Assalaamualaikum wa rahmatullah wabarakatuhu. Al-hamdu lillaahi-rabbil-‘aalamiin. Wash-shalaatu was-salaamu ‘alaa sayyidil anbiyaai wal mursaliin. Wa’alaa alihi washahbihi ajma’iin(a). Tsumma ‘ammaa ba’du. A’uudzubillaahi minasy syaithaanir rajiim(i). A fa laa yatadabbaruunal-qur’aan, Am ‘alaa quluubin aqfaaluhaa. Rabbisyrah lii shadrii, wa yassir lii amrii, wahlul ‘uqdatan min lisaanii, yafqahuu qaulii. Aamiin yaa rabbal ‘aalamin.
Insya Allah di sesi ini saya ingin mengemukakan pembicaraan yang agak rumit. Saya harap Anda bisa memahami konsep yang saya berikan. Ini bukan kajian yang biasanya saya berikan. Di antara Anda ada yang familiar dengan jenis kajian yang saya berikan. Karena itu saya beri tahu sejak saat ini bahwa saya sangat menghargai jika Anda bisa memahami apa yang saya katakan. Selama pembicaraan saya akan menanyakan beberapa pertanyaan retoris, agar Anda bisa mengulang apa yang saya katakan agar saya tahu Anda masih hidup. Karena panitia memastikan bahwa pencahayaan di sini sangat romantis, sehingga saya tak tahu apa yang terjadi di belakang sana. Jadi satu-satunya cara agar saya tahu Anda masih bersama saya adalah dengan mengulangi apa yang saya katakan, insya Allah.
Anggapan Tentang Islam
Ada 3 bagian pembicaraan saya. Pertama tentang masalah. Saya akan bicarakan hal yang saya rasakan dibesarkan sebagai muslim terhadap Islam. Yang saya pelajari dari sesama muslim, dari mimbar, imam, atau khatib, apapun kuliah yang biasa ditonton ayah saya dari rekaman VHS atau apapun. Saya tidak berasal dari keluarga yang sangat agamis namun dari keluarga umumnya, dan satu-satunya paparan terhadap Islam yang saya peroleh sama seperti Anda yang seumuran saya. Dengan bertambahnya umur dan menjadi remaja, lalu kuliah, saya melihat setidaknya ada 4 perilaku yang berkembang di kepala saya. Saya sudah membicarakannya pada ICNA sebelumnya, sekarang akan saya lanjutkan insya allah. Tapi akan saya tinjau kembali keempat perilaku tersebut.
1. Islam Adalah Agama Yang Keras
Pertama, bahwa agama ini sangat keras, memilliki banyak sekali hukuman. Bahwa ini dan itu haram, dan jika Anda ragu kemungkinan besarnya apa yang Anda lakukan adalah haram. Dan Anda akan dapat banyak masalah karenanya. Dan hukumannya sangat ekstrim seperti potong tangan atau rajam sampai mati, atau lainnya.
Intinya ada hukuman yang sangat ekstrim di agama ini. Saya tidak bicara tentang Kristiani melakukan propaganda terhadap Islam, atau menonton Fox News atau yang lainnya. Saya merasakan hal itu dengan hanya menjadi muslim, mendengar tentang Islam dari muslim sendiri. Itu anggapan pertama saya, bahwa agama ini lumayan keras.
2. Kejayaan Islam Adalah Milik Masa Lalu
Anggapan kedua saya bahwa agama ini, satu-satunya pembicaraan tentang masa-masa bahagia adalah saat membicarakan sejarah kuno, dan satu-satunya pembicaraan tentang masa-masa yang mengecewakan adalah saat bicara tentang masa kini. Jadi kita semua sangat buruk dan orang-orang yang ada pada zaman dahulu sangat baik. Itu membuat saya merasa diri saya sangat buruk karena semakin sering saya mendengar pendahulu kita, saya sadari bahwa mereka sangat lebih baik, mereka sangat hebat, saya takkan pernah bisa seperti mereka.
Pertama agama ini sangat keras, kedua kelihatannya masa kejayaannya sudah lewat. Sekarang kita hidup pada saat yang buruk, kita bisa merasa tak enak dengan bagaimana buruknya kita semua, kita semua tidak cukup baik. Khususnya jika kita membandingkan diri kita dan… Saya akan mendengar khutbah dan kuliah tentang orang-orang yang bertahajud sepanjang malam, yang menamatkan Qur’an tiap 48 jam, atau yang puasa berselang hari, atau yang melakukan ini, ini, ini, dan mereka masih tak cukup baik. Dia tak cukup baik? Saya benar-benar masuk neraka. Seperti… hehehe. Jadi hampir seperti ada intimidasi.
Agama ini terasa seperti tidak cocok dengan masa kini, tapi hanya cocok dengan masa lalu. Faktanya mereka yang saya lihat sangat religius. Mereka bicara, berpakaian, dan terlihat seperti mereka yang hidup 8 abad yang lalu. Mereka seperti tidak cocok dengan… bahkan tahun 90-an, mereka ingin terlihat seperti orang Arab kuno. Dan tanpa sadar ini menumbuhkan konsep di kepala saya.
