Sedikit tentang saya, Syabith Umar Ahdan, mahasiswa Illinois Institute of Technology di Chicago, Amerika. Saya berasal dari Gresik, Jawa Timur, dibesarkan oleh keluarga yang sangat religious, yang menekankan pada ibadah-ibadah Wajib dan Sunnah. Bapak dan Ibu saya sering mengajak saya mengikuti majelis Al-Qur’an setiap bulannya.
Namun, semenjak saya kuliah di Amerika, saya bertemu banyak orang dari berbagai macam agama, ras, budaya, dan background. Saya pun berteman baik dengan mereka. Hal ini memperbesar perspektif saya tentang kehidupan, bahwa hidup ini bukan sekedar hitam dan putih belaka.
Kebanyakan orang mempunyai pandangan hidup yang berbeda-beda, berdasarkan lingkungan di mana mereka dibesarkan. Contoh, satu teman saya Liz yang lahir dari keluarga Katolik Korea Selatan, dan sampai bertemu dengan saya pun, dia adalah penganut Katolik yang taat.
Contoh kedua, teman saya Ramesh dari India, dia hidup dengan keadaan yang sulit, namun Ibunya adalah seorang penganut Hindu yang taat. Alhasil, diapun menjadi penganut Hindu yang taat. Mereka berdua adalah orang yang baik, suka menolong, berkata jujur, dan menghindari hal-hal yang dilarang oleh agama mereka. Sama seperti saya yang melakukan perintah dan menghindari larangan ajaran Islam.
Terbenak dipikiran saya, “Apakah mereka akan masuk neraka? Mereka orang yang baik dan patuh pada agama. Semisal mereka dilahirkan dalam keluarga muslim, mungkin mereka akan menjadi muslim yang taat pula.”
Bagaimana saya tahu bahwa dari semua agama di dunia ini, Islam adalah yang paling benar? Saya selalu di doktrin bahwa Islam adalah agama yang benar, tapi tidak pernah dijelaskan kenapa dan bagaimana. Banyaknya kubu-kubu Islam tentang halal haramnya sesuatu juga membuat saya semakin skeptis. “Keajaiban-keajaiban Islam” yang ada pun terjadi pada agama-agama yang lain, sehingga hal-hal tersebut kurang meyakinkan saya.
Pada bulan Ramadhan tahun 2014, saya tidak sengaja menemukan video seri Qur’anic Gems oleh Qur’an Weekly dengan Ustadz Nouman sebagai pembicara. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, hati saya tergugah, mata saya meleleh oleh ayat-ayat Allah SWT.
Sayapun terus berdoa dan semakin dekat dengan Allah SWT. Saya merasakan rasa damai dan tentram, walaupun di tengah cobaan yang saya hadapi. Saya sering menangis dalam shalat saya. Semua itu berkat rahmat dan cinta Allah yang mendekatkan saya dengan ayat-ayat- Nya melalui Ustadz Nouman. Dan saya akan selalu bersyukur terhadap beliau.
Memang saat itu pertanyaan-pertanyaan “logis” saya belum terjawab dan terus berada dalam doa saya. namun dengan kukuhnya hati saya terhadap Islam, saya merasa terlahir kembali sebagai muslim dan yakin 100% bahwa Islam adalah agama yang benar.
Perjalanan saya mempelajari Islam, khususnya Al-Qur’an, melalui penjelasan Ustadz Nouman pun dimulai. Dan Alhamdulillah, setelah mendengar puluhan video/podcast, semua pertanyaan saya di atas terjawab secara langsung, maupun tidak langsung.
Salah satu dari sekian banyak hal yang saya pelajari tentang Islam melalui Ustadz Nouman ialah bahwa Al-Qur’an melarang perpecahan dalam Islam, perbedaan memang akan selalu ada, namun sebagai umat Islam secara keseluruhan, kita harus mempunyai tenggang rasa.
Sehingga beliaupun tidak pernah mengkotak-kotakan kubu-kubu muslim yang sudah terkotak-kotak. Beliau tidak mendoktrin atau memaksa salah benarnya sesuatu, namun beliau lebih menyodorkan “alternatif” akan sesuatu ide yang dia dapatkan dari Al-Qur’an. Tentu saja dengan bukti-bukti yang kuat dan masuk akal.
Beliau percaya bahwa hanya Allah-lah yang bisa membuka hati seorang manusia pada kebenaran, dan Allah hanya membuka hati orang-orang yang tulus mencari kebenaran. Hal ini lebih meyakinkan saya ketimbang pihak-pihak Islam lain yang menyebar kebencian di bawah naungan “Amar Ma’ruf Nahi Munkar”. Ustadz Nouman sendiri menjelaskan spectrum dari “Amar Ma’ruf Nahi Munkar” yang lebih masuk akal dengan hati saya.
Terima kasih pada beliau pula, saya mengenal Syeikh Omar Suleiman, Sheikh Yasir Qadhi, Mufti Ismail Menk, dan lain lain. Dan seperti yang saya tekankan di atas, walaupun terkadang mereka berbeda pendapat, namun mereka tetap mencintai satu sama lain dan menghormati perbedaan tersebut. Sungguh inilah Islam yang saya cintai, Islam yang menyatukan umat, bukan Islam yang memecah belah.
Tak bisa diungkiri bahwa Ustadz Nouman juga manusia biasa, yang tak luput dari kesalahan dan kelemahan. Memang ada hal hal dari beliau yang tidak akan saya tiru atau ikuti. Namun lagi, hal itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan besarnya dampak positif ajaran-ajaran Al-Qur’an yang saya dan jutaan umat Islam rasakan untuk semakin dekat dengan Allah SWT melalui ajaran beliau.
Ustadz Nouman mempunyai misi untuk mempermudah akses umat Islam untuk mempelajari Al-Qur’an, yang pada akhirnya juga bisa mendekatkan diri pada Allah SWT. Dan saya sudah merasakan hal itu dan ingin terus mempelajari Al-Qur’an dan mendekatkan diri pada Allah SWT.
Semoga Allah selalu merahmati beliau dan usaha beliau untuk menyebarkan ajaran Al-Qur’an.
—
Sumber foto 1: https://www.facebook.com/noumanbayyinah
Sumber foto 2: https://www.facebook.com/noumanbayyinah
Sumber foto 3: https://www.facebook.com/yasir.qadhi
Masya Allah akhi saya jg sangat mengagumi sosok ustadz Nouman Ali Khan. pertama kenal beliau tdk sengaja melihat video beliau bercerita ttg Robert Davila, semenjak itu saya selalu menonton video2 beliau di yutube. terimakasih sdh mentranslatekan video2 beliau kedalam bahasa Indonesia Jazakumullah khairan katsiran
LikeLike