut nantinya.
“Iqra’uu azzahrawain Al-Baqarah wa surata Ali-Imran.”
Bacalah yang indah bercahaya, “zahrawain” berarti dua hal indah bercahaya, yang berkelap kelip yaitu Al-Baqarah dan Ali-Imran.
“Fainna humaa ta’tiyaani yaumal qiyaamati kaanna humaa ghamaamataan.”
Karena keduanya akan datang pada hari pembalasan sebagai awan yang bahagia atau awan yang mengembang.
Pada hari pembalasan terjadi paparan intensif, dan manusia berdiri di hadapan Allah dan Allah azza wa jalla memberi… – konsep dari “ghamam” jika Anda mempelajari surat Al-Baqarah itu sendiri Allah menggambarkan bahwa Bani Israil berada di gurun pasir, dan mereka akan mati terpanggang matahari, lalu Allah mengirimkan “ghamam” awan yang memberi mereka naungan -.
Jadi ada awan yang menakutkan, tapi yang ini tidak, ini bisa disebut awan putih menggembung yang bahagia. Jadi mereka mengambil bentuk seperti itu, lalu datang mendekati orang-orang yang biasa membacanya. Ini penting karena dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang lain kita mempelajari bahwa pada hari pembalasan tidak ada naungan kecuali untuk sekelompok kecil orang.
Dengan kata lain manusia akan mencari naungan pada hari pembalasan. Ketika seluruh langit tercabik-cabik hingga menganga,
“Fa idzansyaqqotis-samaa’u fa kaanat wardatang kad-dihaan.” (QS Ar-Rahman ayat 37)
“Yursalu ‘alaikumaa syuwaazhum min naar.” Dalam surat Ar-Rahman ayat 35.
Langit akan dicabik hingga terbuka, meteor akan berjatuhan ke bumi, manusia akan mencari-cari tempat berlindung. Dan di sini ada orang-orang yang membaca Al-Baqarah dan Ali-Imran, dan dua awan berarak di atas mereka untuk memberi perlindungan, subhanallah.
“Au kaanna huma ghayaayatan,” atau seakan-akan mereka “ghayaayatan, ghayaayatan wa hiya bil yaain, maa yakuunu adwana min huma fil katsafah wa aqraba ila ra’si sahibihima kama yaf’alu bil muluuk fayahsulu ‘indahudzdziil waddhau’u jamii’an.”
Subhanallah, sangat luar biasa. Awan jauh di atas sana, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata; mungkin saja ada awan di atas sana, tapi itu tergantung kepada kedekatan Anda dengan kedua surat ini, awan-awan itu akan turun menuju Anda, secara harfiah tepat di atas Anda. Mereka melindungi Anda dengan berada tepat di atas Anda, subhanallah. Mereka datang dan berada sangat dekat dengan Anda.
Gambaran dari beberapa ulama, sebagai komentar atas hadits ini. Anda perhatikan bagaimana raja-raja yang sedang dalam perjalanan di bawah terik matahari? Lalu ada pembantunya yang meletakkan sesuatu diatasnya sehingga dia selalu ternaungi? Mereka tidak sama sekali dalam kegelapan, tapi masih bisa mengamati sekelilingnya sekaligus ternaungi? Begitulah surat-surat ini datang nanti kepada mereka yang membacanya.
“Au kaannahuma firqaani min thairin shawwaf.”
Atau laksana dua kawanan besar burung, yang selalu terbang di sekelilingmu, mereka seperti penjagamu dari segala sesuatu yang datang.
“Tuhaajjaani min ashabihimaa,” yang akan menjadi pembela atas orang-orang yang menemani (membaca) mereka, subhanallaah. Burung-burung ini datang untuk melindungi kita dan “hujjah” dalam bahasa Arab berarti memperkarakan seseorang atau memberikan pembelaan yang meyakinkan terhadap seseorang. Dengan kata lain surat-surat ini akan membela kita pada hari pembalasan, pembela yang paling hebat, kita selamat karena surat-surat ini.
Al-Baqarah Sebagai Berkah Di Atas Segala Berkah
Lalu Nabi mengatakan, “Iqrau surat al baqarah.”
Setelah menyoroti kedua surat Nabi secara khusus membahas surat Al-Baqarah. Ini perkataan Nabi ‘alaihi salatu wasallam, bacalah surat Al-Baqarah.