Jika Anda ingin serius dengan Agama ini, Anda harus pura-pura hidup setidaknya sekitar 1000 tahun yang lalu, Anda tak bisa menerima bahwa kita hidup saat ini. Dan jika Anda benar-benar ingin menyelamatkan diri, maka Anda harus menciptakan lingkungan, seperti sebuah gelembung yang terputus dari seluruh dunia modern karena semua yang modern adalah fitnah, semua yang modern terkontaminasi. Anda harus putus dengan dunia luar, dan jika tinggal dalam gelembung ini, maka Anda bisa menyelamatkan iman Anda. Hanya pergi ke masjid lalu pulang, memakai pakaian tradisional, hanya bertemu dengan muslim, dan jangan melakukan apapun diluar, selamatkan saja dirimu.
Jadi anggapan pertama saya adalah… saya lupa, tidak ingat… Islam itu keras, anggapan kedua…Islam cocok dengan zaman dahulu.
3. Saya Tidak Akan Pernah Cukup Baik Menurut Islam
Anggapan ketiga saya, apapun yang saya lakukan takkan cukup baik. Saya sudah mendengar begitu banyak kuliah tentang…. bahwa saya mungkin seorang munafik, wudhu saya tak cukup baik, mungkin ada sesuatu yang kurang dengan shalat saya, haji saya mungkin tak cukup baik. Sehingga semua pintu ampunan sudah ditutup di depan muka saya, tak peduli berapa banyak usaha saya, saya selalu diingatkan bahwa itu tidak cukup. Jadi saya pikir agama ini sangat keras, cocoknya dengan masa lalu, dan terlebih lagi saya takkan bisa mencapai apapun dengannya. Saya masih dibuat merasa seperti orang jahat. Faktanya, semua yang saya lakukan terlihat seperti dosa. Semua yang saya lakukan sepertinya dosa, jadi buat apa peduli lagi?
4. Saya Menyerah Terhadap Islam
Dan ini mengantar saya ke anggapan keempat, terakhir, dan paling mematikan. anggapan itu pada dasarnya adalah saya menyerah! Saya menyerah, saya akan tetap jadi muslim karena ibu saya bisa kena serangan jantung. Saya tetap jum’atan bila perlu, setidaknya saya muncul shalat Id, saya akan lakukan beberapa ritual. Saya suka Id karena mereka memberi uang… Ramadhan sepertinya cukup mengasyikkan, atau apalah… Tapi lebih dari itu saya tidak menemukan alasan untuk bertahan dengan agama ini. Saya tidak paham mengapa dengan semua masalah ini orang masih memegang agama ini. Ini mungkin karena beberapa non-muslim melakukan propaganda melawan Islam… bagi saya. Ini bukan karena saya diyakinkan kepada Islam atau melawan Islam oleh sekelompok atheis.
Ini adalah pikiran yang berputar di kepala saya tentang agama ini saat saya berumur 17-18 tahun. Ayah saya meninggalkan Amerika Serikat karena tugas, saya dan kakak saya tinggal di sini dan saya menghidupi diri sendiri. Jadi satu-satunya alasan saya bertahan dalam agama ini adalah orang tua saya yang tak lagi di sana dan saya tinggal sendiri di kota New York. Jadi saya sama sekali tak punya alasan untuk tetap memeluk agama ini untuk semua alasan praktis.
Ini adalah bagian pertama pembicaraan saya, yang disebut… masalah. Saya menyadari sudah bekerja di bidang ini, mencoba mempelajari agama, mengajari sesuatu tentang Qur’an sudah hampir 15 tahun. Dalam pekerjaan saya, saya mengunjungi berbagai tempat di dunia dan berbicara kepada banyak sekali anak muda. Dan ketika mereka bertanya, seperti mengingatkan saya pada diri saya sendiri. Saya sadari bahwa tidak hanya saya yang bersikap seperti itu. Ada jutaan orang di seluruh dunia yang bersikap sama, setidaknya di pikiran mereka dengan satu atau lain cara. Mereka merasa agama mereka terlalu keras, mereka takkan pernah cukup baik, apa gunanya, agama selalu bercerita tentang zaman dahulu, bagaimana akan sejalan dengan dunia modern? Mereka memiliki keprihatinan yang sama dengan saya. Jadi ini bukan hal pribadi.
Mereka Yang Bicara Atas Nama Islam
Saya sadari bahwa kita harus membicarakannya secara terbuka dan saya sudah berpikir tentang penyebabnya selama beberapa tahun ini. Mengapa saya memiliki sikap ini, bagaimana kita mencegah sikap ini agar tidak berkembang? Ini bagian kedua pembicaraan saya. Bagian pertama sudah selesai. Saya akan mengganti judul masalah pertama. Judul pembicaraan pertama menjadi ‘Masalah Saya’. Dan bagian selanjutnya menjadi ‘Masalah Mereka’.
