بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٠٨
- Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”
Saya punya beberapa waktu untuk berbagi dengan Anda melalui khutbah ini. Pertama-tama, saya ingin mengungkapkan bahwa saya merasa sangat terhormat, untuk mendapatkan kesempatan berbicara dengan Anda semua.
Dan saya berdoa semoga Allah Subhanahu wa ta’ala menerima perkataan-perkataan ini sebagai suatu ibadah untuk Nya, atas diri Anda dan diri saya sendiri. Dan semoga Allah menerima seluruh doa para Muslim dimanapun mereka berada.
Dan saya ingin berbagi dengan kalian pada hari ini, in shaa Allahu ta’ala tentang beberapa pandangan, beberapa bahan untuk dipikirkan, dari ayat yang sangat indah, Qur’an Surat Yusuf. Saya telah membacakan ayatnya di awal khutbah tadi. Saya ingin memulai dengan memberitahu Anda sesuatu yang sudah Anda ketahui.
Tujuan Hidup
Anda dan saya, seluruh manusia, kita semua mempunyai standar (kesuksesan). Seluruh manusia mempunyai tujuan dalam hidupnya. Tujuan yang mereka katakan, ataupun yang tidak. Untuk para Muslim, kita akan membicarakan itu nanti.
Tapi bahkan untuk orang-orang yang bukan Muslim, orang-orang yang bahkan tidak memiliki agama. Beberapa orang beragama hanya karena orang tua mereka mewariskannya. Tapi mereka sendiri sebenarnya tidak memperdulikannya. Mereka hanya ‘menikmati’ hidup ini. Dan bahkan ketika mereka hidup dengan cara seperti itu, mereka memiliki standar kesuksesan yang mereka usahakan.
Untuk beberapa orang, apa yang mereka inginkan pada akhir hidup mereka, arti sukses bagi mereka mungkin, “Ketika saya memiliki sebuah rumah..” Itulah sukses bagi mereka.
Mungkin, “Ketika saya memiliki uang sebanyak itu.” Maka itulah sukses.
Mungkin, “Jika aku dapat menikahi dia, atau dia.” Itulah kesuksesan.
Tapi setiap orang memiliki arti sukses tersendiri. Mungkin bagi para pelajar, satu-satunya arti sukses adalah, “Saya ingin menyelesaikan program master saya.”
“Saya ingin menyelesaikan program doktor saya.”
“Jika saya dapat menyelesaikannya, saya akan sukses. Saya berhasil menggapai apa yang saya inginkan. “
Beberapa dari Anda adalah seorang pegawai. Dan kadang bagi seorang pegawai, hal yang sangat ditunggu adalah ketika Anda mendapat promosi.
“’Kalau saya dapat menjadi manager…”
“Kalau saya dapat menjadi direktur..”
“Kalau saya dapat menjadi pemimpin perusahaannya, saya akan sukses. Saya akan mencapai keinginan saya.”
Setiap manusia memiliki sesuatu yang ingin dicapai. Sesuatu yang mereka usahakan untuk mendapatkannya. Hal itu adalah kenyataan bagi seluruh manusia. Anda tidak perlu menjadi seorang Muslim untuk mempunyai keinginan itu. Setiap dari kita pasti memiliki keinginan itu dan di dalam agama Islam, itu adalah hal yang wajar.
Islam tidak melarang kita, atau menghentikan kita untuk menginginkan sesuatu. Tidaklah haram bagi Anda untuk menginginkan sebuah rumah. Bukanlah perbuatan buruk bagi Anda untuk menginginkan pakaian yang bagus. Atau untuk memiliki keluarga yang baik. Atau untuk memiliki pekerjaan yang lebih baik. Atau untuk memiliki pendapatan yang lebih banyak, tabungan yang lebih banyak. Semua hal itu bukanlah suatu hal yang buruk.
Allah tidak menahan Anda dan saya untuk memilikinya. Tapi, saya ingin membahasnya lebih dalam Agama kita, ada 2 tipe orang yang menganutnya. Dan saya sadar bahwa hari ini saya berbicara di sebuah universitas Islam. Dan saya berbicara dalam hal yang berkaitan dengan pelajar-pelajar di sini. Pelajar yang berada di institusi yang amat baik.
Dan saya memilih ayat ini dalam khutbah kali ini dengan tujuan saya dapat menjelaskan hal ini,
In shaa Allahu ta’ala. Dan hal itu adalah…..
Dalam agama kita, Anda dapat hidup dalam harapan yang paling rendah. Harapan yang paling minimum. Yang bisa jadi, bagi seorang muslim, contohnya Anda tidak melakukan hal-hal haram,
Anda tidak mendekati hal-hal yang buruk dan Anda memastikan setidaknya Anda melakukan kewajiban Anda.
Anda melakukan hal yang seharusnya Anda lakukan. Anda melakukannya, dan Anda sudah aman. Anda dapat hidup semau Anda, melakukan apapun yang Anda mau. Setidaknya Anda menjauhi yang haram, dan melaksnakan kewajiban, setidaknya Anda memenuhi persyaratan minimumnya.
Anda memenuhi persyaratan minimumnya. Dan tidak akan ada yang mempertanyakan Anda. Tidak ada yang akan berkata, “Anda belum cukup berbuat..”
“Anda harusnya berbuat lebih banyak..!”
Jika Anda ingin masuk surga, Anda tidak bisa hanya berusaha dengan melaksanakan standar minimumnya. Saya tidak akan membantah hal itu. Sekali lagi, saya tidak akan membantah hal itu.