“Fainna akhzaha barakah.”
Karena berpegang kepadanya adalah berkah di atas segala berkah. Barakah artinya kebaikan yang terus berkembang lebih dari yang terbayangkan. Barakah juga berarti kebaikan yang ada dan tinggal di sana. Dampaknya bersifat residual sepanjang hidup Anda, dan berlipat ganda.
“Akhdzaha barakah wa tarkaha hasrah.”
Dan meninggalkan surat ini akan memberikan penyesalan. Anda akan menyesal kehilangan kebaikan yang mestinya datang dalam kehidupan Anda, jika Anda tidak punya hubungan baik dengan surat Al-Baqarah.
Al-Baqarah Sebagai Tameng
“Walaa tastatiuuha albathalah.”
Dan para pendusta dan mereka yang mempersalahkan tidak akan memiliki kesempatan untuk membela diri, atau melakukan kerusakan atasnya, atau terhadap mereka yang berpegang kepada surat ini.
Konsep “albathalah” seperti yang dikatakan Muawiyah, berarti tukang sihir. Mereka yang iri hati, lalu memandang dengan mata yang jahat terhadap seseorang. Atau semua hal buruk yang ingin dilakukannya terhadap seseorang, tak satupun akan berpengaruh kepada Anda, jika Anda berpegang kepada Al-Baqarah.
“Bathalah” juga berarti orang-orang yang mencoba meruntuhkan iman Anda. Menyebarkan kebohongan tentang Anda, mencoba menghancurkan reputasi Anda, mereka mencoba mencelakakan Anda dengan berbagai cara, Baqarah akan melindungi. Dengan berpegang teguh pada Qur’an ini, dia akan menjadi tameng bagi Anda dari semua itu, terutama surat Al-Baqarah.
An Jubair ibn Fair radiallahu ta’ala anhu, “Qaala sami’tunnawas bin sam’an alqalaabi yaquul, sami’tunnabii shallallahu ‘alaihi wasallam yaquul…”
Ini riwayat lain yang juga ditemukan dalam Sahih Muslim. Kita akan mempelajari sesuatu yang baru tentang gambaran ini.
“Yu’ta bil quraan yaumal qiyaamah wa ahlihi alladziina kaanu ya’maluuna bihi taqdumuhu suratul baqarah wa ‘ali imran.”
Pada hari pembalasan Qur’an akan dibawa ke depan. Dan pada hari itu bersama dengan orang-orang yang biasa membacanya. Dan surat Al-Baqarah dan Ali Imran akan memimpin di depan, artinya Qur’an sendiri sudah datang dan di depan karavan (rombongan) Qur’an itu adalah kedua surat ini; Al-Baqarah dan Ali Imran.
“Wadharaba lahuma rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tsalatsata amtsaalin, maa nasiitu hunna ba’da.”
Dan sahabat ini berkata bahwa Nabi memberi 3 contoh untuk membantuku memahami seperti apa hari pembalasan itu. untuk menggambarkan kedatangan dua surat ini, aku tak pernah bisa melupakannya.
“Kaanna huma ghamaamataan.”
Seakan ada dua awan – kita sudah membahas ini tadi –
“Aw dzullataani saudawaani bainahuma syarq.”
Atau bayangan gelap yang diantaranya ada cahaya memancar. Awan hitam sendiri sudah menakutkan, tapi jika awan hitam diikuti oleh cahaya, akan ada dua kemungkinan; kebanyakan cahaya akan membakar Anda, sehingga Anda perlu bayangan untuk melindungi, tapi jika hanya ada bayangan maka kegelapan itu sendiri menakutkan. Yang terbaik adalah di antara keduanya. Di antara keduanya Anda akan diberi perlindungan, tapi tidak berlebihan sehingga Anda kelabakan, cahaya juga akan menembus.
“Aw kaannahuma hizqaani min thairin sawwaf tuhajjaani an sahibihima.”
Sekali lagi, seperti kawanan burung yang datang, dan terbang melayang di sekitarnya, melindungi, dan membela mereka yang selalu membacanya, semoga kita dijadikan Allah di antara mereka.
