Menemukan Kembali Keindahan Al Fatihah (Bagian 1)


Al Quran is liked a friend… the longer the friendship last, the more you’ll know of its secret. As a friend doesn’t reveal his secret to someone who sits with him for a few minutes then leaves. – Muhammad Al Gwaji

I feel Quote from Muhammad Al Gwaji. Bahwasanya Qur’an itu seperti teman. Sebagaimana teman karib yang kita miliki, kita akan mengetahui karakternya setelah rela membersamainya sekian lama. Rahasia yang ia miliki juga akan tersibak pelan-pelan seiring perjalanan waktu.

Qur’an itu memang seperti teman. Tidak mungkin seseorang yang baru kita temui, dalam lima menit akan menceritakan semua rahasianya. Bedanya antara Qur’an dan teman, rahasia teman kita ada yang baik dan ada yang buruk. Sedangkan karakter dan rahasia yang dimiliki Al Qur’an seperti yang dikatakan Cherrybelle semuanya adalah: I-S-T-I-M-E-W-A.

Namun, untuk mengetahui kejutan-kejutan Qur’an, sayangnya tidak bisa didapatkan dengan cuma-cuma begitu saja, diperlukan kemauan belajar dari diri kita. Pada kesempatan ini saya akan berbagi cerita tentang sedikit tafsir, dimana saat saya mendapatkan pengetahuan tentangnya membuat hati saya bergetar. Tafsir surat yang saya bahas kali ini adalah Al Fatihah, surat yang paling banyak kita baca. Sumber tulisan ini dari tafsir Ibnu Katsir dan tafsir yang dijelaskan oleh Prof. Nouman Ali Khan.

Baiklah mari kita mulai dari ayat:

Alhamdulillah

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Perhatikan lafal الْحَمْدُ . Mari kita cermati dari hal yang terkecil, pada lafaz “al” (ال). Alif lam di sana menunjukkan bahwa ‘Alhamdu‘ adalah kata benda bukan kata kerja. Lalu apa bedanya kata benda dengan kata kerja? Kata kerja terikat oleh waktu. Entah itu past tense, continues tense atau future tense. Sedangkan kata benda tidak terikat oleh waktu. Ini artinya mau sampai kapanpun dialah Allah yang Maha Terpuji.

Perbedaan yang kedua adalah: Kata kerja membutuhkan subyek untuk melakukan pekerjaan tersebut. Sedangkan kata benda tidak memerlukan. Jadi kata ini memiliki makna: Dialah Allah yang tetap akan terhormat dan terpuji meski kita tidak memujinya. Dialah Allah yang tidak bergantung pada siapapun.

Sekarang mari kita pindah fokus pada kata setelahnya. Pada kata حَمْدُ (hamd), di sini memberi dua makna yaitu Praise and thanks. Praise berarti mengucapkan kekaguman. Sedangkan thanks menyatakan terimakasih.

Terdapat perbedaan antara kagum dan berterima kasih. Untuk lebih mudah memahaminya bayangkan dua kondisi berikut. Yang pertama ketika kita berada di puncak gunung lalu kita menengok kebawah lalu melihat pemandangan yang begitu indah hingga kita terkagum-kagum. Secara spontan kita berujar, “Wow indahnya gunung itu..

Yang kita ucapkan tadi adalah ungkapan kekaguman. Karena hati kita terpesona oleh sesuatu hal. Bandingkan dengan keadaan yang ini: Ketika kita sedang membawa buku banyak di perpustakaan. Kemudian buku yang kita bawa terjatuh lalu ada orang yang mengambilkan buku itu untuk kita, nah kemudian kita mengucapkan terima kasih. Terima kasih adalah ekspresi syukur karena seseorang itu telah melakukan sesuatu hal untuk kita.

Ketika kita mengungkapkan rasa kagum belum tentu kita mengungkapkan rasa terimakasih. Begitu juga sebaliknya. Ketika kita mengucapkan terimakasih belum tentu kita kagum. Namun kata حَمْدُ merangkap dua makna sekaligus, rasa kagum dan terima kasih pada Allah. Sebenarnya Allah bisa saja menggunakan kalimat, “Al madhu wa syukru.

It means Praise and Thanks to Allah. Tapi Allah tidak menggunakan dua kata itu. Allah menggunakan satu kata Alhamdu untuk merangkum dua makna tersebut. Sebagaimana di dalam kaidah bahasa Arab, sebuah bahasa itu semakin bernilai jika kata itu ringkas, mudah dilafalkan sekaligus dihafalkan dan mampu menjelaskan penjelasan yang begitu luas dan makna yang begitu dalam. Itulah yang terdapat dalam Al Qur’an.