Kita akan bicara tentang mereka dan siapa mereka. Mereka adalah yang berbicara atas nama Islam, yang mengajarkan Islam, beberapa di antara mereka sangat menakjubkan, beberapa yang lain sangat kacau, mereka mengacaukan saya. Satu-satunya sumber pengetahuan Islam saya adalah mereka. Jadi ini analisis saya, Anda bebas untuk tidak sependapat dengan saya.
1. Islam Yang Penuh Kemarahan
Tapi saya akan berbagi dengan Anda 3 macam presentasi, diskusi, atau ceramah tentang Islam yang populer di dunia muslim. Tiga macam, yang pertama bicara tentang Islam dengan kemarahan, yang terjadi di dunia muslim. Kita sangat marah dengan situasi politik, kita sangat marah dengan serangan media terhadap Islam, kita sangat marah dengan pelecehan terhadap Nabi shallallahu alaihi wasallam, kita sangat marah dengan pertumpahan darah di seluruh dunia, sehingga pembahasan kita tentang Islam itu sendiri penuh kemarahan.
Maka kita membuat Islam seperti sesuatu yang cocok untuk orang-orang pemarah. Kita kutip hal-hal dari Islam yang membenarkan kemarahan kita, dan kita membuat misi Islam terdengar seperti, untuk melenyapkan musuh Islam. Tujuan Islam untuk menghancurkan kuffar, dan memperoleh kemenangan mutlak. Inilah Islam yang sesungguhnya, siapapun yang menekankan hal lain adalah munafik, mereka telah terjual, karena Islam datang untuk menguasai.
Ngomong-ngomong ini adalah pidato yang sangat berpengaruh. Saat mendengar pidato seperti itu, jika Anda seorang pemuda frustasi, Anda akan merasa itu sangat kuat, dan dia juga punya semua dalilnya… Mereka siap dengan semua dalil dan ayatnya, juga semua insiden dari sirah. Semua terdengar sangat menyakinkan, sangat menggugah, membuat Anda yang sedang frustrasi semakin marah. Itu salah satu pidato yang sangat populer di kalangan umat saat ini, sebuah pidato marah tentang Islam. Malangnya kemarahan kitalah… bagai tertutup lensa yang membuat semua terlihat marah, dengan lensa yang sama Anda mempelajari Qur’an dan sirah. Penglihatannya tercemari, tapi hal ini begitu populer.
2. Interpretasi Yang Kaku Atau Keliru Tentang Tuntunan Islam
Yang kedua… Saya akan bicara kenyataan dengan Anda. Saat berada di benua lain, saya takkan menyebut negaranya. Saat bicara dengan pemuda tentang dunia Arab yang membara, ISIS, dan sebagainya. Dan beberapa pemuda yang duduk di sana bertanya, apa yang salah dengan itu? Obrolan yang sangat santai… ya, apa yang salah dengan itu? Subhanallah…
Propaganda ini sangat buruk hingga sampai seperti itu.. Seorang yang berakal sehat akan berkata, ini gila… Apakah muslim benar-benar percaya hal ini? Mereka tergusur… semakin jauh dari agama. Ini salah satu masalah. Pembicaraan kedua tentang Islam, adalah saat pembicaraan itu mengatasnamakan Islam, namun sebenarnya tidak ada hubungannya dengan tradisi (Islam) kita ini.
2a. Wanita Beribadah Di Masjid
Saya beri contoh modernnya, saya punya seorang guru yang sangat saya cintai, saya berdoa buat beliau dan keluarga, Dr. Akram Nadwy, saya sangat terhormat bisa menyebutnya guru, setiap ada kesempatan saya kunjungi beliau di Inggris. Terakhir kali ke sana, saya punya beberapa pertanyaan buat beliau, salah satunya tentang wanita di masjid. Jadi saya akan beri satu contoh dari masalah ini, tentang interpretasi Islam yang kaku, dan topiknya adalah keberadaan wanita di masjid.
Sejalan pendewasaan saya, saya mendengar bahwa wanita di belahan dunia yang menjadi asal saya, Pakistan, dan termasuk India, Bangladesh. Di belahan dunia itu sangat lazim bahwa wanita tidak seharusnya berada dalam masjid. Saat saya ke Pakistan dengan keluarga, kita pergi belanja atau ke bazar di Lahore, lalu adzan magrib terdengar, saya bisa datang ke masjid. Isteri dan puteri-puteri saya, apa yang mereka lakukan? Duduk di mobil van?
Lebih separuh populasi di negeri ini tidak bisa shalat, tapi kita menyebutnya negara Islam. Kita tak mengijinkan mereka shalat. Jadi pendapat bahwa wanita tidak seharusnya datang ke masjid ini… Astaghfirullah, dari mana datangnya mereka? Mengapa mereka di sini? Dan sebagainya. Jika kita akan menerima mereka di masjid, apa yang kita lakukan? Kita dirikan sebuah dinding, pagar listrik, dan… hehehe…. rudal yang dikendalikan dengan laser, jadi jika mereka selangkah maju, maka…. argghhh….. hehehe. Kita butuh keamanan seperti ini karena kita tidak mau ada fitnah.
