[Transkrip Indonesia] Bersedekah Kepada Allah – Eksklusif Ramadhan – Nouman Ali Khan


Anda hanya bisa menafkahkan dengan nama Allah, menafkahkan, bersedekah, dan membantu orang lain tanpa memikirkan sisa uang di bank, jika dua hal sudah jelas bagi Anda. Pertama, “Maa naqashat maalun min shadaqah.” (HR. Tirmidzi).

Jika Anda memberi, uang Anda tidak akan berkurang. Itu janji Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam.

Uang tidak berkurang, saat Anda bersedekah atau beramal. Dengan kata lain, jika Anda memberi, Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik. Anda ingin kenaikan jabatan, bersedekahlah. Tabunganmu sedikit, bersedekahlah. Allah akan membuka banyak pintu untukmu. Itu adalah janji Allah.

Itu satu bagian dari iman. Bagian dari iman lainnya bahkan lebih bermakna dalam. Dan itu adalah saat kita memberi, Anda tidak memberi kepada anak yatim piatu. Anda tidak memberi kepada korban banjir atau gempa bumi. Anda tidak memberi kepada Masjid. Anda sebenarnya memberi kepada Allah.

Di sini Allah berfirman, “Wa mimmaa razaqnaahum yunfiquun.” (QS Al Baqarah ayat 3)

Lam yaqul, yunfiquuna alal yataama, alal masaakiin, alal fuqaraa.

Dia tidak mengatakan berinfaq kepada yatim, orang miskin dan orang fakir.

Allah tak mengatakan menafkahkan untuk apa. Allah hanya mengatakan “mereka menafkahkan”, tetapi sebenarnya mengetahui pengeluaran kita itu.

Ini alasan Aisyah Radhiallahu Ta’ala Anha, setiap bersedekah, menyemprotkan minyak wangi padanya. Dia selalu menyemprotkan minyak wangi sebelum bersedekah, lalu ada yang bertanya alasannya. Dia menjawab, “Karena aku mengirimnya kepada Allah.

Aku mengirimnya kepada Allah.

Dia memberikannya… Setiap Anda bersedekah, sebenarnya Anda memberi kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sendiri.

Persoalan ini akan saya uraikan sebelum kita membahas lebih jauh. Anggaplah seperti ini. Saya akan memberi contoh dari beberapa tahun lalu, tapi masih relevan dan bermanfaat. Anak-anak terkadang sangat egois. Salah satu anak saya, Husna, saat masih kecil sangat menyukai cokelat. Itu adalah masalah genetik, kami semua kecanduan cokelat.

Saya sedang memakan cokelat dan dia memandangi cokelat saya, lalu berkata, “Ayah, bolehkah aku meminta cokelatmu?

Tidak boleh.

Ayah, sedikit saja.

Tidak boleh.

Bolehkah aku meminta sedikit saja?

Baiklah. Kau boleh memegangnya, tapi setelah 10 detik, kau harus kembalikan kepada Ayah.

Saya berikan padanya selama 10 detik. Dia memakannya secepat mungkin. Gigitan yang lebih besar daripada mulutnya. Sebelum habis, 10 detiknya berakhir. Saya berkata, “Husna, bolehkah Ayah memintanya kembali?

Apa yang dikatakannya?

Punyaku!” lalu berlari pergi.

Saat anak-anakmu berkunjung ke rumah orang lain, anak-anak itu hebat, tak pernah bermain dengan mainannya sendiri. Tak pernah bermain dengan mainannya sendiri. Mereka hanya bermain dengan mainan mereka saat ada anak lain di sana. Mereka berkata, “Mainan ini sangat hebat dan ini punyaku.

Setelah anak itu pergi, mereka membuangnya lagi seakan… Mereka hanya ingin membuat anak itu iri. Anak itu terus memohon, “Bolehkah aku pinjam? Boleh bergantian?

Lalu, akhirnya dia mendapatkan mainan Avenger atau apa pun itu. Dia baru memainkannya sebentar, lalu saatnya pulang.

Lalu anak yang meminjam mainan itu, apakah akan mengembalikannya dengan mudah Dia berkata, “Boleh untukku?

Ibumu bilang boleh untukku.

Begitulah. Sifat manusia sejak masa kecil dan seterusnya. Saat kita diberikan sesuatu yang bukan milik kita. Kita diberikan sesuatu yang bukan milik kita. Sangat cepat kita melupakan bahwa itu bukan milik kita. Kita mulai menyimpulkan dan membayangkan. Kita melupakan bahwa itu diberikan kepada kita, sehingga membayangkannya sebagai milik kita sendiri. Bukan milik orang lain. Kita memegangnya erat. Saat ada yang hendak mengambilnya, “Tidak, ini punyaku!

Apakah yang Allah Azza wa Jalla lakukan?

Allah Azza wa Jalla bisa saja berfirman, “Wa yunfiquun” dan “mereka menafkahkan”.

Tetapi, Allah berfirman, “Mimmaa razaqnaahum yunfiquun.” (QS Al Baqarah ayat 3)

Dari yang Kami anugerahkan kepada mereka.

Kami yang memberikannya kepadamu, kau melupakan itu.