Tapi yang ingin saya sampaikan pada Anda adalah bahwa Allah menjadikan beberapa orang, Allah memberikan beberapa orang karunia yang lebih banyak. Allah memberikan mereka kesempatan yang lebih banyak. Dan saya akan menganggap kalian semua, khususnya para pelajar yang hadir hari ini, Allah memberikan kalian kesempatan. Allah membuka pintu bagi kalian yang tidak diberikan kepada orang lain.
Karunia Besar Tinggal Di Negara Mayoritas Muslim
Dan banyak dari kalian yang mempelajari agama Islam, dan banyak dari kalian yang mempelajari ekonomi, teknik, dan lainnya. Tapi itu semua tidak penting. Kalian semuanya telah dikaruniai kesempatan. Dan Anda dikaruniai kesempatan di sebuah negara Islam.
Dan Anda mungkin tidak menyadarinya, tapi karena saya datang dari United States. Dan ketika saya datang ke negara Muslim, di sanalah saya dapat melihat perbedaannya. Jangan sia-siakan agama Islam Anda.
Saya mengetahui orang-orang Muslim di tempat asal saya. Di United States, dalam satu keturunan, mereka kehilangan (Agama) Islam-nya. Hanya dalam 2 keturunan mereka kehilangan (Agama) Islam-nya. Seluruh keluarga mereka.
Beberapa waktu yang lalu, saya baru selesai sholat di sebuah mushola di Texas. Dan dalam perjalanan pulang ke rumah saya, ada sebuah restoran Pizza. Dan saya berhenti di sana, pelayannya datang dari New York. Pria yang mempunyai toko Pizza itu dari New York, dan saya dulu pernah tinggal di New York, jadi kami mulai mengobrol.
Dan saya sadar bahwa dia dari Albania dan dia bilang bahwa, “’Ya..nenekku sebenarnya seorang Muslim..”
“Nenek dan kakekku seorang Muslim..”
Dan saya bertanya, “Bagaimana dengan kamu sendiri?”
Dan dia jawab “Yeah..saya tidak menganutnya..”
“Kami tidak begitu perduli tentang hal itu..”
Dalam 2 garis keturunan, mereka kehilangan agamanya. Mereka tidak melihat diri mereka sebagai seorang Muslim lagi. Dan itu bukan kesalahan mereka. Tapi sesuatu terjadi di tengah masyarakat, di mana segala pengaruh di sekitar Anda tidak mendukung agama Islam. Tidak mengembangkan agama Islam.
Anda, sangat beruntung untuk dapat tinggal di sebuah negara yang dikelilingi oleh para Muslim. Di mana agama Islam mudah (untuk diterapkan). Di mana agama Islam mudah untuk ditemui..
Di mana Anda dapat mendengar adzan.. Di mana panggilan ke rumah Allah dapat terdengar oleh Anda.
Saya tidak mendengar adzan di tempat saya tinggal. Kami harus pergi ke masjid dengan cara memeriksa waktu (sholat). Bukan karena mendengar adzan. Ya kan..
Jadi, ketika ini (Islam) menjadi sangat mudah, Anda tahu apa yang terjadi? Anda tidak menyadari betapa besar nikmat ini. Anda tidak menyadari betapa besar karunia ini. Ini hanya menjadi suatu yang biasa bagi Anda..
Seperti ini, hanya menjadi kebiasaan setiap minggu orang-orang datang untuk sholat jumat. Ini hal yang normal bagi Anda, bukan sesuatu yang besar. Tapi, ketika kamu pergi ke sebuah kota, saya kemarin pergi ke sebuah kota di United States untuk memberikan khutbah dan hanya ada 6 orang yang duduk di depan saya. Merekalah satu-satu muslim di kota itu. Pada saat itu Anda akan sadar. Ini adalah nikmat dari Allah. Untuk dapat dikelilingi orang-orang Muslim di sekitar Anda. Untuk mendapat support Islam di sekitar Anda.
Tapi saya akan kembali ke masalah yang saya ungkapkan di awal. Ada beberapa orang yang sudah merasa cukup dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban minimumnya. Sekali lagi, kewajiban minimumnya.
Allah Mengharapkan Hal Yang Besar Dari Anda
Tapi saya di sini ingin mengatakan pada Anda, para pemuda dan pemudi. Allah telah mengarunai Anda. Dan saya katakan pada Anda, Dia (Allah) mengharapkan hal yang besar dari Anda. Allah tidak mengharapkan hal-hal yang “kecil” dari Anda.
Jika Anda hanya melakukan hal-hal “kecil”, hal itu adalah baik. Saya tidak akan benci pada Anda. Dan saya tidak akan memarahi Anda. Tapi saya tahu bahwa Anda dapat berbuat jauh lebih baik. Dan saya tahu, Allah berharap lebih banyak, karena Dia telah mengarunai Anda dengan begitu banyak hal. Sekali lagi, begitu banyak..
Agama kita, dalam ayat ini, Allah azza wa jal menjelaskannya,
قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ (Qul hathihi sabili)
“Katakanlah: “Inilah jalanku.”
“As-sabil” adalah sebuah “jalan”.
Dan apakah Anda tahu, dalam ayat ini Allah tidak mengatakan, “Qul hadzaa diini.”
“Ini adalah agamaku.”
“Katakanlah: “Inilah agamaku.”
“Ini adalah Islamku..”
“Ini adalah kebenaranku, ini adalah kitabku..”
Allah tidak menjelaskannya dengan bahasa apapun, kecuali dengan,
“Katakanlah: “Inilah jalanku.”
Dan Anda semua tahu bahwa sebuah “jalan” layaknya sebuah perjalanan. Jadi, Islam itu sendiri dijelaskan sebagai sebuah “perjalanan” dalam ayat ini. Apa artinya?
