Alhamdulillaah al-khaaliqil wujuudi minal adam, wa jaa’ilinnuuri minazhzhulam, wa mukhrijishshabri minal ‘aalam, wa mulqiittaubati ‘alannadam.
Fanasykuruhu ‘alalmashaa`ibi kamaa nasykuruhu ‘alanni’am, wa nushalli ‘alaa rasuulihil akram, lisyarofil asyami wa nuuril atam, walkitaabil muhkam, wa kamaalinnabiyyiina wal khaatam, sayyidii waladi adam.
Alladzii basyara bihi ‘isabnu maryam, wa da’a li bi’tsatihi ibrahiimu ‘alaihissalaam, hiina kaana yarfa’u qawaa’ida baitillaahil muharram, fashalallahu ‘alaihi wa sallam, wa ‘alaa atbaa’ihi khairil umam.
Alladzii baarakallahu bihi kaafatannasil‘araba minhum wal ‘ajam. Falhamdulillaah alladzii lam yattakhidz waladan, wa lam yaqul lahu syariikun fil mulk, wa lam yaqul lahu waliyyun minadzdzul, wa kabbirhu takbiiraa.
Walhamdulillaah, alladzii anzala ‘alaa ‘abdihilkitaaba walam yaj’al lahu ‘iwajaa. Walhamdulillaah, alladzii nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastagfiruh, wa nu’minu bihii wa natawakkalu ‘alaih, wa na’uudzu bihi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a`maalinaa.
Man yahdihillaahu falaa mudhilla lah, wa man yudhlil falaa hadiyalah. Wa nasyhadu an laa ilaaha illallaahu, wahdahu laa syariikalah. Wa nasyhadu anna muhammadan ‘abdullaahi warasuuluh, arsalahullahu ta’aalaa bil hudaa wa diinil haq, liyuzhhirahu ‘aladdiini kullih, wa kafaa billaahi syahiidaa.
Fashalallaahu ‘alaihi wasallama tasliiman katsiiran katsiiraa, tsumma ‘amma ba’d, fainna ashdaqal hadiitsi kitabullah, wa khairal hadyi hadyu muhammadin shalallaahu ‘alaihi wasallam, wa inna syaral umuuri muhdatsaatuhaa, wa inna kulla muhdatsatin bid’ah, wa kulla bid’atin dhalaalah, wa kulla dhalaalatin fiinnaar.
Yaquulu subhaanahu wa ta’aalaa fii kitaabihil kariim. Fii syahri ramadhaan, yuriidullohu bikumul-yusro, wa laa yuriidu bikumul-‘usr, walitukmilul-‘iddah, wa litukabbirulloha ‘alaa maa hadaakum, wa la’allakum tasykuruun. Wa idzaa sa’alaka ‘ibaadii ‘annii fa innii qoriib.
Robbisyroh lii shodrii, wa yassir lii amrii, wahlul uqdatam mil lisaanii, yafqohuu qoulii. Wallaahumma tsabitnaa ‘indalmautii bi laa ilaaha illallaah, wallaahummaj’alnaa minalladziinaa aamanuu wa ‘amilushaalihaat wa tawaashau bil haq, wa tawaashau bishshabri shabri, aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar. Laa ilaaha illallaah, wallaahu Akbar, Allaahu Akbar, wa Lillaahil hamd.
Peringatan Apa Yang Diinginkan Allah Dari Kita Semua
Khutbah singkat yang ingin saya sampaikan pada hari ini. Pertama sebuah peringatan tentang apa yang diinginkan Allah subhanahu wa ta’ala dari kita semua. Sebagaimana kita ketahui bersama bulan Ramadhan sudah berakhir, karenanya kita berada di sini. Untuk sebagian besar Anda ini adalah bulan yang besar. Dan Anda sungguh merasa sedih karena bulan ini telah berlalu. Dan Anda telah beribadah lebih banyak daripada yang telah Anda lakukan di Ramadhan sebelumnya.
Untuk banyak di antara Anda, Ramadhan ini adalah kekecewaan. Anda berharap bisa beribadah lebih baik, dan Anda gagal, dan Anda merenung kembali dan berkata, “Saya tak percaya sudah kehilangan kesempatan.”