Alhamdulillah adalah kata yang sangat dianjurkan untuk dikatakan seorang muslim pada setiap keadaan. Semisal nih, Ketika terjebak macet di jalanan. Tiba-tiba seseorang menelpon kita dan bertanya keadaan kita, kemudian kita jawab dengan, “Alhamdulillah.

Apa artinya? Artinya dalam keadaan macet tersebut kita masih memuji dan berterima kasih pada Allah. Karena kita masih punya mobil, masih punya pekerjaan hari ini, masih bisa diberi kesempatan untuk beramal. Kita memuji dan berterima kasih pada Allah sekalipun macet, karena yakin di dalam kemacetan tersebut ada kebijaksanaan yang di ajarkan Allah seperti kesabaran dan hikmah-hikmah lainnya. Salah satu makna dari Alhamdulillah adalah positive thinking. Alhamdulillah adalah kata yang Al Qur’an ajarkan agar di setiap keadaan selalu berterima kasih dan memuji Allah serta ber-positive thinking.

Sekarang mari kita bahas kata selanjutnya. Yaitu kata (Rabb) Di dalam Al Qur’an Allah banyak menyebut diri-Nya dengan kata Rabb. Pada waktu Qur’an turun pertama kali, Allah juga memperkenalkan dirinya sebagai Rabb.

Kata Rabb sebenarnya memiliki banyak cakupan/subset-subsetnya. Salah satu subset dari Rabb adalah maalik. Pengertian dari sebuah subset tadi adalah jika Rabb sudah pasti ia mencakup Maalik. Tapi Maalik belum tentu mencakup subset. Seperti ini bila digambar:

Maaliki

Selain Maalik ada subset-subset lainnya yang dimiliki oleh kata Rabb. Berikut diantaranya:

Rabb

Berikut arti beberapa subset-subset di dalamnya.

1. Maalik: Adalah pemilik/Owner.

Contoh: Maaliku baità pemilik rumah

2. Wassayid: Pemilik mutlak/Complete Authority.

Perbedaan antara Wassayid dan Maalik:

Wasayid mempunyai semua otoritas pada semua oprasionalnya. Semisal mempunyai mobil: Kita diwajibkan punyai SIM, punya STNK, membayar pajak dan lain-lain. Ini artinya kita punya keterbatasan pemilikan dari segi operasional. Sedangkan wassayid tidak.

3. Murabbi/ensures growth:

Sebagaimana doa kita pada orang tua yang terdapat dalam surat Al Isra’ juga mengunakan kata rabbayani: “kama rabbayani soghiro” Rabbayani berasal dari kata Rabb. Membentuk kata menjadi murabbi. Sebagaimana orang tua kita yang disebut rabbayani. Beliau merawat, memastikan kita tumbuh dengan baik dalam segala hal. Dari psikologi, pergaulan, makanan, pakaian. Pokoknya semua.

4. Murshid: Memberi petunjuk/guidance

5. Mun’im: Sang pemberi hadiah. Apapun yang diberikan ke kita dianggap sebagai hadiah/grant gift. It’s free

6. Qayyim: Kita ada karena Allah mengizinkan kita ada. The reason we exist.

Dalam memperkenalkan diri-Nya sendiri Allah lebih memilih kata Rabb. Yang mengandung makna sebagai zat yang memiliki kita, yang menyebabkan kita ada, tapi Ia juga tegaskan bahwa Ialah zat yang merawat, yang mendampingi kita serta memberi petunjuk, yang memberi dan menjamin apa yang kita butuhkan, yang mendampingi, yang merawat dan memastikan kita tumbuh dengan baik. Masya’allah betapa bahasa Allah di dalam Qur’an itu sangat santun dan lembut.

Teman, Pada kenyataanya Sangat mungkin bukan jika seseorang hanya memiliki sesuatu tapi tidak merawat dan malah menelantarkannya. Contoh simpelnya ada bukan orang yang punya motor tapi tidak dirawat, dicuci atau di servis. Nah analoginya seperti itu. Bisa saja Allah menyatakan diri sebagai pemilik saja. Tetapi Allah tidak menggunakan kata tersebut. Allah lebih memilih menggunakan kata “Rabb“.