Itu berarti, pada setiap perjalanan semestinya Anda perlu menghasilkan kemajuan kan? Jadi walaupun Anda hanya berjalan 1 langkah, Anda harusnya akan lebih dekat kepada tujuan Anda dari hari sebelumnya atau dari tahap sebelumnya.
Dalam setiap saat Anda membuat perkembangan dalam sebuah “perjalanan” Anda. Dan dalam ayat ini, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata,
“Agamaku ini, dan agama kalian semua, Islam..adalah sebuah ‘perjalanan’.”
Yang berarti saya harus melakukan hal yang lebih untuk agama ini dibanding apa yang kulakukan kemarin. Dan seharusnya saya melakukan lebih banyak esok hari dan seterusnya.
Saya seharusnya melakukan lebih banyak. Agama ini harusnya lebih menjadi sebuah kenyataan dibandingkan dengan hari kemarin dan saya harus menjadi bagian dalam usaha tersebut. Saya harus mengabdi. Saya harus membawa agama ini lebih jauh. Saya harus menjadi pelayan bagi agama ini.
Kita Memerlukan Dakwah
Saya telah tinggal beberapa hari di negara ini, dan saya jarang mendapatkan kesempatan untuk pergi ke negara Muslim. Tapi saya dapat mengatakan pada Anda, tidak ada satupun negara muslim, tidak ada satupun kota muslim, tidak ada sebuah kampung yang di mana mereka tidak membutuhkan da’wah.
Tidak ada komunitas muslim yang didalamnya para muslim yang seluruhnya sudah dekat pada Allah. Dan tidak satupun dari mereka yang membutuhkan nasihat. Ada banyak Muslim, yang tersisa dari diri mereka hanyalah nama mereka. Hanya itu yang tersisa (keislamannya) dari mereka. Mereka tidak peduli dengan sholat, dengan hal yang halal/haram. Mereka sangat jauh dari agama ini.
Sangat jauh..dan siapa yang seharusnya mengajak mereka (kembali)? Siapa yang akan memperhatikan mereka? Siapa yang akan membawa mereka kembali ke ‘Laa ilaa ha ilallah’ ..? Siapa yang akan membuat mereka sadar betapa indah agama Islam ini..?
Kadang, ketika kita berpikir tentang dakwah, kita memikirkan para Non-Muslim. Orang-orang Hindu harus diberi dakwah. Orang-orang Budha harus diberi dakwah. Orang-orang Kristen harus diberi dakwah.
Tapi apakah Anda tahu? Kita sekarang hidup di zaman yang aneh. Bahwa orang-orang yang paling membutuhkan dakwah adalah para Muslim sendiri. Kita memerlukan dakwah. Kita memerlukan perhatian dari setiap muslim lainnya.
Para pelajar yang akan lulus dari institusi ini, apakah Anda suka atau tidak, Anda akan menjadi ambassador (duta) agama Islam bagi lingkungan Anda. Ketika Anda bekerja di suatu perusahaan, Anda akan menjadi ambassador (duta) agama Islam di perusahaan di mana Anda bekerja.
Ketika Anda bekerja di bagian kantor pemerintah, Anda akan menjadi ambassador (duta) agama Islam di sana. Anda harus menghidupkan Islam di tingkat yang paling tinggi, bukan pada tingkat yang rendah. Sekali lagi, tidak di tingkat yang rendah. Tapi di tingkat yang paling tinggi. Anda harus belajar untuk berharap lebih banyak dari diri Anda sendiri,
قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ (hathihi sabili)
Para remaja yang ada di sini, mereka harus memiliki rasa cinta pada negaranya. Rasa cinta pada kota mereka, pada komunitas di lingkungan mereka. Dan ketika mereka melihat orang lain menjauh dari Allah, itu harusnya membuat hati mereka sakit.
Dan mereka mestinya bertanya, “Apa yang dapat kulakukan..?”
“..untuk menjadikan Islam sebagai sebuah kenyataan yang lebih kuat di tempat ini..?”
“Apa yang dapat kulakukan untuk mengembangkan agama ini lebih jauh?”
“Aku semestinya tidak cukup merasa senang ketika orang-orang datang hanya pada sholat jum’at..”
Itu tidak berarti bahwa hati mereka semua sudah bersih. Itu berarti kita sudah tidak memerlukan nasihat. Apakah seperti itu? Atau adakah perbuatan buruk di lingkungan kita? Adakah kaum muda yang melarikan diri kepada obat-obatan terlarang? Adakah kaum muda yang hanya hidup tanpa tujuan, yang mereka lakukan hanyalah main video, nonton film dan tidur?
Jika Anda menanyakan tujuan mereka, mereka akan menjawab, “Aku ingin lulus dan mendapat pekerjaan.”
Apakah itu sebuah tujuan (akhir)? Untuk mendapatkan pekerjaan? Allah memberikan kita tujuan akhir yang lebih tinggi. Pekerjaan Anda itu sebenarnya adalah hanya alat untuk mencapai tujuan akhirnya.
Bagaimana Supaya Dapat Mengabdi Kepada Allah?
Anda harus memikirkan di mana Anda akan bekerja, dan saya yakin, kalian para pelajar, kalian selalu berpikir, “Dimana saya akan dapat pekerjaan..?” ,
“Berapa banyak uang yang dapat saya hasilkan?”
“Di mana saya akan tinggal nanti?”
“Kapan orang tua saya mengizinkan saya untuk menikah?”