Al-Baqarah Menyelamatkan Rumah Dari Syaithan
Selanjutnya riwayat dari Abu Hurairah radiyallahu anhu; “Anna rasulallahi shallallahu ‘alaihi wasallam qaal: laa taj’aluu buyuutakum maqaabir.”
Nabi bersabda, “Jangan jadikan rumahmu selayaknya kuburan.”
“Inna sysyaithaan yanfiru minal bait alladzi tuqrau fiihi suratul baqarah.”
Tak ada keraguan lagi, bahwa syaithan lari dari rumah yang didalamnya surat Al-Baqarah dibaca. Jadi untuk menyelamatkan rumah kita dari dampak syaithan, baca surat Al-Baqarah. Dan tentunya, bagaimana Anda merubah rumah Anda menjadi kuburan? Jika hati sudah mati, Allah tidak bicara tentang zombi, Dia tidak bicara tentang mayat hidup, atau orang mati. Tidak, Dia bicara tentang spiritual, jangan biarkan rumah Anda mati secara spiritual, dengan tidak dibacanya surat Al-Baqarah.
Malaikat Turun Ke Bumi Mendengar Lantunan Al-Baqarah
Apa yang menyebabkan surat ini begitu hebat, sehingga ada banyak riwayat Dan ini yang paling dalam, saya sangat terpesona olehnya. Ini ada dalam Bukhari.
An Usaid ibn Hudhair, “Qaala bainama huwa yaqrau minallaili suratul baqarah.”
Suatu malam sahabat Usaid membaca surat Al-Baqarah.
“Wafarasuhu marbuthah ‘indahu.”
Dan dia punya istal (kandang kuda -red), dan semua kudanya terikat, di bawah penjagaannya.
“Idz jaalatil faras, fasakata fasakanat.”
Saat dia membaca, tiba-tiba semua kudanya menjadi bertingkah. Lalu dia terdiam, dan semua kuda kembali tenang.
“Faqaraa,” lalu dibacanya Baqarah kembali.
“Fajalatil faras,” semua kuda kembali bertingkah.
“Fasakata wasakanatil faras,” lalu dia berhenti dan kuda-kudanya kembali tenang.
Katanya, mengapa kubaca Baqarah, sehingga kuda ini menjadi liar?
“Tsumma qaraa,” lalu dibacanya, “Fajalatil faras fansaraf.”
Kuda-kuda kembali ribut, lalu dia tertawa dan mundur. Lalu disadarinya, “Wa kaana ibnuhu Yahya qariiban minha.”
Putranya yang masih kecil yakni Yahya, dia berada di istal bersama kuda-kuda yang sedang bertingkah, dan dia takut mereka akan menginjaknya, karena mereka sedang bertingkah.
“Faasyfaqa an tushiibahuu.”
Dia jadi ketakutan bahwa kuda-kuda akan menyerang putranya.
“Fallamma ijtarrahu rafa’a ra’sahu ilassamaa’.”
Saat dia menarik putranya keluar istal, ditengadahkannya kepalanya ke langit, dan dilihatnya sesuatu di langit.
“Hatta maa yaraha,” lalu dia menjauh hingga tidak bisa melihatnya lagi.
Jadi ada dua hal yang terjadi; satu kuda-kuda bertabiat aneh, ditariknya putranya, dilihatnya ada sesuatu di langit, lalu dia menjauh hingga tak melihatnya lagi.
Lalu dia datang, “Falamma ashbaha.”
Keesokan paginya.
“Haddatsan nabiy shallallahu ‘alaihi wasallam faqaal.”
Dia datang untuk bicara kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tapi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendahului apa yang akan dibicarakannya, kata Beliau, “Iqra’ yabna hudhair, iqra’ yabna hudhair.”
“Baca Ibn Hudhair, baca…”
Sepertinya Nabi bertanya mengapa kamu berhenti membaca? Sepertinya Nabi alaihi salatu wasallam sudah tahu bahwa…
Dia baru akan memberi tahu masalah yang terjadi saat membaca Qur’an pada malam sebelumnya. Nabi mendahuluinya dan berkata, “Teruskan membaca, teruskan membaca!”
Lalu dia berkata, “Faqaal, qaal faasyfaqtu ya rasulullah an tathaa Yahya.”
“Saya sangat takut kuda-kuda itu akan menginjak putraku Yahya.”
“Wa kaana minha qariiban.”
“Dan dia berada sangat dekat dengan mereka.”
