Ada satu surat yang bercerita dengan sistematis, dari satu kronologi ke kronologi lainnya bak novel, surat Yusuf namanya. Di sana ada nama-nama Allah yang diulang beberapa kali. Yaitu kata ‘aliimun hakiim. Bahwa Allah yang Maha Mengetahui, dan Allah yang Maha Bijaksana.
Kata ‘alimun hakim pada surat itu dikatakan Oleh ayah Nabi Yusuf yaitu Yakub sebanyak dua kali. Yang pertama ketika Yusuf menceritakan mimpinya tentang 11 bintang dan matahari bersujud padanya. Saat itu Nabi Yakub berkata, “Bahwasannya Allah telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kakek-kakek kita terdahulu Ibrahim dan Ishak. Juga kepada keluarga Yakub dan kepadamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
وَكَذَٰلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِن تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَىٰ آلِ يَعْقُوبَ كَمَا أَتَمَّهَا عَلَىٰ أَبَوَيْكَ مِن قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Di sini Al Qur’an mengajari kita untuk beroptimis dalam memulai sesuatu. Kata-kata Yakub kepada Yusuf ini dapat kita lihat pada Surat Yusuf ayat 6.
Kata ‘aliimun hakiim yang kedua ada pada Surat Yusuf ayat 83. Yaitu ketika Nabi Yakub sedang merasakan kesedihan yang luar biasa ketika mendengar kabar bahwa adik Yusuf yang bernama Bunyamin ditawan. Saat itu nabi Yakub sudah menderita kesedihan yang luar biasa ketika kehilangan Yusuf dan sekarang ia harus bersedih lagi karena ditinggal oleh Bunyamin. Dan saat itu yang dikatakan oleh Nabi Yakub adalah ‘aliimun hakiim, menyerahkan kepada Allah yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui.
قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنفُسُكُمْ أَمْرًا ۖ فَصَبْرٌ جَمِيلٌ ۖ عَسَى اللَّهُ أَن يَأْتِيَنِي بِهِمْ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Kata-kata Nabi Yakub yang kedua kali ini dapat kita temui di dalam Surat Yusuf ayat 83.
Kemudian di Surat Yusuf ayat 100, terdapat perkataan Nabi Yusuf yang menyatakan ‘aliimun hakiim. Ayat itu dikatakan Yusuf ketika 11 saudaranya mengakui kesalahan dan bersujud pada Yusuf as. Saat itu Yusuf berseru, “Wahai Ayah inilah arti mimpiku dulu dan sesungguhnya Dia yang Maha mengetahui dan Maha Bijaksana.”
Di dalam Al Qur’an, Surat Yusuf agak berbeda dengan surat yang lain. Biasanya di dalam satu surat terdapat beberapa kisah yang terselip. Namun di surat Yusuf ini akan kita temui satu cerita tentang Yusuf. Diceritakan secara runtut setiap kronologis bak suatu novel.
Surat Yusuf diturunkan di Makkah. Saat itu Nabi Muhammad saw dan para sahabat merasakan kepedihan akibat tekanan kaum kafir Quraisy. Saat itu ada sahabat yang meminta kepada Rasul untuk menceritakan sesuatu. Kemudian Allah menurunkan surat Yusuf untuk menghibur hati orang-orang beriman yang sedang dilanda ujian berat. Pada saat itu apa yang dialami Rasulullah seperti yang dialami Nabi Yusuf. Saat itu Rasulullah sedang mengalami ujian yang berat karena dimusuhi oleh saudaranya sendiri bangsa Quraisy.
Kemudian Allah menceritakan secara runtut cobaan demi cobaan yang dialami Nabi Yusuf as. Dimulai dari masa kanak-kanak Yusuf yang dibuang ke sumur, dijual sebagai budak pekerja sewaktu kecil, ketika menginjak remaja terancam mengalami pelecehan seksual, lalu difitnah, di penjara, kemudian dia bisa menakwilkan mimpi raja. Kemudian seorang yang memfitnah Yusuf mengakui kesalahannya. Nama Yusuf kembali bersih. Penakwilan Yusuf ini sangat berjasa besar bagi sekian banyak penduduk Mesir. Karena penakwilan Yusuf ini, ia menyarankan menyimpan cadangan panen untuk masa paceklik. Hingga kemudian ia diangkat menjadi pejabat Mesir. Dan pada saat itu datanglah saudaranya untuk meminta makanan karena bencana kelaparan. Kemudian terkuaklah sebuah kebenaran. Dan bersujudlah semua saudara Yusuf kepadanya.