Itu semua adalah pertanyaan yang ada pada diri Anda sendiri. Setiap saat.. Tapi, saya juga ingin menambahkan satu pertanyaan untuk Anda tanyakan pada diri Anda.
“Bagaimana saya dapat mengabdi kepada Allah..?”
“..Dengan pekerjaan saya..dengan pendidikan saya.. bagaimana saya dapat melayani..?”
Beberapa dari kalian mempelajari Islam. Kalian memiliki kehormatan, kemuliaan dari Allah, karena Allah memberikanmu kesempatan untuk mempelajari agama Islam itu sendiri. Anda akan mendapatkan gelar sarjana pada studi Islam. Anda akan mendapatkan gelar master pada studi Islam. Beberapa dari kalian tengah dalam proses mencapai gelar doktor dalam studi Islam.
Tapi apakah Anda tahu, saya ingin memberikan peringatan untuk diri saya sendiri dan untuk kalian. Bahwa kita tidak lagi mempelajari sesuatu yang merupakan pelajaran akademik. Ini bukanlah sebuah mata pelajaran. Islam, ketika Anda mempelajarinya, Anda mempelajarinya supaya Anda dapat mengabdi. Apapun yang Anda pelajari, Anda akan mempelajarinya dan tanyakan pada diri Anda,
“Bagaimana supaya saya dapat memanfaatkan hal ini untuk menolong orang lain..?”
“Bagaimana supaya saya dapat memanfaatkan hal ini untuk memperbaiki lingkungan ini..?”
“Bagaimana supaya saya dapat memanfaatkan hal ini untuk membantu masjid-masjid kita..?”
“..untuk membantu para remaja muslim..membantu para muslimah..”
“membantu para anak-anak..”
Anda harus berpikir seperti ini setiap saat, “Bagaimana supaya saya dapat mengabdi kepada Allah..?”
Ini adalah contoh orang-orang yang berkemampuan tinggi. Dan saya berharap, ketika Allah memberikan orang-orang karunia atas pendidikan, Allah melihat mereka berkemampuan untuk melakukan pelayanan yang lebih tinggi.
“Hu waj tabaa kum.” Dia (Allah) memilihmu.. Anda yang pantas untuk tugas ini.
Saya ingin memberikan satu contoh untuk dapat dipikirkan. Seseorang yang mendapatkan jabatan pekerjaan yang sangat bagus, setelah di wawancara, dia mendapatkan pekerjaan yang sangat bagus. Itu adalah suatu kebanggaan.
Jadi sudah pasti, ketika Anda tidak mendapatkan pekerjaan yang bagus, Anda tidak memenuhi syarat, kecuali jika pamanmu bekerja di bagian perusahaan itu atau ada hal lainnya. Jadi Anda tidak akan mendapatkan pekerjaan yang bagus kecuali dengan melewati tahap wawancara.
Anda memiliki pengalaman, Anda dapat membuktikan kepandaianmu, setelah itu Anda bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus. Tapi, walaupun Anda mendapatkan pekerjaan yang bagus, tapi Anda tidak melaksanakan pekerjaan Anda.
Anda mendapatkan pekerjaannya, tapi Anda selalu datang terlambat setiap hari. Anda mendapatkan pekerjaannya, tapi Anda tidak menyelesaikan tugas Anda. Anda duduk di meja Anda menyia-nyiakan waktu Anda.
Anda akan kehilangan pekerjaan itu. Orang lain akan datang menggantikan Anda. Anda tidak akan dapat mempertahankan pekerjaan itu walaupun Anda memenuhi syarat. Memenuhi syarat saja tidaklah cukup. Anda harus melakukan pekerjaannya.
Allah azza wa jal telah memilih kita, Dia telah menjadikan kita yang memenuhi syarat, Kita semua adalah orang-orang yang ber ‘Laa ila ha ilaLlah’ Kita semua telah memenuhi syarat…
Tapi itu saja tidak berarti bahwa kita juga telah melaksanakan tugas kita. Jika kita tidak melaksanakan tugas kita. Jika kita tidak memperhatikan diri kita. Jika kita tidak perduli… Maka apakah Anda tahu apa yang akan terjadi ?
وَإِن تَتَوَلَّوۡاْ يَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَيۡرَكُمۡ ثُمَّ لَا يَكُونُوٓاْ أَمۡثَٰلَكُم
“….dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini” (QS 47:38)
Kita harus berpikir tentang (cara untuk) mengabdi/melayani. Setiap orang yang duduk di sini memiliki sesuatu untuk dikontribusikan pada Agama Allah. Setiap diri dari kita. Kita harus menanamkan pikiran itu dalam kepala kita.
Dan Anda bisa saja mengatakan, “Yah..tapi saya tidak punya banyak ilmu..”
“Saya bukanlah seorang syaikh..”
“Saya bukanlah seorang da’i..”
“Saya bukanlah seorang khatib..”
“Bagaimana saya dapat mengabdi?”
Anda tidak harus menjadi seorang ‘alim untuk mengabdi. Anda tidak harus menjadi seorang da’i untuk mengabdi. Itu bukanlah satu-satunya cara untuk dapat mengabdi pada agama ini.
Apakah ada orang di keluarga Anda yang melakukan hal yang salah? Mereka melakukan jual beli yang tidak adil? Mereka tidak memberikan hak waris (yang diwarisinya)? Mereka tidak memberikan mahar (kepada istrinya)?
Hal-hal seperti itu, Andalah yang harus berbicara kepada mereka. Itu tugas Anda. Siapa lagi yang akan melakukan itu selain Anda? Andalah yang seharusnya berbicara.