Anda lupa bahwa itu bukan milikmu. Pakaian saya ini bukan milik saya. Uang di rekening bank dan mobil yang saya kemudikan bukan milik saya. Saya selalu mengatakan kemeja saya, mobil saya, dompet saya, rekening saya, rumah saya. Saya menggunakan kata “saya” berulang kali, sehingga saya melupakan bahwa semuanya milik Allah. Begitu banyak, juga badan saya, mata saya, telinga saya, hidung saya.

Innaalillaahi wa innaa ilaihi raajiuun.

Diri kita adalah milik Allah. Kita akan kembali kepada Allah.

Apa pentingnya harta benda kita? Harta benda kita hanyalah bagian dari harta benda Allah, yaitu diri kita sendiri. Intinya, kita mudah melupakan bahwa semua diberikan oleh Allah. Itulah mengapa ada sebuah pengkhususan di sini. Ada penekanan yang istimewa, itulah mengapa dikedepankan, bagi pelajar tata bahasa.

Mimmaa razaqnaahum yunfiquun.” (QS Al Baqarah ayat 3)

Perhatikan juga Allah berfirman, “Dari apa yang Kami anugerahkan kepada mereka, mereka menafkahkan.

Dengan kata lain, satu-satunya bentuk lampau dalam ayat ini hanya “anugerah”. Allah berfirman, “mereka beriman” dalam bentuk masa kini, “mereka melakukan shalat” juga bentuk masa kini, “mereka menafkahkan” dalam bentuk masa kini.

Tetapi, dalam “menganugerahkan” Allah tak berfirman, “mimmaa narzuquhum yunfiquun,” tetapi “mimmaa razaqnaahum yunfiquun.”

Dari apa yang Kami anugerahkan kepada mereka, mereka menafkahkan.

Apa maksud penggunaan bentuk lampau di sini?

Dari berbagai manfaatnya, anggaplah seperti ini. Anda tak perlu menunggu anugerah Allah untuk menafkahkannya. Sebagian orang berkata, “Aku akan bersedekah.

Aku akan memberi, saat Allah memberiku.

Tidak sekarang, Allah belum memberikannya padaku.

Fahiinaa maa yarzuqunii unfiq.

Maka ketika Dia memberiku rezeki, aku akan menafkahkan.

Allah Azza wa Jalla berfirman kepada setiap manusia, “Aku sudah memberikannya padamu.

Kau sudah mempunyai sesuatu.

Jika kau hanya punya dua hari, beri Aku salah satunya.

Jika kau hanya punya sebuah apel, beri Aku sepotong.

Jika kau punya masa muda, beri pada-Ku sebagian.

Jika kau punya tenaga dan bakat, beri sebagian pada-Ku.

Setiap manusia pasti sudah diberi sesuatu, Anda tak akan hidup di bumi ini jika tak diberi rezeki. Allah tak hanya menujukan ayat ini kepada para miliuner. Dan Allah tak peduli seberapa banyak kau memberi. Allah tak peduli soal itu. Allah peduli soal kualitas pemberianmu, bukan jumlahnya. Jumlah tak berarti bagi Allah.

Seseorang menyumbang 20 ribu dolar. Hebat. Seseorang menyumbang dua dolar. Tak terlalu hebat. Tidak untuk kita.

Tetapi, orang yang bersedekah 20 ribu dolar, mungkin mempunyai 20 juta dolar. Orang yang memberi dua dolar hanya mempunyai sepuluh dolar. Dua dolar itu lebih berharga bagi Allah daripada 20 ribu dolar itu.

Bagi kita, “Wah, cek senilai 20 ribu dolar. Wah, ini bisa banyak membantu.

Dan untuk dua lembar satu dolar, “Ya… Insya Allah, akan ada lagi.

Tapi, Anda tak tahu bahwa dua dolar itu lebih diberkahi Allah. Dan akan membawa lebih banyak kebaikan dari 2 juta yang Anda himpun, karena niat dibaliknya. Dan pengorbanan dibaliknya.

Saat seseorang menanamkan pada dirinya, seberapa pun yang Allah berikan kepadaku, aku akan berbagi. Ini alasan Allah kemudian berfirman dalam Al-Quran,

Infiruu khifaafan wa tsiqaalan.” (QS At Taubah ayat 41)

Berbagilah kau baik saat merasa ringan maupun berat.

Jangan pernah merendahkan apa yang Anda bisa berikan. Anak kecil harus diberi latihan. Sebagian anak mengumpulkan koin. Mereka mempunyai koin satu sen, lalu mereka mengambil sebagian dan dimasukkan ke kotak amal. Itu tak berarti untuk Anda, karena itu Anda memberikannya kepada anak Anda.

Bahkan terasa tak ternilai bagi yang mengambil kembali… Dia yang membuka kotak itu dan, “Ya ampun, ada yang memasukkan koin satu sen di dalam ini.

Tetapi bagi si anak, itu adalah seluruh tabungannya. Itu sangat penting baginya, mengirim hadiahnya kepada Allah.

Jangan pernah menganggap rendah nilai pemberian Anda, baik bernilai besar atau pun kecil. Inilah makna “mimmaa razaqnaahum yunfiquun.” (QS Al Baqarah ayat 3)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s