“Farafa’tu ra’si fansharaftu ilaihi.”
“Lalu kutengadahkan kepalaku dan aku segera menujunya dan menariknya.”
“Farafa’tu ra’si ilassamaa’.”
“Saat kutarik dia dari kuda-kuda itu, aku menatap ke langit.”
– Perhatikan Ini –
“Faidza mitslu dzullati fiiha amtsalul mashabiih.”
“Aku melihat seperti ada bayangan, tapi seperti ada lampu di dalam bayangan itu, aku tak bisa menjelaskannya karena agak aneh. Mereka seperti bayangan, tapi juga seperti lampu, mereka merayap turun.”
“Fakharajat.”
“Mereka mulai menjauh pergi.”
“Hatta la araha.”
“Hingga aku tak bisa melihat mereka lagi.”
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Wa tadri maa dzaak?”
“Tahukah kamu apa itu?”
“Qaala la.”
“Tidak, aku tidak tahu.”
Kata Nabi, “Tilkalmalaaikah danat li shautik.”
“Mereka adalah malaikat yang turun karena keindahan suaramu. Kamu membaca Baqarah yang menarik semua jenis malaikat. Dan mereka mulai turun ke bumi, dan kuda-kuda begitu melihat mereka turun mereka menjadi ketakutan, karena mereka tak mampu melihat wujud malaikat. Dan kamu menengadah dan melihat sinar kecil yang terang yang sebenarnya sekelompok malaikat.”
“Walau qara’ta la ashbahta yandzurunnaas ilaiha.”
“Jika kamu terus membacanya, para malaikat akan sangat tertarik, dan mereka akan menjadi terlihat. Mereka tinggalkan dunia ghaib untuk memasuki dunia nyata. Hanya demi menikmati lantunan suaramu membaca Al-Baqarah. Begitu terpesonanya para malaikat Allah. Mereka akan turun sehingga manusia bisa melihat mereka.”
“Laa tatawaara minhum.”
“Takkan ada penghalang lagi, manusia akan bisa melihat malaikat karena bacaanmu.”
Subhaanallaah.
Membaca Al-Qur’an = Merenungkan Maknanya
Lalu tentu saja ada banyak ayat di dalam surat Al-Baqarah yang diriwayatkan, tapi saya takkan membahasnya, tentu untuk ayatul kursi sendiri banyak yang bisa dibahas, tentang ayatul kursi. Tapi akan saya sampaikan tentang dua ayat terakhir Baqarah, yang akan segera memberi Anda manfaat, insyaallah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, kembali pada hadits muttafaqun ‘alaihi.
“Man qaraa bilayaatain min akhiri suratulbaqarah fi lailatin kafatahu.”
Siapa saja yang membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah pada malam hari, maka itu sudah cukup bagi dia. Ini artinya sesuatu yang benar-benar bermanfaat bagi kita untuk dilaksanakan, untuk membaca dan memahaminya.
Ngomong-ngomong saya berasal dari budaya Indo-Pakistan, di mana kami sangat mengagungkan membaca Al-Qur’an tanpa memahaminya. Saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata; bacalah ini, beliau tak hanya bermaksud ‘verbatim’ (harfiah), hanya membaca tanpa merenungkannya.
Para sahabat tidak pernah melakukannya. Setiap kali membacanya, mereka merenungkan maknanya. Karena ini tidak hanya hubungan artifisial dengan Qur’an dengan hanya sekedar membaca. Tapi hubungan yang bermakna dan memicu pemikiran dengan Al-Qur’an. Itulah yang diinginkan Allah. Dia tak ingin kita hanya menghafal dan membaca kata-kata. Dia ingin kita ikut serta dengan ayat-ayat ini, sehingga ayat-ayat ini melelehkan hati kita, sehingga merasuk ke dalam hati kita. Sebuah pemberitahuan tentang kekuatan ayat-ayat ini.
Jadi pelajari, hafalkan, dan bacalah Qur’an, tapi bacalah sambil merenungkan maknanya. Barulah manfaatnya akan terlihat.