Saya bahkan diceritakan bagaimana ‘Umar radhiyallahu taala anhu biasanya menghentikan para wanita datang ke masjid dengan melemparkan batu kepada mereka. Menghentikan mereka ke masjid, saya dengar sendiri. Saya jawab, “Ya, masuk akal, masjid tempat kamu memupuk iman, hanya untuk pria tentu.”
Jadi… Lalu saya duduk dengan Dr. Akram tentang wanita di dalam masjid, apa yang saya pelajari? Dari didikan yang sama…. ngomong-ngomong mereka bilang kepada saya ini dari didikan ini…didikan ini… didikan ini…. saya takkan menyebut namanya. Tapi saya belajar dengan pria ini yang dulunya murid dari Muhalla Ibn Hazm rahimahullah yang karyanya luar biasa, namun sederhana.
Kesimpulan pertama, wanita punya hak sama untuk datang ke masjid seperti pria, tak ada pengurangan pahala bagi wanita untuk datang ke masjid, menurut narasi (perawian) yang otentik. Jika kaum pria memperoleh 25-27 lipat pahala untuk sholat berjamaah demikian pula para wanita. Tak ada bedanya, dan ini pendapat tradisional, bukan pendapat baru. Wanita punya pilihan untuk datang atau tidak, tapi sebenarnya mereka dianjurkan untuk datang.
Hal kedua, Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam hadis otentik. Wanita biasa meninggalkan rumahnya tengah malam, berjalan kaki untuk melakukan sholat fajr di masjid, untuk sholat di belakang Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Dan berjalan tengah malam itu berbahaya, tapi para wanita ini biasa melakukannya, dan mereka harus melewati selokan sehingga baju mereka menjadi kotor. Saat memasuki masjid mereka berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Apakah kami harus sholat di rumah karena baju kami terkena air selokan, jadi mungkin shalat kami takkan dihitung.”
Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata kepada mereka, “Sesungguhnya sisa jalan yang kering akan membersihkannya, kalian seharusnya tetap ke masjid.”
Saya kira tak banyak di antara Anda sudah mendengar ini sebelumnya, karena saya selama ini juga belum mendengar. Meski itu ada di hadis shahih dan otentik. Kita menegaskan beberapa hal di dalam tuntunan, dan kita abaikan bagian yang lain agar tekanan terhadap wanita tetap terjadi, dan kita membuatnya terdengar Islami padahal tidak.
Tentang ‘Umar radhiyallahu anhu, isterinya sangat muda dan dia sangat posesif terhadap isterinya. Dan dia adalah pimpinan khilafah, dia amiral mu’miniin, kepala negara. Masyarakat mendengarkannya, dia juga kepala negara, jadi mendengarkan dia bagaikan mematuhi hukum.
Dan isterinya sangat suka pergi sholat ke masjid. Dia biasanya berkata, “Janganlah pergi, tinggallah di rumah…”
Jawab isterinya, “Tidak, saya pergi.”
Dan dia tak bisa mencegahnya. ‘Umar radhiyallahu anhu sebagai kepala negara tidak bisa mencegah isterinya datang ke masjid. Ini adalah hak yang diberikan Rasul shallallahu alaihi wasallam, “Siapa saya hingga bisa mengambilnya?”
Jadi dia membuat rencana yang cukup cerdik, suatu hari dia bersembunyi di sebuah lorong dengan beberapa kerikil di tangan. Saat isterinya muncul dilemparkannya kerikil tersebut ke arahnya dari sudut tersembunyi, isterinya kaget dan berlari pulang. Masalah teratasi, dia berhenti datang ke masjid.
Tiga hari kemudian dia tahu itu suaminya, dia kembali datang ke masjid, hehehe. Tapi saya biasa mendengar versi berbeda kisah ini, di mana ‘Umar berada di lantai 2 masjid dan dia berteriak kepada para wanita yang datang ke masjid, “Keluar dari sini!”
Seperti… hehehe. Itulah versi yang diceritakan pada saya dulu.
2b. Shaf Terbaik Untuk Wanita Dan Pembatas Shaf
Di atas semua ini Rasul shallallahu alaihi wasallam berkata, “Barisan terbaik untuk para wanita adalah yang paling belakang dan yang terbaik untuk pria adalah yang pertama.”