Apakah Anda dan teman bisnis Anda, mereka melakukan hal curang di toko tempat kerja mereka? Apakah mereka melakukan jual beli yang tidak adil?
Tapi Anda berkata, “Pemerintahkan tidak tahu..jadi kami akan baik-baik saja..”
Tidak…Tidak.. Allah tahu! Tugas siapa untuk memperbaiki ini? Ini tugasmu! Kita harus menjadi orang-orang bertanggung jawab kepada Allah.
Inilah yang dimaksudkan قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ (Qul hathihi sabili)
Orang-orang yang bertanggung jawab di lingkungan masyarakatnya.
Apakah Anda tahu, dunia ini, media-media, mereka berusaha menanamkan sebuah ide bahwa orang-orang yang menganut agama Islam, mereka semua tidak beradab. Mereka kejam, tidak tahu bagaimana hidup di dunia modern, tidak tahu apa yang mereka lakukan.
Semua pemahaman itu, itu semua terjangkit di media barat. Siapa yang dapat membuktikan bahwa mereka salah ? Kita bisa saja berbicara semau kita. Tapi sebuah bukti tidak terlahir dari perkataan-perkataan kita.
Bukti itu akan terungkap ketika kita memiliki masyarakat yang adil. Ketika kita memiliki praktik ekonomi yang terbaik. Ketika kita selalu berjual-beli dengan adil. Ketika kita memiliki rasa damai antara satu sama lain. Ketika kita berurusan dengan tetangga atau teman non-muslim kita dengan cara yang terbaik.
Itulah bukti, bahwa apa yang dikatakan media-media itu adalah kebohongan. Kita bisa saja menyebarkan pamflet, berbicara di depan umum, menjawab pertanyaan orang. Tapi itu semua tidak akan berarti apa-apa.
Dunia ini tidak mau mendengar tentang Islam, tapi dunia ini ingin melihat Islam (yang sebenarnya). Untuk melihat Islam yang sebenarnya, dan siapa lagi yang akan menunjukkan Islam selain negara-negara Islam ini..? Mayoritas orang-orang muslim…subhanAllah..! Inilah yang harus kita saksikan kedepannya.
Saya ingin menanamkan sesuatu pada diri Anda, jika saya mampu, hanya satu hal dari ayat ini,
قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ “Qul hathihi sabili”,
Bahwa kita tidak boleh begitu cepat puas terhadap keadaan kita sekarang ini. Anda tidak bisa mengatakan, “Alhamdulillah..setidaknya kita semua (di sini) adalah orang Muslim..”
Anda tidak boleh cepat puas seperti itu. Anda harus membuat keadaan lebih baik lagi. Itulah arti perjalanan yang sebenarnya. Anda harus membuat kemajuan. Anda harus memperhatikan lingkungan komunitas Anda.
Anda harus memperhatikan lingkungan rumah Anda dan berkata, “Apa yang dapat saya perbaiki di sini..?”
“Apa yang dapat saya kembangkan di sini..?”
“Bagaimana saya dapat menjadikan tempat ini menjadi tempat yang lebih baik bagi orang lain..?”
Dan Anda berusaha untuk itu. Untuk mewujudkannya. Inilah ‘sabili’.
Mengapa Saya Seorang Muslim?
قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ
(Qul hathihi sabili adAAoo ilaAllahi AAala baseeratin..)
Kata-kata yang indah..
“..aku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata,” Dengan ‘bashirah’.
‘Bashirah’ adalah ketika Anda dapat melihat dengan jelas dari segala sudut. Sebenarnya, menurut bahasa Arab, saat ini saya tidak mempunyai ‘bashirah’. Dikarenakan oleh tiang itu, saya tidak bisa melihat orang di belakangnya. Dan mereka juga tidak bisa melihat saya, jadi saya tidak mempunyai ‘bashirah’.
‘Bashirah’ berarti ketika Anda memiliki penglihatan dari segala sudut. Bahkan penglihatan yang parsial tidak memiliki ‘bashirah’.
Allah mengatakan, “..aku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata,”
Apakah Anda tahu artinya itu? Itu berarti bahwa kita (semestinya) mempunyai pemahaman yang jelas tentang mengapa kita adalah seorang Muslim. Tidak hanya tahu bahwa kita adalah seorang muslim. “Alhamdulillah, kita adalah Muslim.”
Tapi kita harus membuka mata kita, “Mengapa kita adalah seorang Muslim?”
“Mengapa saya mengatakan ‘Laa ilaa ha ilaLlaah.”
“Mengapa saya mengatakan ‘Muhammad Ar-Rasulullah Sal Allahu ‘alaihi wa salam’?”
“Mengapa al-Qur’an adalah Kitab dari Allah?”
Saya harus memiliki keterangan yang jelas untuk semua itu. Untuk diriku sendiri. Banyak dari Muslim yang hanya menjadi ‘Muslim’, dan Anda bertanya “Mengapa Anda menjadi Muslim?”
Dan mereka menjawab, “Karena orang tua adalah seorang Muslim.”
Mereka hanya menjawab, “Karena aku dibesarkan di negara Muslim..”
Atau mereka jawab, “Saya tidak tahu..mungkin karena semua orang juga muslim..”
Ini bukanlah jawaban yang baik. Ini bukanlah jawaban yang baik untuk pertanyaan itu. Dan saya beritahukan kepada Anda, karena saya melihatnya secara langsung. Saya melihat seorang anak Muslim dari keluarga Muslim, dia berkata, “Saya bahkan tidak tahu mengapa saya seorang Muslim.”
Dan setidaknya di Amerika, mereka mulai meninggalkan Islam. Karena tidak ada yang akan berkata pada mereka, “Astagfirullah, dia menjadi murtad..”