Dan itu wajar, pada akhirnya kita harus berharap kepada Allah. Dan keberadaan Anda di sini sekarang adalah hal yang signifikan. Anda sebenarnya memenuhi perintah Allah hanya dengan berada di sini. Dengan memenuhi salah satu tujuan Ramadhan. Kebersamaan ini sebenarnya adalah bagian dari tujuan untuk memenuhi semangat Ramadhan.
Allah Menginginkan Kemudahan Bagi HambaNya
Pertama yang ingin saya sampaikan tentang Allah dalam hal ini adalah apa yang dikatakanNya sendiri dalam ayat mengenai Ramadhan. Dia berkata,
“Yuriidullohu bikumul-yusr, wa laa yuriidu bikumul-‘usr.” (QS Al Baqarah ayat 185)
Inilah prinsip dari Allah. Allah menginginkan kemudahan bagi Anda, dan bukan menginginkan kesulitan bagi Anda. Benar mereka puasa dalam waktu yang lama dalam cuaca panas. Texas bukanlah tempat yang menyenangkan untuk melaksanakan puasa Ramadhan.
Ada pula orang-orang yang melalui berbagai kesulitan selain puasa Ramadhan. Bahkan makna Ramadhan sendiri, nama bulan ini berasal dari kata ‘ramadh’ yang merupakan “syiddatu al-huur” bahkan “ḥaar”, panas yang ekstrim… itulah arti kata ramadh itu sendiri. Jadi Ramadhan bukan terlihat seperti sesuatu yang gampang.
Tapi Allah berkata Dia menginginkan kemudahan bagi Anda. Jadi hal pertama yang ingin saya sampaikan pada Anda; bagaimana mungkin Allah menginginkan kemudahan bagi saya jika Dia bisa saja membuat saya hanya puasa seminggu atau 2-3 hari, tapi Dia malah menyuruh saya puasa 30 hari, kedengarannya tidak begitu mudah.
Namun Allah berkata Dia menginginkan kemudahan bagi Anda, karena jika Anda dan saya mampu melakukannya, jika kita mampu mengorbankan kebutuhan fisik kita dan keinginan kita selama 30 hari berturut-turut, kita telah membuktikan pada diri kita dan Allah bahwa kita mampu menahan diri, mengendalikan nafsu kita. Kita mampu, karena kita sudah memperlihatkannya selama 30 hari berturut-turut. Jadi semua hal lain yang diperintahkan Allah kepada Anda di luar Ramadhan seharusnya menjadi lebih mudah dilaksanakan.
Dia menginginkan kemudahan bagi Anda, karena sekarang Anda sudah buktikan pada diri sendiri bahwa Anda mampu mentaati Allah dalam hal yang paling mendasar. Dia bahkan melarang Anda memakan yang halal, yang sebenarnya diperbolehkan. Dia melarang Anda daripadanya dan Anda mematuhiNya. Sekarang, pintu sudah dibuka dan Anda bisa makan. Sekarang akan sangat mudah bagi Anda menghindari apa yang dilarang. Bukan hanya dalam masalah makan dan minum, juga dalam hal hubungan. Ada hubungan yang benar-benar halal, tapi Allah menutup pintu untuk itu dalam bulan Ramadhan saat Anda puasa.
Dan sekarang pintu itu sudah terbuka kembali. Ini waktunya untuk berpikir, jika saya mampu menahan diri bahkan dalam hubungan yang halal, maka saya akan berusaha untuk menahan diri dalam hubungan yang bahkan tidak halal. Beberapa di antara Anda punya hubungan semacam itu. Saya harus mengevaluasi diri sendiri, begitu pula dengan Anda Apakah kita membawa hal-hal semacam itu?