Ini menarik karena jika baris terakhir terbaik untuk wanita, itu hanya masuk akal jika pria dan wanita berada di ruang yang sama. Jika hanya wanita di ruang itu, tak masuk akal jika barisan terbaik untuk wanita adalah yang terakhir. Hanya masuk akal jika mereka menggunakan ruang yang sama. Sekarang, jika ada pembatas antara keduanya, juga tidak masuk akal…
Saya dengar beberapa orang sudah tidak nyaman… tenang… tenang… Sangat canggung untuk pergi sekarang, jadi bertahanlah. Jadi ini masalahnya… Ada beberapa narasi yang saya berikan dan kesimpulan beberapa di antaranya. Nabi shallallahu alaihi wasallam mengimami shalat dan di belakang ada beberapa pemuda yang berumur 18-19 tahun… ya begitulah sedang masa hormonal…
Jadi kawan kita ini sujud, tapi saat sujud dia melirik para wanita. Jadi dia di barisan belakang dengan niat akan punya pandangan bagus akan apa yang terjadi di belakang sana. Dan dia ketahuan. Ketika mereka menangkapnya, mereka harus… Saddul asbaab, kita harus mencegah fitnah ini terjadi lagi, jadi harus ada semacam dinding pembatas seperti yang dibuat Dzulkarnain sehingga bahkan Ya’juuj dan Ma’juuj tak bisa masuk.
“Fa masthoo’uu ay yazh-haruuhu wa masthoo’uu lahuu naqbaa.” (QS Al Kahfi ayat 97)
Mereka takkan mampu menyisik atau membornya. Dinding seperti itu? Tidak… Tempatkan saja pria ini di depan, masalah selesai.
Lalu masalah ini semakin mereba. Beberapa sahabat biasa memakai semacam pakaian yang disebut lungi (semacam sarung, versi Desi/Asia Selatan) karena miskin, jadi tak punya segala macam pakaian. Jadi mereka membungkus tubuh mereka dengan ini. Beberapa juga tak punya kemeja, tapi mereka shalat. Lalu mereka sujud, sehingga sangat mungkin auratnya terlihat jika pakaiannya begitu.
Jadi para wanita mengeluh, saat kami berdiri dari sujud, hal buruk terjadi. Ini terjadi di masjid Nabi shallallahu alaihi wasallam. Saat ini menjadi masalah, apakah solusinya mudahnya untuk meletakkan tirai di sana? Tidak, solusinya adalah para wanita harus sujud lebih lama. Biarkan para pria bangkit dahulu, baru kalian.
Apa?! Jika itu kita, sudah kita bangun masjid baru untuk mereka atau lainnya… Atau menggali lubang dan memasukkan para wanita di sana… Mereka tak boleh berada di sini, mengapa mereka di sini? Ada perdebatan tentang tempat para wanita di rumah Allah dan faktanya dalam sejarah Islam.
Misalnya salah satu guru Imam Ibn Hajar Asqalani rahimahullah, seorang muhadditsah, seorang wanita. Dia diminta datang dan mengajar lebih dari 400 ‘ulama hadits di masjid Nabi shallallahu alaihi wasallam. Para muhadditsiin menyampaikan bahwa dia biasa meletakkan ‘Bukhari’ di bagian kepala kubur Nabi shallallahu alaihi wasallam, lalu duduk di sebelahnya dan mengajar di masjid Nabawi, kepada 400 pria dan wanita. Seorang wanita mengajar hadits di masjid Nabawi kepada 400 pria dan wanita. Di depan masjid. Itulah sejarah kita.
2c. Posisi Anak-Anak Dalam Shaf Sholat Berjamaah
Yang ingin saya sampaikan dengan ringkas bahwa kita punya interpretasi Islam yang disampaikan sebagai tradisi Islam kita, tapi sesungguhnya tidak ada hubungannya dengan tradisi kita. Dikatakan kepada kita, ini yang harus kamu lakukan jika kamu serius terhadap Islam. Inilah tradisi otentik tapi bukan… jika Anda pelajari lebih dalam, bukan…. Dan itu sangat tidak adil, karena bagi setiap orang yang berpikir… – ngomong-ngomong saya hanya memberi satu contoh, ada sangat banyak contoh lain banyak sekali contoh lain… –
Seperti bagaimana mereka memaksa anak-anak mundur ke baris belakang? Saat mau shalat anak-anak ini mulai dari depan ke belakang. Nabi shallallahu alaihi wasallam mengatakan orang yang di sebelahnya haruslah dewasa, mengapa? Jika dia tak bisa menuntaskan sholat, apa yang seharusnya terjadi? Orang dewasa yang di belakangnya bisa mengambil alih.
Tidaklah bijaksana untuk menempatkan anak-anak di belakang, lalu mereka berkelahi sesamanya. Bukan itu kebijakannya. Tapi kita membuatnya demikan. Pria di depan, anak-anak di belakang, wanita… entahlah mungkin di parkiran, subhanallah….
Saya suka membuat masalah, saya sendiri menyukai masalah, entahlah… Setelah mempelajari hal ini saya diundang ke pertemuan para cendekia Islam yang sangat konservatif. Saya sampaikan masalah ini… kenapa tidak?
Saya bicarakan semua ini, ingin melihat seberapa keras mereka bereaksi. Pada akhir pembicaraan beberapa ulama terkemuka yang selalu saya dengar membicarakan hal sebaliknya mengatakan, “Ya, itu masuk akal.“
Saya seperti tak percaya, “Semua masuk akal? Kenapa Anda tak pernah mengatakannya?”