Yeah, kita sudah selesai membahas satu kalimat, Al-hamdu lillahi robbil-‘aalamiin. Masya’allah dalam men-design satu kalimat saja Allah begitu jeli dan teliti. Allah begitu sempurna dalam meng-arsiteki kalimah-Nya, dalam tiap detail jengkal hurufnya.

Sekarang kita bahas pada ayat selanjutnya.

ar rahman al fatihah

الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ar Rahmaan dan Ar Rohiim berasal dari satu akar yang sama yaitu dari kata الرحم . Lalu apa perbedaannya Ar Rahmaan dan Ar Rohiim:

Inilah perbedaan Rahmaan dan Rohiim.

Ar Rahmaan Ar Rohiim
Cinta yang bersifat sangat ekstrim,
Cinta yang lebih besar dari ekspetasi kita.
Cinta yang bersifat permanen dan berlaku untuk kapanpun.
Bersifat sekarang dan tidak permanen (Hanya terjadi saat ini) Cinta ini bisa hilang apabila kita melakukan suatu kesalahan yang membuat Allah murka.
Contoh: Rian being patient, when boss come.
– Rian jadi sabar ketika bosnya datang.
Sabarnya terjadi hanya saat itu.
Contoh: Rian is patient.
Rian adalah seorang yang sabar.
Di sini berlaku bahwa karakter Rian adalah seorang yang sabar.

Rahmaan adalah pemenuhan kebutuhan kita yang bersifat sekarang seperti makanan saat kelaparan dan air saat kehausan. Menurut Ibnu Katsir di dalam tafsirnya, beliau berpendapat: Ar Rahmaan berlaku untuk semua makhluk yang ada di dunia sedangkan Ar Rohiim adalah kasih sayang Allah untuk orang-orang yang beriman di akherat.

Ketika Ar Rahmaan dan Ar Rohiim digabungkan, ini menerangkan tentang cinta Allah yang lebih besar dari ekspektasi kita, cinta yang diperuntukkan untuk kebutuhan kita sekarang dan yang akan datang. Cinta yang permanen. Cinta yang lengkap. Sungguh indah sekali bukan? You can’t tell love in better definition than it.

Coba kita amati, betapa banyak orang yang berkuasa menjadi begitu semena-mena pada bawahannya. Semisal bos dan kakak senior yang resek (usil -red). Yang meremehkan dan yang memandang kita rendah. Tapi Allah, yang menduduki penguasa tertinggi yang mempunyai apapun dan bisa melakukan apapun sengaja memilih diksi yang begitu santun dan lembut. Di dalam Al Qur’an kita temui bahwa Allah telah menyatakan cintanya terlebih dahulu. Ia katakan cinta yang begitu besar lebih dari yang kita tahu. Cinta untuk waktu sekarang maupun untuk waktu yang akan datang.

Di sini hati saya luluh sudah, betapa Allah sang raja diraja ingin menjalin komunikasi dengan orang seperti kita –hamba yang hina dina ini- dengan begitu humble, dengan sangat santun, penuh kesabaran dan penuh cinta. That’s what I feel.

Kita sudahi dulu pembahasan Surat Al Fatiha part 1. Saya mohon ampun pada Allah jika terjadi kesalahan dalam menyamppaikan bab ini. Bagi yang berkenan mau melanjutkan silahkan ke Al Fatiha part 2. Ini linknya: http://jalanpenghapal.blogspot.com/2015/04/menemukan-kembali-keindahan-alfatiha-2.html

Terima kasih telah berkenan membaca. Jazakumullah, thankyou, arigato, xie-xie ^_^

Tulisan ini dari Arkandini Leo, di blognya http://www.jalanpenghafal.com/2015/04/menemukan-kembali-keindahan-alfatiha-1.html

————————————————–
Sumber referensi:

1. Tafsir Ibnu Katsir surat Al Fatihah

Link: https://ummiabi.files.wordpress.com/2009/08/9248599-ibnu-katsir-tafsir-ibnu-katsir-i.pdf

2.The Word ‘Rabb’ | Quran Gems

Published on YouTube By FreeQuranEducation | Link: https://www.youtube.com/watch?v=yua8-KtdeZQ

3. Rediscovering Surat Al Fatiha part 1,2, / Nouman Ali Khan

Published on youtube by: Meru Muharis

Link part 1: https://www.youtube.com/watch?v=P1_OAQDcQXs
Link Part 2: https://www.youtube.com/watch?v=rtNeoi5DlUU

2 thoughts on “Menemukan Kembali Keindahan Al Fatihah (Bagian 1)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s