Tidak ada yang seperti itu di sana. Jadi mereka mulai meninggalkan agamanya.
Beberapa waktu yang lalu, saya pergi ke Mexico City. 38 juta orang. Saya mencari restoran halal yang tersedia, dan hanya ada 2 restoran. Saya pergi ke restoran Algerian di Mexico City. Dan saya bertanya kepada pria yang menjaga, dia sudah tinggal di sana sejak tahun 70-an.
Sekali lagi, sejak tahun 70-an.. Dan dia berkata, ada sekitar ratusan ribu orang Jordan yang pindah ke Mexico City, pada tahun 70-an. Ratusan ribu orang atau lebih. Dan hari ini, ada 1 atau 2 masjid di Mexico City. Dan Sholat Jumat dihadiri hanya oleh 200 atau 300 orang. Hanya sebanyak itu.
Sekali lagi, hanya sebanyak itu. Mereka (yang Islam) itu sudah hilang. Karena mereka tidak dibesarkan dengan (pertanyaan), “Kenapa kamu adalah seorang Muslim?”
Jadi ketika mereka melihat lingkungan sekitarnya, mereka berpikir “Aku bisa saja menjadi seperti mereka semua.”
“Kenapa saya harus tetap menjadi seorang Muslim? Apa tujuannya?”
Era globalisasi tengah mengubah dunia kita. Youtube ada dimana-mana. Para remaja, anak-anak kita menonton video yang memberikan mereka kebingungan dan Anda tidak bisa menghentikannya. Mereka akan tetap mengetahuinya.
Dan sebelum kita mendidik mereka tentang, “Mengapa kita adalah seorang Muslim?”
Sebelum sampai mereka memiliki ‘bashirah’. Mereka tidak akan dapat mengabdi kepada masyarakat.
2 poin dari ayat ini saling berkaitan. Di satu sisi, kita menginginkan orang-orang yang mau mengabdi. Di sisi lain, kita mendambakan orang-orang yang yakin tentang mengapa mereka adalah seorang muslim.
Dan ketika Anda yakin tentang mengapa Anda adalah seorang Muslim. Ketika Anda memiliki ‘bashirah’. Maka tidak diragukan lagi bahwa Anda akan mengabdi. Anda pasti akan berusaha semaksimal mungkin, untuk melakukan apapun yang Anda dapat lakukan untuk agama Allah.
قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ
( adAAoo ilaAllahi AAala baseeratin ana wamaniittabaAAanee )
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata, ” Aku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, aku dan orang-orang yang mengikutiku.”
Agama kita sangat berbeda. Ketika orang bertanya mengapa kita beragama Islam? Kenapa Anda melakukan itu, ini, dan lainnya? Kita tidak bisa hanya menjawab, “Saya tidak tahu, kami hanya melakukannya saja. Bagian dari budaya kita.”
Kita tidak boleh seperti itu. Agama lain boleh saja menjawab seperti itu, tapi kita tidak bisa menjawab dengan itu. Kita memiliki alasan terhadap apa yang kita lakukan. Kita memiliki intelek yang seharusnya kita gunakan.
“Afalaa ta’qiluun.”
“Mengapa kamu tidak mau berpikir.”
Anda harus menjadi orang-orang yang senantiasa berpikir. Dan bahkan di lingkungan masyarakat muslim. Kita mengira bahwa generasi selanjutnya akan tahu bahwa Islam adalah agama yang paling benar. Jangan berpikir seperti itu.
Mereka sendiri yang harus menemukan kebenaran itu untuk dirinya sendiri. Mereka harus memiliki pendidikan yang dapat menyelamatkan mereka bahwa ya, Islamlah yang paling benar. Untuk lebih meyakinkan keimanan mereka dan lebih meyakinkannya lagi. Mereka harus mengerti kenapa. Hal ini akan memberikan kekuatan bagi para pemuda-pemudi Muslim.
Dan ini adalah beberapa hal terakhir yang akan saya katakan pada Anda, In shaa Allahu ta’ala.
Dan itu adalah ketika para pemuda-pemudi Muslim memiliki iman yang sesungguhnya. Ketika para pemuda-pemudi Muslim memiliki kepercayaan yang kuat dan nyata. Ketika itulah mereka memiliki kekuatan untuk mengubah dunia. Mereka memiliki kekuatan untuk menjadikan dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Tapi ketika para pemuda-pemudi Muslim tidak mempunyai iman yang sejati. Ketika mereka tidak mempunyai keyakinan yang nyata. Maka mereka akan menjadi sia-sia. Mereka akan menjadi sia-sia untuk generasinya.
Hal yang paling penting dalam hidup mereka hanyalah, “Kapan film selanjutnya itu akan keluar?”
Hal yang paling penting adalah, “Kapan model iPhone terbaru akan keluar?”
Dan hal selanjutnya yang penting adalah hanya, “Yah..aku harap aku bisa punya mobil itu!”
Hanya itu..
(Standar) Hidup Anda hanya sampai di hal-hal seperti itu. Guru saya sering berkata bahwa Islam mirip seperti ketika kita mendaki gunung. Anda tahu kan, ketika Anda mendaki gunung, Anda akan melemparkan kaitan, dan lalu Anda mendaki.
Jika Anda melempar kaitannya tidak terlalu tinggi, maka Anda hanya bisa mendaki sejauh itu. Tidak bisa lebih jauh lagi. Jika tujuan hidup Anda adalah hanya uang, atau badan six pack. Jika tujuan hidupmu hanyalah mobil, atau kenaikan jabatan, atau entertainment. Jika tujuan hidupmu hanyalah perempuan. Apapun tujuan hidup Anda itu, maka Anda hanya akan mendapatkan itu.