Tiada yang tahu rahasia kita itu kecuali Allah. Tapi Anda akan bisa mengaturnya dengan cara yang disenangi Allah karena Dia menginginkan kemudahan bagi Anda, bukan kesulitan. Agama ini tidak ditujukan untuk mempersulit kehidupan manusia namun untuk membuat hidup mereka mudah, untuk menyingkirkan beban mereka;
“Yuridullohu ay yukhoffifa angkum, wa khuliqol-insaanu dho’iifaaa.” (QS An Nisa ayat 28)
Allah Ingin HambaNya Menuntaskan Ramadhan Dan Berbahagia Karenanya
Tujuan kedua Ramadhan setelah mengetahui bahwa Allah menginginkan kemudahan bagi saya. Dia tidak menginginkan kesulitan buat saya dalam hidup ini, itu bukan tujuanNya. Islam tidak ditujukan untuk menyulitkan. Kedua yang dikatakan Allah tentang diriNya dalam ayat “Litukmilul-‘iddah.” (QS Al Baqarah ayat 185)
Pada dasarnya agar Anda bisa menyelesaikan fase latihan ini. Saya tambahkan kata pelatihan dalam terjemahannya. Sehingga Anda bisa memenuhi hitungannya. Ada di antara kita yang lebih baik amalnya dari yang lain, mereka mengeluh, “Ya Tuhanku seandainya Ramadhan ini dua kali lebih lama.”
“Saya tidak percaya Ramadhan sudah berakhir.”
“Saya sangat sedih Ramadhan sudah selesai.”
Dan ada pula yang berkata, “Masih lima lagi? Serius?”
“Tiga lagi? Tiga ini saja rasanya sudah seperti 30.”
“Oh syukurlah Ramadhan sudah selesai.”
Dan Anda merasa bersalah karena ada orang lain yang menangis saat Ramadhan usai, tapi Anda malah senang…
Jangan merasa bersalah! Allah senang karena Ramadhan sudah berakhir bagi Anda. Allah sebenarnya menyelamati Anda karena sudah memenuhi hitungannya. Tidak apa-apa… dan ini adalah tugas yang dibebankan Allah kepada Anda, dan Dia bangga pada Anda karena sudah menyelesaikannya. Anda layaknya sudah wisuda.
Jadi tak ada alasan untuk merasa bersalah. Ini adalah sesuatu yang patut dirayakan, bahwa kita akhirnya bisa melalui ujian besar ini yang diberikan Allah pada kita. Namun, hal yang terpenting: pertama Allah tak ingin kesulitan buat Anda, kedua: Dia ingin Anda menyelesaikan hitungannya dan berbahagia dengan keberhasilan itu. Kita di sini tidak untuk berkabung dan menangis karena Ramadhan sudah berakhir. Kita di sini untuk merayakan bahwa Ramadhan sudah selesai. Bahwa kita di sini merayakan, inilah inti dari acara ini.
Nyatakan Kebesaran Allah Di Dalam Dan Di Luar Ramadhan
Dan bagian ketiga dari persamaan ini, Allah berkata,
“Wa litukabbirulloha ‘alaa maa hadaakum.” (QS Al Baqarah ayat 185)
Jika Anda tidak mengingat apapun, sejak hari ini ingatlah hanya bagian ini saja:
“Sehingga Anda semua dapat menyatakan kebesaran Tuhan, kebesaran Allah dengan cara yang ditunjukkannya kepadamu.”
Anda bisa menyatakan kebesaran Allah dengan cara yang ditunjukkannya kepadamu. Apa maksudnya kalimat ini? Saat kita datang untuk sholat Id, kita lantunkan lagi dan lagi kebesaran Allah.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar. Laa ilaaha illallaah, wallaahu Akbar, Allaahu Akbar wa Lillaahil hamd.
Sekarang Ramadhan sudah berakhir, tapi mengapa Anda mengucapkan Allaahu Akbar? Anda mengucapkan Allaahu Akbar karena selama 30 hari pada kenyataannya Allah memang besar di dalam hidup Anda. Anda sudah menempatkan Allah sebagai prioritas terbesar selama 30 hari. Sekarang hal itu berakhir.