Sembilan Bagian Al-Baqarah
Sekarang saya ingin bicarakan secara singkat insyaallah. Sesuatu tentang surat Al-Baqarah, yang merupakan surat terpanjang dalam Qur’an. Sangat-sangat besar, saya ingin membahas beberapa riwayat untuk menggambarkan beberapa manfaatnya dan keindahan yang luar biasa dari surat ini. Bahkan di masa Nabi ‘alaihi salatu wasallam, kita harus menghargainya. Namun ada sesuatu yang harus Anda ketahui tentang topik yang dibicarakannya. Mudahnya surat ini bisa dibagi ke dalam 9 bagian. Ini adalah surat yang panjang, 286 ayat dan 9 bagian yang logis. Saya ingin membawa Anda untuk mengetahui apa saja yang terjadi pada semua bagian ini, dan bagaimana semuanya terhubung satu sama lain.
Pada bagian pertama surat ini Allah membagi semua pendengar Qur’an menjadi tiga kelompok. Jadi mereka yang berhubungan dengan Qur’an; apakah mereka yang beriman, mereka yang benar-benar menolaknya, tak ingin ada urusan dengannya; atau mereka yang mengaku beriman tapi sebenarnya tidak (munafik). Jadi mereka yang beriman, yang tidak beriman, dan yang munafik. Inilah pembahasan pertama surat Baqarah, yang bisa disebut bagian pertama.
Pada bagian kedua, kata Allah konsep tentang mereka yang secara terbuka beriman, mereka yang secara terbuka tidak beriman, dan mereka yang menutupi iman mereka. Ini akan selalu terjadi, dan sebenarnya warisan dari iman, mendustakan, atau munafik ini sudah dimulai dari kisah Adam sendiri. Jadi berikutnya adalah kisah tentang Adam alaihissalam dan bagaimana dia sampai ke bumi. Dan itu adalah bagian kedua.
Setelah bagian kedua, kita melangkah di dalam surat ini. Dan Allah azza wa jalla berkata; seperti Adam terpilih sebagai makhluk istimewa untuk memperoleh tanggung jawab di bumi, dia dijadikan sebagai khalifah, seseorang yang akan menurunkan warisannya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan penyebaran manusia, penting agar tidak hanya satu orang yang mewakili dan hanya satu orang yang bertanggung jawab, tapi seluruh bangsa. Bani Israil dipilih menjadi bangsa yang menjadi teladan dengan petunjuk Tuhan. Sehingga mereka bisa memperlihatkan kepada semua manusia keindahan mengikuti petunjuk Tuhan. Itulah tanggung jawab mereka. Lalu ada uraian panjang tentang bagaimana Allah memberi mereka tanggung jawab tersebut, dan kelebihan tersebut dibanding bangsa lain, sehingga mereka bisa menjadi teladan. Dan bagaimana mereka mengecewakan harapan Allah. Dan itulah bagian ketiga dari surat Al-Baqarah.
Dari sana hingga bagian akhir, Anda lihat bahwa Bani Israil, mereka tidak setuju dengan Nabi Muhammad, menjadi Nabi. Mereka merasa ini (kenabian) adalah hak istimewa Bani Israil, hanya seorang Israil yang bisa menjadi Nabi, mengapa seorang Arab bisa memperoleh wahyu. Jadi yang dilakukan Allah adalah mundur selangkah ke belakang, dan mulai bicara tentang Ibrahim, mengapa? Karena meski Anda tak punya hubungan dengan Arab, Anda pastilah dari Bani Israil. Pasti memiliki hubungan dengan Ibrahim alaihissalaam.
Anda perhatikan sesuatu, kita mulai surat ini dengan Adam, seorang ayah. Segera setelahnya Dia bicara tentang sebuah bangsa. Lalu kita akan bicarakan Ibrahim ‘alaihissalaam, dan tak lama lagi akan ada sebuah bangsa baru. Jadi ayah, bangsa, ayah, bangsa, demikian korelasi yang ada.
Hal lain yang sangat menarik adalah bahwa Adam alaihissalaam diuji, dan dia gagal dalam ujiannya, lalu dia menebusnya. Bani Israil diuji, lalu gagal dalam ujiannya, dan mereka memiliki kesempatan untuk menebusnya. Lalu ada Ibrahim yang juga diuji, tapi dia lulus dalam semua ujiannya. Terakhir kita akan sampai kepada umat di mana Allah berkata; Aku akan mengujimu, Dia mengatakan kepada kita, “Wa lanabluwannakum bisya’in.” (QS Al Baqarah ayat 155)
Aku akan mengujimu, mari kita lihat bagaimana hasilnya. Mari kita lihat apakah kamu membuat kesalahan seperti Adam, atau mengikuti jejak Bani Israil yang selalu membuat kesalahan, atau mengikuti warisan bapakmu Ibrahim yang berhasil melalui semua ujian. Begitulah hubungan semua hal yang ada satu sama lainnya.