Anda tidak akan mendapatkan hal lainnya.
Tapi jika tujuan hidup Anda adalah sesuatu yang lebih tinggi, untuk mengabdi kepada sesuatu yang lebih berharga daripada diri Anda. Anda tidak akan hidup dalam keegoisan, Anda akan menjalankan hidup untuk Allah dan untuk kemaslahatan orang lain. Seperti itulah Anda seharusnya menjalankan hidup. maka Anda pasti akan menguntungkan diri Anda juga. Dan Anda akan dimuliakan di hadapan Allah karena Anda telah menentukan tujuan Anda lebih tinggi.
Saya katakan pada awal tadi, bahwa tidak ada salahnya untuk memiliki pekerjaan yang bagus. Tidak ada salahnya untuk memiliki rumah yang bagus. Itu tidak salah. Tapi akan menjadi kesalahan jika itulah yang menjadi tujuan hidup Anda. Itu bukanlah tujuan hidup saya.
“Aku memiliki pekerjaan yang baik yang memungkinkanku untuk memiliki waktu luang untuk mengabdi pada Agama Allah.”
“..yang membuatku dapat melakukan sesuatu untuk orang-orang di sekitarku..”
“..supaya aku dapat membuat tempat ini menjadi lebih baik, supaya aku dapat menentang kedzaliman..”
Betul bukan ?…Itulah mengapa saya memiliki pekerjaan saya itu.
“Saya tidak hanya peduli pada diriku sendiri, tapi juga kepada tetangga ku”
“Saya tidak hanya peduli terhadap para Muslim di negaraku tapi juga para Non Muslim..”
Jadi mereka dapat mengetahui bahwa Islam membuat seseorang peduli terhadap orang lain. Islam membuat Anda mengasihi orang lain dan tidak membenci mereka. Jika kita terus menampakkan kebencian kita terhadap para Non Muslim, bagaimana mungkin itu menjadi contoh dakwah? Sekali lagi, bagaimana mungkin itu dapat menjadi contoh dakwah?
Jika kita menghina para Non Muslim. Merendahkan mereka. Menganggap mereka sebagai ‘najis’.
Dan menertawakan mereka dan hal-hal lainnya.
Bagaimana mungkin mereka akan tertarik untuk menjadi seorang Muslim? Bagaimana mungkin mereka akan mau menjadi seperti orang-orang yang membenci mereka? Bagaimana mungkin mereka akan melakukan itu..?
Itu adalah kesalahan kita. Bahwa mereka tidak dapat melihat keindahan agama Islam. Itu adalah kesalahan saya, kesalahan Anda, bahwa para tetangga kita tidak menganggap Islam sebuah agama yang indah. Karena kita tidak menunjukkan kepada mereka apa yang membuat Islam ini indah.
Kita memiliki tanggung jawab yang besar kepada generasi kita, orang di sekitar kita, dan para tetangga kita. Dan ini adalah sesuatu yang Allah subhanahu wa ta’ala tanggungkan kepada kita.
Kesimpulan
Saya ingin mengingatkan Anda, sambil saya menyimpulkan ini. tentang perhatian kepada sesama. Perhatian terhadap sesama kita. Kadang, untuk beberapa orang, khususnya para pemuda-pemudi Muslim, mereka berpikir bahwa Islam adalah agama yang sangat kuat dan yang paling benar.
Sampai-sampai, “Mereka yang bukan Muslim, kami membencinya!”
“Mereka adalah musuh agama Islam, dan kami membencinya..”
Dan, “Mereka semua kafir..”
Dan hal-hal lainnya.
Apakah Anda tahu, Nuh ‘alaihisalam diberitahukan (oleh Allah) “an anthir qawmak..”
Dia diperintahkan, “Berilah kaummu peringatan..”
“..Kaummu”
Allah tidak mengatakan “An’ andziril kafiriin.”
Atau “An anthir hum..”
Tidak, tapi “An anthir qawmak..”
Kamu (Nabi Nuh) perlu memperingati kaummu.
Huruf ‘kaf’ di sana, Anda tahu. Ibnu Ashur Rahimahullah dalam tafsirnya, huruf ‘kaf’ di sana menunjukkan bahwa Allah ingin agar Nabi Nuh ‘alaihisalam memperhatikan kaumnya. Dan itulah mengapa ia perlu memberikan dakwah, karena dia sangat mencintainya (kaumnya).
Dia tidak ingin bahaya datang pada mereka. Karena mereka adalah kaumnya (Nabi Nuh ‘alaihisalam). Dan mereka ini adalah orang yang sama yang telah menghina Nabi Nuh, yang meludahinya, yang mengolok-ngoloknya. Tapi Nabi Nuh ‘alaihisalam tetap mempedulikan mereka. Ini adalah para Rasul, yang memberikan contoh.. Alaihimu wa sholatuwasalam. Kita harus menjadi orang-orang yang seperti itu.
قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ
(Qul hathihi sabili adAAoo ilaAllahi AAala baseeratin ana wamaniittabaAAanee subhanallah)
“Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku. Maha Suci Allah,”
Dan Allah Maha Sempurna dan sangat sempurnya Allah dan begitu pula dengan penempatan kata “Maha suci Allah” ini juga. Kenapa?
Karena sebanyak apapun saya mengabdi kepada Agama, tidak akan cukup baik pengabdian itu. Apapun yang saya lakukan untuk Allah, tetap tidak akan cukup. Sebaik apapun ibadah saya kepada Allah, tidak akan cukup baik. Seteliti apapun saya berwudhu, tetap tidak akan sempurna. Sekhusyuk apapun sholat saya, tetap akan ada hal-hal yang terlewatkan.
