Hari ini banyak orang menonton dari berbagai belahan dunia,
Anda menerima Islam. Saat Anda menerima Islam, Anda harus membuat perubahan dalam hidup Anda. Apakah Anda menerima Islam, dalam arti membaca syahadat, sebelumnya beragama Kristen, Yahudi, Hindu, agnostik, atheis, Buddha atau apa pun, lalu menjadi muslim, akan ada perubahan dalam hidup Anda. Atau Anda seorang muslim tetapi tertidur, lalu Allah membangunkan Anda dan Islam di dalam diri Anda terbangun, akan ada perubahan dalam hidup Anda.
Perubahan itu akan terlihat jelas oleh keluarga dan teman Anda. Anda akan duduk bersama teman yang berbeda sekarang. Anda tidak menikmati pesta seperti dulu karena Anda melihat ada yang tidak diperbolehkan dalam pesta itu. Anda akan sadar bahwa cara Anda memperoleh uang tidak baik, sehingga Anda akan kehilangan sebagian bisnis Anda. Anda mungkin harus berhenti dari pekerjaan Anda sebagai akibatnya.
Terdapat asosiasi, para teman, afiliasi yang biasa Anda nikmati dan menjadi bagian hidup Anda, lalu Anda memutuskan hubungan Anda dengan semua itu karena berpengaruh buruk. Anda akan menjadi semakin terisolasi saat menganggap agama Islam secara serius pada awalnya karena terdapat hal tertentu yang tak diperbolehkan di dalam agama Anda.
Orang-orang di sekitar Anda tak ada masalah dengan itu. Mereka akan menyadari Anda menjadi aneh. Anda menjadi terisolasi dan terputus hubungan dan mereka akan menyebut Anda bodoh.
Saat Anda mencoba mendakwahi mereka atau Anda berusaha mengatakan, “Hei, coba dengarkan ini.”
“Hei, mari ikut ke masjid denganku.”
Mereka akan mengatakan, “Kau ingin aku menjadi sepertimu?”
“Itukah yang kau inginkan?”
“Kau ingin aku menjadi orang aneh atau ekstrimis seperti dirimu?”
“Tidak, terima kasih.”
Anda akan mendengar perkataan ini dari sepupu, saudara, anggota keluarga dan teman Anda. Mereka yang akan menganggap Anda aneh. Anda bodoh karena telah melakukan itu.
“Kau terlalu keras, tenanglah!”
“Ambillah pendekatan yang seimbang seperti diriku.”
Glek, glek, glek.
Anda tahu?
Permasalahan ini masih ada.
“…a nu’minu kamaa amanassufahaa…” (QS. Al Baqarah ayat 13)
Allah berbalik dan berfirman, “…alaa innahum humussufahaa…” (QS. Al Baqarah ayat 13)
“Kalian sebaiknya menyadari…”
Anda lihat ada kata ‘alaa‘ lagi.
“Ya’ni intabihu“, perhatikan.
Anda sebaiknya menyadari, sebaiknya ingat. Orang-orang itu, mereka dan hanya mereka, adalah orang-orang yang bodoh. Mereka adalah orang yang terbodoh.
Dalam arti seperti apa mereka dianggap bodoh?
Saya sudah beri tahu Anda apa yang mereka anggap bodoh. Menurut mereka, Anda sangat bodoh karena meninggalkan dunia. Untuk apa semua pengorbanan ini?
“Surga itu mudah diraih, kau tak perlu mengorbankan semua ini. Ini adalah…”
“Berbuat baik sedikitlah di bulan Ramadan, kejar tanggal 27 atau semacamnya, kau akan baik-baik saja.”
Tetapi, di sisi lainnya, saat Allah menyebut mereka orang bodoh. Allah memiliki definisi berbeda soal orang bodoh. Kita harus memikirkan bagaimana Allah mengartikan orang bodoh.
Al-Kafawi Rahimahullah merenungkan apa maksud Allah soal orang bodoh. Kita sudah tahu yang dianggap mereka orang bodoh. Kita harus mengetahui apa maksud Allah soal itu. Dia berpendapat seperti ini. Saya tidak akan menerjemahkannya terlebih dahulu karena ditulis dengan sangat puitis. Saya akan baca secara keseluruhan dan menerjemahkan kemudian.