Ketika Ibrahim alaihissalam dibicarakan, luar biasa bahwa Allah mengambil sebagian dari bagian ini dan bicara tentang anaknya Isma’il, dan pada sebagian yang lain bicara tentang cucunya yang lain yakni Yakub yang nama lainnya adalah Israel. Mengapa ini penting? Karena Allah mengatakan bahwa keduanya adalah keturunan sah Ibrahim. Dan keduanya adalah muslim, Allah menggunakan kata muslim dengan kedua bahasanya, sehingga mereka paham ke mana Nabi mengajaknya. Dan juga sangat benar dan sangat asli pesan Ibrahimik. (*Ibrahimik, berhubungan dengan Ibrahim -red)
Dan jika kamu Bani Israil menolak Nabi karena beliau Arab, kamu tidak begitu berbeda dengan Iblis, yang menolak Adam karena dia terbuat dari tanah lempung. Jadi jangan ikuti jalan itu, terimalah dia.
Dan setelah ini berlalu, kita berpindah kepada ayahnya, – sekarang ada dua keturunan dia akan meninggalkan warisan/ institusi bagi mereka. Institusi apa itu? Dia membangun Ka’bah, dia membangunnya di tengah gurun. Seraya membangun rumah itu dia berdoa untuk nabi-nabi yang akan datang. Dan sebagaimana dikatakan kepada Bani Israil, bahwa Muhammad adalah jawaban dari doa ayahmu sendiri, Ibrahim. Dialah jawaban dari doa ayahmu sendiri.
Dia adalah pemenuhan dari warisan itu sendiri, Kamu harus menerimanya dan memiliki loyalitas kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana yang kamu lakukan terhadap Ibrahim. Lalu mereka menyadari perubahan Ka’bah menjadi kiblat karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berhenti sholat menghadap Yerusalem.
Dan sekarang karena ayat ini, topik kelima dari surat ini adalah perubahan Ka’bah. Dan jauh melebihi perubahan Ka’bah ini adalah perubahan ibu kota yang dulunya – bahwa kita sholat menghadap Yerusalem hampir sama artinya dengan… bahkan para Yahudi merasa, kita tak terlalu berbeda – Namun sekarang kita sholat menghadap ke Makkah, ini benar-benar berbeda. Mereka sekarang sebuah bangsa yang baru. Dan Allah meresmikan kita sebagai bangsa yang baru.
“Kuntum khoira ummatin ukhrijat lin-naas.” (QS Ali Imran ayat 110)
Sebenarnya ini ada di surat Ali-Imran. Namun sekarang (di surat ini); “Kadzaalika ja’alnaakum ummataw wasathon.” (QS Al Baqarah ayat 143)
Kami jadikan kamu bangsa pertengahan, kamu bangsa yang baru sekarang, kamu berdiri sendiri sekarang, umat muslim, bahwa “yaaa ayyuhalladziina aamanu” mulai digunakan. Di antara kamu mereka yang beriman, di antara kamu mereka yang beriman. Itulah sebutan resmi dari umat muslim. Jika Anda punya bangsa baru maka Anda butuh sebuah ibu kota, yakni Ka’bah kita. Dan Anda perlu perayaan peresmian bangsa baru, sebagaimana sebuah bangsa memiliki hari kemerdekaan, maka kita memiliki bulan kemerdekaan, bulan Qur’an yakni Ramadhan. Itulah yang diungkapkan dalam surat ini. Ritual dari rumah itu (Ka’bah) diungkapkan dalam surat ini. Nama umat ini, Nabi yang diberikan diungkapkan dalam surat ini.