Tak ada satupun yang saya lakukan untuk Allah yang dapat dikatakan cukup. Karena Dia-lah (Allah) Yang Maha Sempurna.
Tahukah Anda apa yang hal ini berikan kepada Anda ? Ini membuat Anda tidak akan berbangga diri atas diri Anda. Anda akan ingat bahwa hanya Allah-lah Yang Maha Sempurna. Dakwahku tidaklah sempurna, ilmu pengetahuanku tidaklah sempurna. Pengabdianku tidaklah sempurna. Kerja sukarelaku tidaklah sempurna.
Karena satu-satunya yang sempurna adalah Allah..“Wa subhanAllah wama anamina almushrikeen”
Begitu indahnya kata yang menutup ayat ini. Karena bagi orang-orang yang mengabdi kepada agama Allah, kadang mereka mulai berpikir bahwa mereka lebih baik daripada orang lain. Hanya karena saya berdiri di sini, di mimbar yang jauh lebih tinggi daripada kalian, itu menjadikan saya lebih baik daripada Anda.
Tidak..! SubhanAllah..
Bagaimana mungkin saya berpikir seperti itu? Saya berada di antara Anda semua.
وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ (wama anamina almushrikeen)
Jika saya mulai berpikir bahwa saya lebih baik dari pada orang lain, yang duduk di antara kalian. Jika saya berpikir seperti itu, maka tidak akan berarti apapun yang saya lakukan karena itu syirik! Itu adalah perbuatan syirik untuk memiliki rasa ‘kibr’ didalam diri Anda, dengan berpikir bahwa diri Anda lebih tinggi. Peringatan yang paling penting bagi mereka yang mengabdi kepada Agama Allah adalah “Jangan berpikir diri Anda lebih tinggi..”
Jangan berpikir bahwa diri Anda lebih baik dibandingkan orang yang Anda bantu. Teman Anda mungkin hari ini beragama Hindu. Dia mungkin saja beragama Hindu sekarang.
Dan Anda berkata, “Ya, setidaknya saya bukan orang Hindu, pasti saya lebih baik dari dia.”
Tapi ketika ia mengucapkan syahadat esok. Ketika dia mengucapkan syahadat, maka seluruh dosa-dosanya terhapus. Dan dalam pandangan Allah, dia lebih baik daripada Anda. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Kita harus memiliki kerendahatian itu di hadapan Allah azza wa jal.
Penutup
Saya berdoa semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kita orang-orang yang bertujuan. Saya dengan tulus berdoa semoga Allah azza wa jal.. saya telah bertemu dengan banyak kaum muda di Malaysia ini, saya bertemu dengan banyak kaum muda yang menginspirasi.
Saya berdoa untuk mereka supaya Allah menjadikan mereka sebagai media petunjuk bagi sesamanya dan semoga Allah tetap menjadikan mereka tulus. Dan semoga Allah memasukkan ke dalam hati mereka, setiap malam sebelum tidur,
“Ya Allah, saya ingin mengabdi kepada Agama Mu..tunjukkanlah kepadaku caranya..”
“Tunjukkanlah apa yang dapat ku lakukan untuk Agama Mu ini..”
Para pemuda dan pemudi di masyarakat ini adalah masa depan umat (Islam) ini. Anda tinggal di negara yang sangat spesial. Anda hidup pada keadaan yang sangat spesial. Situasi ini jarang ada di kalangan umat kebanyakan. Allah telah mengaruniaimu di banyak bidang, yang banyak negara Muslim lainnya tidak memiliki karunia itu. Mereka tidak memiliki kesempatan seperti yang Anda miliki.
Saya beritahukan ini padamu. Anda berada pada keadaan yang sangat baik. Tapi karena Allah telah mengaruniaimu sebanyak ini, maka dari itu Anda mempunyai tanggung jawab yang lebih banyak pula. Anda memiliki tanggung jawab untuk menunjukkan tidak hanya kepada negara mu, tapi juga kepada dunia, kepada umat itu sendiri.
Tentang bagaimana Islam seharusnya. Bagaimana para remaja harusnya beragama. Bagaimana para remaja dapat menjadi sumber inspirasi.
Jadi saya berdoa dengan tulus untuk para kaum muda. Supaya mereka dapat mengibarkan bendera Islam. Supaya mereka dapat menjadi kebanggaan umat ini. Supaya ketika kami melihat mereka, kami berkata, “SubhanAllah,..kami tidak dapat melakukan apa yang generasi setelah kami ini dapat lakukan..”
Ini sangat menyedihkan ketika kami melihat generasi selanjutnya lebih buruk dari pada generasi kami. Dan anak-anak mereka akan lebih buruk daripada mereka. Ini menjadi lebih buruk..
Kita harus mengubahnya dan berkata, “Generasi setelah kami akan lebih baik dari kami..”
Dan anak-anak mereka akan lebih baik daripada mereka. Itulah yang ingin kami lakukan. Dan saya berdoa untuk para kaum muda di sini, para pelajar di sini, untuk para alumni dari sini, para guru-guru di sini, supaya mereka dapat menjadi sumber inspirasi.
Semoga Allah azza wa jal memberkati seluruh umat dimanapun mereka berada. Dan semoga Allah azza wa jal menjadikan kita orang yang imannya berkesungguhan dan terus meningkat.
BarakAllahu li wa lakum fil qur’anil hakim, wa na fa’ni wa iyyakum bil ayati wa dzikril hakim..