“Ya, jika wanita berpakaian lebih baik, akan lebih baik bagi mereka untuk datang ke masjid.”
Saya, “Sebentar, cara orang berpakaian adalah sebuah tindakan, kita tahu tindakan diilhami oleh keyakinan bukan? Keyakinan yang teguh akan membawa ke tindakan yang lebih baik, sederhana bukan? Cara meningkatkan keyakinan adalah pergi ke masjid, ke rumah Allah, begitu caranya menguatkan keyakinan Anda.”
Jika rumusnya mengatakan, “Mereka tidak boleh datang ke masjid karena tindakan mereka tidak cukup baik, di mana Anda harapkan mereka akan meningkatkan iman mereka, jika pintu masjid ditutup untuk mereka.”
Saya kaget saat datang ke Malaysia dan melihat begitu terbukanya akses pria dan wanita ke rumah Allah. Saya terkagum-kagum karena jika saya mengelilingi Amerika Serikat, saya datang ke masjid di komunitas Islam Amerika, di mana jika wanita datang akan ada istighfar sepanjang malam.
“Apa yang kamu lakukan? Tidak, tidak, kita tidak mengijinkan itu di sini. Itu fitnah yang besar, letakkan mereka di tempat lain.”
Ini salah satu masalah, tapi ada ratusan masalah lain, di mana dikatakan pada kita inilah pandangan Islam, tapi saat Anda menggalinya ternyata berbeda.
Ada 3 masalah, ini yang kedua. Yang pertama, Islam dengan kemarahan yang berlebihan. Yang kedua, Islam yang terlalu kaku yang tidak mencerminkan tradisi sesungguhnya. Yang ketiga dan mungkin yang paling berbahaya, adalah membaca tuntunan secara harfiah, dengan kata lain, ini yang dikatakan, ini artinya, selesai. Selesai, kita tak perlu menggali lebih jauh.
d. Harga Kesaksian Seorang Wanita = 1/2 Kesaksian Pria?
Contohnya, saya akan beri contoh masalah wanita lagi karena hal ini saya pelajari dengan Dr. Akram baru-baru ini. Qur’an bicara tentang… – sesuatu yang pernah Anda dengar, tunjuk tangan bila pernah dengar – kesaksian seorang pria berharga 2x kesaksian seorang wanita, pernah dengar? Bagus…
Ayatnya termasuk surat Al Baqarah. Al Baqarah termasuk surat terpanjang, di tengahnya:
“An tadhilla ihdaahumaa fa tudzakkiro ihdaahumal-ukhroo.” (QS Al Baqarah ayat 282)
“Fa il lam yakuuna rojulaini fa rojuluw wamro ataani mim man tardhouna minasy-syuhadaa’i.” (QS Al Baqarah ayat 282)
Jika kamu tak bisa menemukan 1 pria, carilah 2 wanita. Jika salah satunya bingung yang lain bisa mengingatkannya, ini bagian dari ayat itu. Ngomong-ngomong ayat ini tentang transaksi bisnis. Ayat Madaniyah, ada konteks yang panjang tentang ayat ini. Dan ayat ini telah digunakan sebagian orang untuk meramalkan kemungkinan bahwa karena konteks urusan bisnis di Madinah, maka akan menjadi prinsip universal bahwa kesaksian wanita berharga separuh kesaksian seorang pria, berdasar ayat ini.
Saya punya satu masalah sederhana tentang ini. Jika Anda punya transaksi bisnis seharga 100 dolar, dan pencatatan sangat penting, jika punya perjanjian harus dituliskan.
“Yaa ayyuhalladziina aamanuu idzaa tadaayantum bidainin ilaa ajalim musamman faktubuuh.” (QS Al Baqarah ayat 282)
Tuliskan, baik. Berapa harga transaksinya? 100 dolar. Sekarang katakan pada saya berapa harga sebuah hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam? Dan jika Anda butuh saksi untuk transaksi 100 dolar, bukankah Anda perlu saksi yang lebih kuat untuk sebuah kutipan langsung dari Nabi shallallahu alaihi wasallam? Bukankah ini lebih berharga? Bahkan tak ternilai harganya. Bagaimana mungkin bahwa dalam pengetahuan Islam, Aisyah radhiyallahu taala anha merawikan bagian hadits yang sangat besar sebagai satu (bukan dua) orang perawi wanita? Mengapa kesaksiannya tidak berharga setengah dari kesaksian pria? Mengapa tak seorang pun membahas masalah ini?
Seluruh tradisi Islam akan punah jika Anda lakukan itu. Ini bahkan tidak masuk akal… Ada konteks yang sangat terbatas untuk aplikasi ayat ini, tapi kita mengambil dan mengaplikasikannya pada sesuatu yang sangat berbeda. Itu adalah kekakuan beberapa orang dan ngomong-ngomong ini sudah dibicarakan oleh para cendekia. Saya tidak mengungkitnya saat ini saja, ini sudah dibicarakan. Tapi apa yang terjadi? Ada orang-orang… – saya akan terdengar menghina tapi saya harus mengatakan yang harus dikatakan, maaf -. Sungguh, saya minta maaf sedikit, sebagian besar tidak.