“Zhahirul jahli, adimul aqli, khafiful lubbi, dha’iful ra’yi, radi’ul fahmi, mustakhifful qadri, sari’ul dzanbi, haqirun nafsi, makhdhu’u syaithani, asiru thugiani, da’imul isyani, mulazhimul kufrani, laa yubali bima kana, wama yakuun wa aw saufa yakun.”
Subhanallah.
“Zhahirul jahl.” Dia hanya dikendalikan oleh emosinya yang keji. Apa pun yang datang ke mulutnya, dikatakan olehnya. Apa yang ingin dia lakukan, dilakukannya.
“Adimul aql.” Dia menolak untuk berpikir.
“Pikirkan apa yang kau lakukan.”
“Sudah lupakanlah.”
“Aku tak mau memikirkannya, kau saja yang berpikir untukku.”
“Khafiful lubb.” Sangat rendah kemampuan mereka untuk merenung dan refleksi diri. Saat diri Anda larut dalam musik, terus-menerus mengalun di kepala Anda. Mata Anda lelah karena berbagai episode serial televisi. Berapa banyak waktu yang Anda miliki untuk berpikir?
Walaupun saat layar sedang padam, Anda memikirkan episode selanjutnya. Anda tidak memikirkan alasan Anda ada. Apa tujuan Anda hidup, seperti… Ketukan tak berarti itu masih terngiang di kepala Anda saat berjalan. Duk, duk, duk. Hanya itu yang ada di kepala Anda. Mengambil alih.
“Khafiful lubb.” Mereka tidak menggunakan pemberian Allah yang mengagumkan ini, akal. Akal ini dibuat mati rasa, sehingga memiliki semacam narkoba. Dan…
Kecanduan kepada hiburan adalah narkoba dengan sendirinya. Membunuh kemampuan Anda untuk berpikir. Hal itu membunuh kemampuan akal Anda untuk digunakan semestinya. Tidak hanya kawula muda, tetapi orang tua dalam masyarakat kita. Kecanduan serial drama atau, untuk para ibu, kepada serial drama Pakistan dan…
(berbicara bahasa asing)
Seperti… Mereka hanya tenggelam dalam hal seperti ini.
“Dha’iful ra’yi“. Kita bisa membentuk pendapat seperti apa pun.
“Aku tak tahu, aku tak yakin.”
Hidupnya dipenuhi dengan “aku tak yakin, aku tak tahu“. Tidak ada yang jelas di dalam hidupnya.
“Radi’ul fahmi“. Benar-benar tertolak dalam arti pemahaman. Dengan kata lain, mereka tidak peduli untuk memahami segalanya dengan benar.
“Mustakhifful qadr.“. Kini, kemampuan mereka semakin berkurang.
“Sari’ul dzanb.” Tetapi, sangat cepat dalam berbuat dosa. Sangat cepat berbuat dosa.
“Haqirun nafs.” Pada dasarnya, tidak ada harga diri. Tidak menghargai diri sendiri. Tidak ada harga diri.
“Makhdhu’u syaithan.” Benar-benar tertipu oleh setan.
“Asiru thugian.” Mereka terpenjara karena ketidaktaatannya kepada Allah. Mereka kecanduan untuk berbuat dosa terhadap Allah. Tawanan para pemberontak.
“Da’imul ishyan.” Terus-menerus berbuat dosa. Terus-menerus berbuat jahat.
“Mulazimul kufran.” Secara keseluruhan, satu-satunya komitmen mereka hanyalah rasa tidak bersyukur. Tidak bisa bersyukur. Selalu merasa dirinya layak mendapatkan lebih.
“Laa yubali bima kana, wa la bi \ma huwa kain, saufa yakun.” Mereka tidak peduli pada apa yang terjadi, apa yang mereka lakukan di masa lalu, apa yang mereka lakukan sekarang dan di masa depan. Tak peduli untuk mempertimbangkan akibat. Apa yang lebih bodoh dari itu?
“…alaa innahum humussufahaa…” (QS. Al Baqarah ayat 13)
Mereka yang tak peduli. Orang yang benar-benar tidak sadar. Merekalah orang yang terbodoh.