Jadi Allah mengatakan bahwa sekarang kamu berada di luar Ramadhan, bisakah kamu perlihatkan kepadaKu bahwa Aku masih prioritas terbesarmu dengan cara yang sudah Aku tunjukkan. Seperti Aku mengajarkanmu dalam Ramadhan, kamu bangun lebih pagi dari biasanya, kamu datang ke rumah Allah lebih sering dari biasanya, kamu menahan diri lebih dari biasanya. Anda perlihatkan dengan apapun yang Anda lakukan bahwa Allah adalah prioritas terbesar Anda. Itulah contoh hidup dari Allaahu Akbar.
Allaahu Akbar bukan hanya sesuatu yang Anda ucapkan di mulut, tapi sesuatu yang Anda hidupkan, dan Anda menghidupinya selama 30 hari, selamat! Sekarang waktunya bagi Anda untuk menghidupkannya di luar Ramadhan. Sekarang waktunya bagi Anda untuk mengumandangkan Allaahu Akbar, pada saat Ramadhan sudah berakhir. Bisakah Anda benar-benar menyatakan kebesaran Allah dengan cara yang ditunjukkanNya kepada Anda?
Jadi Allah menyuruh Anda dan saya yang menghidupkan bulan ini untuk kembali dengan sesungguhnya, kembali dan membaca bukuNya, dan mencari apa yang dikatakan oleh nabiNya kepada kita. Dan menemukan dalam hal apa kita telah membesarkan diri kita lebih dari yang diajarkan Allah.
Sekarang saatnya kita membuat diri kita kembali lebih kecil dan menjadikan Allah subhanahu wa ta’ala kembali lebih besar di dalam hidup kita. Inilah alasannya mengapa kalimatnya bukan “Allaahu Al Akbar“, yang terbesar. Itu mungkin merupakan gambaran dari Tuhan yang paling besar, ya… satu-satunya Allah…
Tapi Dia mengatakan “Akbar”, sebuah “tafdhil”, sebuah perbandingan. Artinya dalam segala hal yang kita lakukan bandingkan diri dan prioritas Anda dengan prioritas yang diberikan Allah. Bandingkan diri Anda; apa yang dīnginkan Allah dan apa yang Anda inginkan? Kadang-kadang memang selaras, kadang-kadang tidak.
Inilah “Wa litukabbirulloha ‘alaa maa hadaakum.” (QS Al Baqarah ayat 185)
Sekarang Anda punya perasaan itu. Tapi Anda abaikan dengan ini: jangan katakan, “Ramadhan sudah berlalu, saya akan kembali kacau, ya Tuhan…”
“Aku sudah bisa merasakan setan-setan kembali bergentayangan, rantai mereka sudah putus.”
Bahkan banyak orang yang tidak menunaikan sholat lima waktu hari ini, sungguh menyedihkan! Mereka bagaikan… sholat Id sudah usai, namun sebagian Anda bahkan belum sholat subuh. Lakukan sholat subuh ketika sholat Id usai, lakukan! Karena itu bagai menunjukkan kepada Allah; Engkau Akbar selama 30 hari, sekarang saatnya saya kembali ke puncak lagi, tidak…
Tidak! Tidak. Ini saatnya Anda tunjukkan kepada Allah bahwa Anda serius. Rayakan Id… tapi rayakanlah dalam kepatuhan kepada Allah. Jika Anda menumbuhkan kesadaran itu, maka sungguh ini sesuatu yang patut disyukuri.
Berpikir Positif Lalu Bersyukur Agar Allah Menambah NikmatNya
Lalu ayat ini menyimpulkan, “La’allakum tasykuruun.” (QS Al Baqarah ayat 185)
Agar kamu bersyukur.
Sebelum saya meninggalkan Anda, saya ceritakan bahwa umat ini… umat ini dan seluruh dunia sedang mengalami berbagai macam fitnah. Darah ditumpahkan tanpa perasaan dan tanpa pertimbangan terhadap muslim, oleh mereka yang “seharusnya” muslim. Darah mereka yang tak bersalah telah berceceran bahkan di tempat-tempat suci seperti kota nabi shallallahu alaihi wasallam.