Menjembatani Jarak Antara Cendekia Islam Dengan Masyarakat Muslim
Jika mempelajari hukum, Anda bisa memperoleh gelar rekanan pengacara, sarjana, master, atau doktor bukan? Bahkan setelah memperoleh sertifikat Anda bisa menjadi pengacara, seorang hakim banding, hakim daerah, atau hakim agung bukan? Adakah perbedaan masing-masingnya?
Orang yang punya gelar rekanan tidak bisa dibandingkan dengan hakim agung, Anda paham bedanya? Apa yang terjadi sekarang… mereka yang bicara tentang hukum Islam, mereka yang menggambarkan masalah ini kepada kita, sebagian besar mereka tidak lebih dari memiliki ‘gelar rekanan’.
Jadi mereka hanya bicara pada tingkat rendahan, tapi jika Anda datang kepada para cendekia di tingkat atas, Anda memperoleh gambaran yang bertolak belakang tentang Islam, dan Anda berpikir, “Mengapa kita tidak datang kepada cendekia teratas ini?”
Ini alasannya, cendekia teratas terlalu sibuk belajar, membaca, dan meneliti, tapi tidak menjelaskan dan membicarakan apa yang mereka lakukan, karena mereka para peneliti yang sangat sangat luar biasa. Mereka adalah jenius aneh yang anti sosial…
Saat mereka bicara, apa yang dilakukan sebagian besar orang? Zzzz….mendengkur, itulah yang terjadi. Kita tidak mendengarkan mereka karena mereka terlalu ilmiah. Itulah yang terjadi, ada jarak antara populasi muslim dengan intelenjensi atau cendekiawan Islam di dalam ummat.
Di sinilah kita akan membicarakan pemecahannya. Jika pemahaman yang tidak cerdas dan dangkal dari Islam, Qur’an, dan sunnah. Jika pemahaman penuh kemarahan atau harfiah Qur’an, Islam, dan sunnah. Jika itu yang disajikan tak heran orang-orang akan meninggalkan Islam, tak heran mereka menolaknya, tak heran bahwa Islam tidak terlihat sesuai dengan fitrah, tak sesuai dengan nalar. Tapi kita harus menyelesaikan masalah ini.
Maka bagian terakhir pembicaraan saya adalah tentang solusi masalah. Bagaimana mengembalikan nuansa berpikir cerdas tentang agama kembali. Kembali seperti sedia kala bagi umat ini. Bagaimana memaparkan umat ini kembali untuk membuat sunnah benar-benar indah. Sehingga mereka tak perlu heran, “Saya terima karena itu hadits tapi membuat saya tak nyaman.”
“Saya tahu itu ada di dalam Qur’an tapi saya tidak bisa terlalu….”
“Susah untuk menerimanya bagi saya.”
Saya tak ingin itu terjadi. Setiap kata dari Rasul shallallahu alaihi wasallam, setiap kata dari Allah harusnya sangat kita cintai. Kita harus mencintainya dari lubuk hati terdalam, bukan tidak ikhlas menerimanya, itu bukan keyakinan…. Yakin artinya kita mencintai segala yang diturunkan.
Jadi apa solusinya? Saya akan mulai dengan sesuatu yang sepertinya tidak terkait. Saya tahu sepertinya tak masuk akal, tapi nanti pada akhirnya. Anda familiar dengan perusahaan farmasi bukan? Sebuah perusahaan farmasi menghabiskan ratusan juta dolar untuk penelitian obat migrain seperti tylenol atau sebangsanya. Mereka menghabiskan uang, penelitian, peneliti di laboratorium melakukan pekerjaan mereka. Ahli biokimia dan peneliti lainnya bekerja di laboratorium, dan mengumpulkan tumpukan demi tumpukan data bukan?
Setelah penelitian 4-5 tahun, mereka akhirnya menghasilkan sebuah pil. Pil ini takkan hanya disimpan di laboratorium, pil itu keluar dari lab menuju bagian pemasaran. Dan eksekutif lab akan berdiskusi dengan eksekutif pemasaran. Eksekutif pemasaran tak memahami kimia, biologi, dan fisiologi. Mereka akan bertanya apa yang dilakukan pil ini? Pil ini akan melepaskan… Tidak, jelaskan dalam bahasa sederhana…
Apakah lebih baik dari advil (merk pil)? Ya. Berapa lama efeknya? Dalam satu jam? Bagus, catat! Lalu mereka mengemas pil ini bukan? Mereka memilih warna yang cocok, menegosiasikan dengan CBS dan Wallgreens. Pada rak ke berapa item ini akan diletakkan. Mereka menentukan hari apa, program TV apa, program online apa untuk mengiklankan produk ini. Mereka melakukan kampanye blitz, dan tujuan mereka nantinya jika ada seorang petani di pinggiran Punjab yang sedang sakit kepala dia, yang meskipun tidak bisa bahasa Inggris, tapi dia tahu apa itu tylenol, ya atau tidak?