Jadi… pada dasarnya kita sekarang menjadi sebuah umat baru yang mandiri, yang akan melalui ujiannya sendiri, itulah topik berikutnya. Jauh di luar itu menariknya, adalah bagian panjang dari surat Al-Baqarah yang menyebutkan sejumlah hukum dan peraturan yang berbeda. Hukum ini berhubungan dengan puasa, haji, hukum perceraian, hukum sosial, beberapa hukum waris tahap awal, zakat, dan berbagai hukum yang berhubungan dengan sesama, memelihara anak yatim dan semacamnya, semua ini disebutkan dalam urutan yang sangat sistematis ini, yang terlalu panjang dijelaskan di sini. Tapi setidaknya begitu gambarannya.
Sekarang mari saya jelaskan sudah sejauh mana bahasan kita. Kita mulai dengan mereka yang beriman dan yang tidak beriman dan munafik, itu bagian pertama. Kisah Adam adalah bagian kedua. Bagian ketiga adalah Bani Israil dan kegagalan mereka. Bagian keempat adalah menghidupkan warisan bapak mereka Ibrahim. Bicara tentang Ibrahim, beliaulah yang membangun Ka’bah. Ini bagian kelima. Bagian keenam, umat muslim sekarang menjadi bangsa baru yang akan diuji. Bagian ketujuh, dengan apa kamu akan diuji? Semua hukum ini yang harus kamu patuhi, jadi ini adalah bagian yang panjang. Jadi hingga disinilah kita, sampai bagian ketujuh.
Saya katakan bahwa ada sembilan bagian dari surat ini. Yang kedelapan, ada bagian yang panjang dari Qur’an yang menangani petunjuk tentang masalah ketamakan. Ke mana Anda boleh menghabiskan uang, ke mana Anda tidak boleh menghabiskannya. Bagaimana Anda menghasilkan uang dan bagaimana Anda tidak boleh menghasilkannya. Bagaimana Anda berbisnis dan bagaimana Anda tidak boleh berbisnis. Uang itu penting, dibicarakan secara khusus dan detil di dalam surat ini, tidak seperti surat-surat lain dalam Qur’an yang juga membahasnya. Ini penting karena jika kita kembali kepada kisah Adam alaihissalaam, masalahnya adalah ketamakan. Jadi Allah menekankan bahwa dengan datangnya manusia sekarang ke bumi, maka ketamakan akan menjadi masalah besar, sehingga perlu ditangani secara detil.
Seraya disimpulkan, maka kita sampai kepada 2-3 ayat terakhir Al-Baqarah yang menurut riwayat, siapa yang membacanya pada malam hari cukup baginya. Salah satu doa yang paling dalam maknanya di dalam Qur’an. Doa-doa itu mengikat seluruh kandungan surat, menyimpulkan di mana kita mulai, karena pada awal surat kita memohon Allah untuk tidak memberi beban bagi kita seperti yang diberikan kepada orang-orang sebelum kita. Karena mereka tak mampu menanggungnya dan akhirnya menjadi munafik. Kita memohon kepada Allah agar menyelamatkan keyakinan kita dan tidak menjadi munafik, dan kita akhiri dengan permohonan untuk menolong kita menghadapi mereka yang mendustakan.
Anda ingat bahwa topik pertama adalah yang beriman, yang mendustakan, dan yang munafik? Dan topik terakhir adalah doa kita, “Ya Allah selamatkan keyakinan kami, kami sudah beriman, jangan biarkan kami jatuh ke dalam kemunafikan, dan tolonglah kami menghadapi mereka yang tidak beriman.”
Jadi ini hampir seperti tanggapan terhadap bagian awal surat ini. Dengan hal ini juga sekaligus menyimpulkan hampir sebagian besar agama Islam. Salah satu surat yang paling besar dalam Qur’an.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan tentang 7 surat pertama dalam Qur’an, mereka yang berpegang kepadanya, “Fa huwa hibr,” dia adalah seorang cendekia. Seumpama Anda tak butuh lagi ilmu lain setelah 7 surat awal ini, bahwa Anda sudah memiliki ilmu yang sangat dalam.
Semoga Alla azza wa jalla menjadikan kita menghargai kekuatan, urutan, dan pelajaran yang luar biasa dari surat Al-Baqarah. Saya sudah mencoba mempelajari surat Al-Baqarah mungkin selama 15 tahun, dan saya merasa bahkan belum bisa menggores permukaannya. Semoga Alla azza wa jalla menjadikan kita menghargai kekuatan dan manfaat dari bercermin dan merenungkan Al-Quran. Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.