Ini adalah masa yang penuh tekanan, ini adalah masa yang menyedihkan. Dan kita bahkan tak tahu cara menghadapi situasi ini, karena begitu banyaknya kebodohan dan kekejaman yang terjadi, begitu banyaknya dan begitu mematikan pikiran. Jadi ini memang kondisi yang penuh tekanan. Ditengah-tengah situasi ini Allah mengatakan kepada kita bahwa bulan Ramadhan telah usai bersyukurlah, “La’allakum tasykuruun.” (QS Al Baqarah ayat 185)
Agar kamu menjadi orang yang bersyukur adalah salah satu perintah Allah. Dan Anda tidak bisa bersyukur jika Anda tertekan. Tidak mungkin, Anda tak bisa bersyukur jika hanya berpikir tentang hal-hal yang salah dengan Anda atau di dunia.
Anda pasti bersyukur jika berpikir tentang hal-hal yang berjalan baik. Anda harus positif, Anda harus menemukan hal-hal yang saat Anda amati seraya berkata, “Alhamdulillah, ini bagus, hal ini berjalan lancar…”
Mengapa Anda harus melakukan hal itu? Mengapa Anda harus mengabaikan hal-hal negatif dan memusatkan perhatian pada hal-hal positif. Mengapa kita harus begitu?
Kita harus demikian karena janji Allah;
“La’in syakartum la’aziidannakum.” (QS Ibrahim ayat 7)
Jika kamu bersyukur Aku akan meningkatkan bagimu. Aku pasti, pasti akan meningkatkan bagimu. Allah akan meningkatkan keamanan umat ini, Allah akan menambah petunjuk bagi umat ini, Allah akan menambah rezeki umat ini, perbekalan umat ini, kesehatan umat ini, pendidikan umat ini, status umat ini, penghargaan umat ini. Dia akan meningkatkan semua hal itu jika kita bisa bersyukur. Jadi marilah kita keluar dari Ramadhan ini, dengan mengingatkan diri kita apa artinya bersyukur itu.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar. Laa ilaaha illallaah, wallaahu Akbar, Allaahu Akbar wa Lillaahil hamd.
Alhamdulillaahi wakafaa washalaatu washalaamu ‘alaa ‘ibaadihi alladzii ishthofaa, khushuushaan ‘alaa afdhaalihim wa khaatamin nabiyyiin muhammadinil amiin wa ‘alaa aalihi washaḥbihii ajmaʻiin. Yaquulullaahu ‘azza wa jalla fii kitaabihil kariim baʻda ꞌan aquula, a’udzubillaahi minasysyaitaanirrajiim. Innallaaha wamalaaikatahu yushalluuna ‘alannabii, yaa ayyuhalladziina aamanuu shallu ‘alaihi wa sallimu tasliimaa. Allaahumma shalli ‘alaa muhammadin wa ‘ala ‘aali muhammad, kamaa shallaita ‘alaa ibraahiim wa ‘alaa ‘aali ibraahiim, fiil ‘aalamiin innaka hamiidun majiid. Allaahumma baarik ‘alaa muhammadin wa ‘alaa ‘aali muhammad, kamaa baarakta ‘alaa ibraahiim wa ‘alaa ‘aali ibraahiim, fiil ‘aalamiin innaka hamiidun majiid.
Kata perpisahan saya dengan Anda, sebagai bagian dari bersyukur adalah bersyukurlah bagi orang-orang yang ditempatkan Allah di dalam hidupmu. Anggota keluarga yang ditempatkan Allah dalam hidup Anda, teman-teman yang Allah tempatkan dalam hidupmu. Jika Anda pernah bertengkar, berselisih pendapat, Anda mendiamkan paman, sepupu, atau pasangan Anda, anak-anak Anda, orang tua Anda, kakek nenek Anda. Jika sesuatu telah terjadi, lupakan, maafkan, jadikan Allah lebih besar. Hubungi mereka, telepon mereka, minta maaf jika perlu. Hancurkan ego Anda, tidak apa-apa, meski mereka yang salah, perbaikilah. Perbaiki hubungan Anda, dan Allah azza wa jalla akan menambah berkah dalam hubungan itu. Semoga Allah azza wa jalla memberkahi Anda dan keluarga Anda.
Selamat bagi Anda semua, ‘Id Mubaarak! Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi wabarakaatuh.