Apakah petani itu pernah membaca tulisan ilmiahnya? Tidak, pil itu harus dikemas sedemikian rupa sehingga setiap orang di dunia akan paham. Produk (pil) ini adalah hasil dari banyak penelitian, tapi penelitian itu tidak berhubungan dengan banyak orang, yang terkait dengan orang-orang adalah jelaskan itu dalam bahasa saya.
Sekarang ada jarak antara kecerdasan tertinggi di dunia muslim yang memiliki penyelesaian untuk sebagian besar masalah ini, yang sudah ada di dalam pidato-pidato mereka. Masalahnya pidato mereka hanya terjadi dengan 4-5 murid mereka yang juga jenius aneh seperti gurunya dalam berbicara dan tak seorangpun paham apa yang mereka bicarakan.
Saya sendiri memiliki sebelah kaki di dunia ini dan sebelah yang lain di dunia mereka. Sehingga saat saya pergi ke dunia cendekiawan, saya duduk dengan cendekia yang punya 600 ijazah, saya tak habis pikir, mengapa dunia tak tahu hal ini, orang-orang harus tahu hal ini.
Jika mereka mengatakan ini takkan terjadi, maka yang harus kita lakukan kita harus belajar secara paket… Kita harus menggunakan yang paling pintar di antara kita, kita pecah masalah jadi dua. Tolong pahami saya, ini rencananya insya Allah. Bagaimana agar orang-orang bisa paham…- Anda ingin saya berhenti bukan? Dua menit lagi –
Ini rencananya, ini yang harus kita lakukan, sangat sederhana…Saat ini kita mengharapkan satu orang bisa melakukan segalanya, kita harapkan seorang syekh menjadi cendekia teratas, guru terbaik, dan semua yang ter…
Kita ingin semuanya ada pada berapa orang? Satu orang. Dengar itu terjadi di zaman Nabi shallallahu alaihi wasallam yakni Nabi shallallahu alaihi wasallam sendiri dan beberapa orang hebat di antara umat. Tapi jika saat ini ingin mempertahankan peradaban Islam kita harus bisa melakukan pembagian.
Ada orang-orang yang sangat cerdas, jenius, peneliti, pemikir, yang punya solusi masalah-masalah ini. Dan ada orang-orang yang seperti Jon Stewart (pembawa acara The Daily Show) di depan kamera yang bisa menggapai jutaan orang dan menyampaikan apa yang dibicarakan oleh para cendekia ini dalam bahasa yang bahkan seorang bodoh seperti saya bisa paham dan memikirkannya, lalu merubah perilaku saya.
Kita harus menangkap pesannya, lalu bahkan menggunakan film, kartun atau film, acara TV, talk show. Saya tidak bicara tentang talk show Islami. Saya tak tahan kartun Islami, hal yang sangat membosankan dalam hidup saya.
“Assalaamualaikum wa rahmatullah wabarakatuhu…”
Apa itu? Mengapa saya harus menontonnya? Mengapa saya harus memaksa anak-anak saya menontonnya? Putar saja Tom & Jerry atau sebangsanya, yang itu sangat membosankan. Konsep kita tentang media Islami adalah melakukan hal yang konyol dan berkata, “Selamat Hari Raya.”
“Wah TV Islami!”
Bukan itu yang saya maksud, yang saya maksud konsep ini bisa dimasukkan ke dalam media modern, kita tak bisa merubah media, dunia hiburan, tapi kita bisa mempengaruhinya jika punya rencana bagus. Mempengaruhi itu mungkin, sangat mungkin dan saat ini sangat dibutuhkan, mutlak dibutuhkan.
Dan ada gerakan lain yang melakukannya, dan lebih baik dari kita. Contohnya orang atheis yang sangat filosofis. Salah satu cara menyebarkan atheis ke seluruh dunia adalah melalui media hiburan. Film TV House seperti representasi atheisme. Seorang dokter yang sangat pintar, dan setiap ada kesempatan dia mengolok-olok agama.
Saya sudah hampir selesai, saya ingin katakan insya allah ta’ala bahwa ada masalah, masyarakat telah terputus dari informasi. Ada informasi tentang Islam yang tidak cerdas yang disebarkan. Tapi juga ada pemecahan masalah, dan kita sebagai ummat, khususnya komunitas muslim Amerika harus mulai berpikir serius untuk berinvestasi dalam pengetahuan Islami, berinvestasi dalam masyarakat kita, investasi dan menyediakan media yang benar. Ini waktunya berhenti mengeluh tentang media, dan waktunya untuk menguasainya, insyaalahu ta’ala.
Barakallahuli walakum. Assalaamualaikum wa rahmatullah wabarakatuhu.