Saat itu Yusuf tidak membalas dendam, perkataan yang diucapkannya adalah, “Pada hari ini tidak ada cercaan pada diri kamu, mudah-mudahan Dia mengampuni kamu, sesungguhnya dialah yang Maha Penyayang di antara para penyayang.”
قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ ۖ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Perkataan Yusuf ini dapat kita temui di Surat Yusuf ayat 92.
Ending yang indah pada Nabi Yusuf ini juga dialami oleh Nabi Muhammad saw. Ketika Nabi Muhammad dengan beribu-ribu pasukan memasuki Makkah. Peristiwa itu namanya Fathu Makkah, saat itu Makkah takluk tanpa perlawanan. Berbondong-bondong orang masuk Islam. nabi Muhammad meniru apa yang dikatakan nabi Yusuf. Saat itu dihadapan Quraisy beliau berkata, “Pada hari ini tidak ada cercaan pada diri kamu, mudah-mudahan Dia mengampuni kamu, sesungguhnya dialah yang Maha Penyayang diantara para penyayang.”
Masya’allah dialah Allah pembuat skenario terbaik bagi setiap kehidupan hamba-hamba-Nya.
Dalam Surat Yusuf Allah meneguhkan Nabi Muhammad yang dilanda kesulitan. Lalu diceritakan kisah Yusuf yang secara bertubi-tubi juga tak kalah susahnya. Allah juga menceritakan keteladanan Nabi Yakub dan Yusuf. Termasuk perkataan Nabi Yakub untuk menumbuhkan sikap optimis pada putranya, perkataan Nabi Yakub ketika dirundung duka cita dan perkataan Nabi Yusuf ketika ia bersyukur. Mereka semua mengucapkan’ aliimun hakiim.
Artinya setiap kejadian mereka jalani dengan sebuah kepercayaan bahwa semuanya berjalan di dalam pengawasan dan kebijaksanaan Allah. Semua yang terjadi di atas kendali Allah, di atas kehendak Allah yang lembut. Sebagaimana yang diceritakan di awal surat Yusuf. Ada kata golib, yang artinya ada Allah yang memegang kendali. Dan ada kata lathiifun limayasya’. Bahwa Allah sangat lembut dalam berkehendak. Dalam bahasa artinya Allah mempunyai rencana, yang tidak kita ketahui. Kelak kau akan mengerti hikmah apa dibaliknya.
Ini mungkin yang sering terjadi dengan diri kita di masa lalu, ketika kita tidak menyukai ada suatu hal yang tidak kita suka menimpa kita. Yah kenapa saya ditempatkan di sini, padahal saya inginnya di sana. Mengapa saya diterima di universitas ini padahal saya ingin di universitas sana. Setelah itu kita baru menyadari hikmah dibaliknya, untung saya diterima di sini jadi saya bisa ketemu si fulan dan karena itu membuat saya mengaji kemudian membuat saya begini dan begitu. Terkadang memang begitu. Saat kita ditimpa kesusahan, kita merasanya susah saja, kita tidak tahu apa hikmah dibaliknya, setelah beberapa selang waktu kita baru tahu apa hikmahnya. Di sinilah pentingnya kita memegang kepercayaan aliimun hakiim sebagaimana yang dikisahkan dalam Surat Yusuf.
Dalam surat Yusuf Allah begitu lembut dalam membersamai Nabi Muhammad saw yang sedang ditimpa ujian berat. Apa yang diwahyukan Al Qur’an kepada Nabi Muhammad saw, itu berarti ditujukan kepada seluruh Umat Muhammad. Termasuk kepada kita. Seperti itu pulalah cara Allah menemani kita. Surat ini juga berlaku untuk kita ketika kita mengalami kesusahan, holding on… bersabarlah.
Kalam Allah itu tidak hanya berisi tentang perintah, larangan dan ancaman. Di Surat Yusuf ini akan kita temui bagaimana Allah begitu lembut dalam membersamai emosi-emosi hamba-Nya. Saat kita merasa sulit dan butuh diteguhkan, saat kita butuh diyakinkan, saat kita ingin diceritakan sesuatu, saat kita ingin dihibur, saat kita ingin ditumbuhkan sifat optimis, semua itu ada.
Tulisan ini dari Arkandini Leo, di Facebooknya.
Sumber Video: