Kemarin saya membuat status di Facebook tentang surat Ar Rahman. Wah ternyata banyak yang nge-like. Ini membuat saya terinspirasi untuk cuap-cuap membahas seputar tafsir. Baiklah mari kita mulai dari surat Ar Rahman. Banyak dari kita yang memfavoritkan surat ini. Kalau di acara ramadhan atau kegiatan keislaman sering dijadikan program hafalan bersama. Bahkan juga tidak sedikit dari teman-teman akhwat saya yang ingin diberikan mahar berupa hafalan Ar Rahman. Ada kawan yang bertanya, mengapa kebanyakan para akhwat pingin dikasih mahar surat Ar Rahman?
Berikut beberapa alasannya. Yang pertama Surat ini memang menyentuh. Banyak orang yang tersentuh bahkan menitikkan air mata terutama saat sampai di ayat yang berbunyi “Fa bi’ayyi aalaa’i robbikuma tukadzdzibaan, nikmat yang mana lagi yang kalian dustakan?” Surat ini memang indah didengar dari kesamaan rima dan penggalan kata. Juga indah kalau ditinjau dari segi kontennya. Surat ini banyak menceritakan tentang keadaan surga secara detail.
Beberapa hari yang lalu ketika saya menyimak tafsir Ar Rahman dari Ust. Nouman Ali. Saya mengetahui hal-hal yang baru tentang Ar Rahman. Dan ini membuat saya merasa WOW Banget.
Mari kita bahas bersama dari ayat pertama. Surat ini tergolong unik. Dibuka dengan satu kata “Ar Rahman”. Biasanya jika ada surat yang dibuka dengan satu kata, maka kata itu berupa ayat mutasyabihat, di mana hanya Allah yang tahu artinya. Semisal: “Alif laa miim, haa miiim, nuuun, atau thosinmim.” Tapi surat ini dibuka dengan satu kata yang artinya diketahui yaitu “Ar Rahman”.
Mari kita simak bunyi ayat yang pertama dan kedua surat Ar Rahman.
Ayat 1: Ar Rahman –> Yang Maha Pemurah
Ayat 2: ‘alamal Qur’an –> Yang telah mengajarkan Qur’an
Sebenarnya ayat pertama dan kedua merupakan satu rangkaian kalimat. Tapi di sini dijadikan dua ayat yang berbeda. Ini untuk menunjukkan eksistensi Allah yang benar-benar penuh welas asih pada makhluk-Nya.
Masih membahas tentang arti kata Ar Rahman. Sebenarnya kata-kata dalam Al Qur’an bila diterjemahkan tidak bisa cukup bila diwakili dengan satu kata. Tapi untuk menjembatani pengertiannya terpaksa harus ditransletkan begitu saja. Termasuk kata Ar Rahman di sini. Dalam bahasa Indonesia Ar Rahman berarti pemurah. Nah biasanya kata ini dipakai kalo kita beli sesuatu kemudian sama penjualnya diturunin harganya.
Kalau dalam bahasa Inggris Ar Rahman diartikan dengan mercifull. Kata mercifull di sini digunakan kepada orang yang membebaskan hukuman seseorang. Semisal kita kena tilang di jalan oleh Pak Polisi lalu pak Polisi itu membebaskan kita begitu saja. Nah, Pak Polisi ini bisa dikatakan mercifull.
Kalo dalam bahasa Arab, Ar Rahman itu pemaknaannya sama dengan Rahim, iya benar tentang kandungan wanita. Kita pasti tahu kan bagaimana seorang ibu yang menjaga kehamilannya? Seorang ibu tentu sangat mengharapkan bayinya dalam keadaan sehat. Bahkan beliau tidak akan minum obat sembarangan karena menjaga kesehatan bayinya. Mereka juga mengkonsumsi berbagai makanan bergizi demi bayinya. Nah kita ini diibaratkan seorang bayi tersebut yang tidak tahu bagaimana ibu kita sangat mencintai kita. Yang kita tahu kita hanya menyedot sari pati makanan ibu kita yang tersedia di dalam rahim. Jadi Ar Rahman di sini tidak ada hubungannya sama sekali dengan hukuman.
Sekarang kita lanjutkan pembahasan Ar Rahman dengan ayat yang di ulang-ulang. Tentang Fa bi’ayyi aalaa’i robbikuma tukadzdzibaan. Sesungguhnya nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan? Mengapa ayat ini sampai diulang-ulang banyak kali?
Untuk pertanyaan ini mari kita telisik tentang keadaan waktu itu saat Ar Rahman diturunkan. Kebanyakan ayat Ar Rahman adalah ayat Makiyah. Artinya surat Ar Rahman di turunan saat Rasulullah masih ada di Makkah, saat Islam belum jaya dimana banyak kaum muslimin yang ditindas orang-orang kafir. Dan orang-orang kafir itu ndablengnya nau’dzublillah. Padahal perintah yang diturunkan pada masa ini cukup simple. Bila di sampaikan pada anak umur tujuh tahun hanya perlu tujuh menit untuk menjelaskan rangkuman surat Makiyah. Ini dia:
– mengesakan Allah
– jangan seperti kaum terdahulu yang mengingkari Allah
– berimanlah pada Rasulullah
– berimanlah pada akherat
– jadilah hamba Allah
Bayangkan Kawan. Untuk mengajarkan beberapa hal tersebut Rasulullah memerlukan waktu 12 tahun. Beliau harus menjelaskan berulang-ulang atas hal yang sama, pada orang yang sama dan di tempat yang sama.
Namun apa yang terjadi? Wahyu dari Allah tidak hanya diingkari tapi juga dicemoohkan. Begitu juga dengan Rasulullah yang membawa wahyu. Rasulullah dikatai gila, kerasukan jin, penyihir dan mencuri dari kitab lainnya. Sebenarnya Allah bisa saja mengazab orang-orang kafir Quraisy seperti umat-umat sebelumnya. Tapi Allah tidak melakukan itu. Tapi Allah malah menjawab dengan surat yang ayat pertamanya menyatakan bahwa dirinya adalah Ar Rahman. Masya’Allah luar biasa sekali.
Bahkan Allah dengan indahnya memperingatkan hamba-NYA, “nikmat mana yang kamu dustakan” Allah mengulangnya sampai puluhan kali. Amazingnya walau ayat ini diulang banyak kali, tapi tidak membuat kita bosan. Tetapi semakin terasa keindahan mendalamnya.
Di sini tersimpan pelajaran. Untuk memperingatkan orang yang keras kepala, tidak cukup hanya di ingatkan dengan satu kali. Contoh yang mudah dapat kita lihat ketika ada anak muda yang nyaris bentrok. Si X pingin mukul Si Y. Kemudian teman si X, menenangkan, “Calm Bro, calm, sabar bro, sabar..” Ketika kita mengingatkannya ini tidak mungkin hanya sekali. Kita harus mengingatkannya berkali-kali. Begitu juga di ayat ini. Allah mengulang satu ayat itu sampai 31 kali.
Di sini juga ada keteladanan Rasulullah untuk bertindak sebagai dai yang menginginkan kebaikan pada orang lain. Aplikasinya bisa macam-macam. Seperti ketika menjadi guru di depan kelas, bisa juga seorang teman yang menasihati kawan yang lagi salah haluan. Atau kakak yang membimbing adiknya. Semua peran itu mengajarkan kita agar tidak lekas mutung pada objek yang kita inginkan kebaikan. Tapi tetap bersabar dan tetap mengajar penuh cinta.
Sebagaimana fitrah kita sebagai manusia. Menurut bahasa ‘Insan’ berasal dari berbagai turunan kata. Yaitu nas, (lupa), dan uns (cinta). Nas artinya manusia adalah makhluk yang lupa sehingga perlu diingatkan. Sedangkan kata Uns artinya manusia adalah makhluk yang membutuhkan cinta. Jadi manusia adalah makhluk yang senantiasa butuh diperingatkan dengan cinta. Sebagaiman yang dilakukan Allah. Ketika orang-orang Quraisy ingkar, ia menurunkan surat yang dibuka dengan kata Ar Rahman, dengan penuh cinta.
Membahas satu kata Ar Rahman saja, sudah sedalam ini maknanya. Kali ini saya coba ambil bahasan tafsir dari Ust Nouman Ali. Jika teman-teman ingin menyimak secara kompleks silahkan di klik link berikut ini:
Sayangnya di versi lengkapnya nggak ada subtitlenya. Durasinya 1,5 jam.
Kalau yang ingin paket minimalis, potongan dari versi lengkapnya. Durasinya sekitar 16 menittan dan ada subtitlenya silahkan di klik:
Di sini akan saya tambahkan beberapa coretan ringkas saya dari menyimak penjelasan ayat dari beberapa ustaz.
Here we go:
Di dalam surat An Naas disebutkan, syetan membisikkan kejahatan di dalam “DADA”
Yang dipakai kata “DADA” (fi shuduur)
Mengapa tidak memakai kata “Hati” (Qolbi)?
*Dada itu letaknya di sekitar hati,
Artinya: Di sini ada proses terlebih dahulu. Untuk menerima bisikan syetan atau menolaknya
#Di sini kita diberi kebebasan memilih (Ust. Nouman Ali)
————————————————————————
Sungguh indah sekali perbedaan diksi yangg dipilih untuk penggambaran pintu surga dan neraka di QS Shaad: 50,
untuk pintu syurga, Allah memakai kata ‘mufattahata’ ini artinya pintu syurga itu dalam keadaan ‘ready opened’
Bayangkan kalo kita bertamu, pintu telah terbuka, ada penjaga yang mengucapkan salam, ada tulisan welcome, seperti itulah surga. Di sini tergambar sifat pengasihnya Allah, yang menginginkan kita masuk surga.
Sedangkan di QS Az Zumar: 71, untuk pintu neraka, Allah memakai kata “hatta idza jauha futihat abwabuha’ ketika ada yang datang, pintunya baru dibuka. Itu artinya pintu neraka itu dalam keadaan ‘not ready openned’
It’s mean Allah tidak ingin kita masuk neraka,
(Source: ust Nouman Ali)
———————————————————————————
Saat wahyu yg pertama turun, (pada ayat: iqra bismir abbikalladzi khalaq – QS. Al Alaq: 1)
Allah tidak memperkenalkan diri-Nya sebagai ‘sesembahan/illah’ tapi sebagai “rabb”.
Arti Rabb: pemilik, pencipta, pemelihara & pemberi rizki
#Allah ajarilah hati ini kesantunan-Mu
(source: kajian majelis jejak nabi by: ust Salim A Fillah pada bab: wahyu pertama)
“iqro warobbukal akram” (QS. Al Alaq: 5)
“Bacalah, dan Tuhanmu Maha Mulia”
Akram itu bentuk paling (superlative) dari karim
Akram berarti pemurah, pemberi, dermawan
Kalo dalam bahasa Arab akram itu erat kaitannya dengan memberi
Karena dalam tradisi Arab, “Kemuliaan seseorang itu bukan diukur dari apa yang dipunyai tapi dari apa yang diberi.”
(source: ust. Salim A Fillah)
——————————————————————————————————
Yang saya rasakan belajar tafsir itu semakin membuat kita paham dengan Al Qur’an. Tafsir membuat kita seolah-olah baru mengenal dengan Al Qur’an. Tafsir adalah salah satu cara membuat kita jatuh cinta lagi pada Al Qur’an.
Yang pasti belajar tafsir itu multi guna, kita bacanya sekali, tapi pelajarannya akan senantiasa kita dapatkan kembali. Setiap kita melafalkan bacaan Qur’an kita entah dalam solat atau muroja’ah
Belajar sedikit tafsir akan membuat bacaan kita lebih bernyawa, semakin terteguhkan iman dan kekuatan kita kembali.
Oh ya sekedar reminding, diperkirakan 29 Juni 2014 esok sudah Ramadhan. Kita bisa menggiatkan diri untuk belajar tafsir mulai dari sekarang. Agar bacaan kita lebih bernyawa.
Tulisan ini dari Arkandini Leo, di blognya http://www.jalanpenghafal.com/2014/06/arrahman.html
Teknologi memudahkan kita dalam belajar Dan menjadi faham …..
LikeLike