Dalam menjalin perbincangan, saran saya jangan memberikan respon yang terlalu pendek. Beberapa kali saya mendapat curhat, tentang teman yang jengkel karena pesannya hanya dibalas dengan satu huruf “Y” atau “G”. “Y” untuk iya, dan “G” untuk nggak.
Saya pernah mendapat curhat. Di acara sebuah kepanitiaan misalnya, si cewek sudah bicara panjang bla-bla-bla, nanti begini begitu sampai menghabiskn 3 karakter sms. Dan pria hanya membalas “Y”, Lalu teman saya komen, “Saya sudah bicara panjang lebar dan dia hanya membalas Y?”
Maka saran saya jgn dibalas dengan satu huruf “Y” setidaknya balas dengan kata, “Iya,” Atau “Iya terimakasih.”
Karena panjang pendeknya sebuah respon menunjukkan seberapa interest seseorang dalam menjalin sebuah pembicaraan. Coba kita bandingkan dua dialog berikut:
*dialog 1:
X: “Kamu sudah sampai rumah?”
Y: “Sudah.”
*dialog 2:
X: “Kamu sudah sampai rumah?”
Y: “Sudah, terima kasih ya tadi sudah diantar, kamu lagi apa?”
X: “Lagi lembur nih.”
Y: “Semangat ya, jangan lupa makan, ya. Jaga kesehatan, ya. Semoga aktivitasnya berkah.”
Bagi kebanyakan wanita, dialog kedua terasa lebih mendamaikan. Saya jadi teringat dengan kebiasaaan saya. Kalau saya kangen dengan my best friend, saya akan memperlama pembicaraan kita ditelpon. Saya akan mulai menanyakan dan bercerita banyak hal. Termasuk hal yang tidak penting. Sampai teman saya tahu, “Kamu hanya ingin ngobrol lebih lama ya ‘Din, kamu masih kangen ya?”
Lalu aku jawab iya sambil ketawa.
Sepertinya dia hafal tabiat saya, Jika saya masih ingin bersama dengannya, saya selalu membuat pembicaraan kita lebih lama. Well, hal ini membuat saya teringat dengan kisah Musa ‘alaihissalam.. Musa adalah satu-satunya Nabi yang bisa berbincang kepada Allah secara langsung. Di dalam surat Taha terdapat ayat yang menceritakan perbincangan Allah dan Musa ‘alaihissalam yang cukup panjang. Dari ayat 11 sampai ayat 47. Di sana ada kata-kata bagaimana Allah menyapa Musa, menceritakan kembali sejarah Musa, dan menenangkan Musa.
Bisa dibayangkan, jika ada seseorang yang bilang ke kita, “Aku tahu kamu, dulu kamu lahirnya susah. Saya yang dulu meminjami uang ke ibumu buat biaya operasi.”
Kalau ada orang yang belum kita kenal bercerita seperti itu ke kita, rasanya akan menambah kenyamanan bukan?
Itu salah satu cara Allah menjalin perbincangan dengan Musa, ketika Ia mengingatkan bagaimana Ia memberi ilham pada ibunya untuk menyusui Musa. Di sana juga ada ayat yang menceritakan aduan Musa, ia takut jika Fir’aun akan menyiksanya. Lalu Allah memberi kata penenang untuk Musa, “Jangan takut Musa.”
Allah juga mengajari kata-kata apa yang harus disampaikan saat nanti ia menghadap pada Fir’aun. Sungguh Allah begitu sabar menjalin perbincangan yang panjang kepada Musa.
Pada Taha ayat 17 Allah bertanya tentang apa yang dipegang Musa. Lalu Musa menjawab dengan jawaban yang panjang, seolah-olah Musa ingin memperlama perbincangannya dengan Allah, “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya dan aku merontokkan daun-daun, untuk (makanan) kambingku. Dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain.”
Source: Nouman Ali Khan
Sebenarnya Allah juga telah sangat bersabar menjalin perbincangan kepada kita. Lewat Al Qur’an. Dulu sewaktu kecil saya sempat berpikir, kenapa Qur’an itu tebal sekali. Kenapa ayatnya bisa sangat banyak.
“Hey, bukankah itu sebuah bukti, jika Allah sudah sangat bersabar dalam menjalin perbincangan dengan kita?”
Sebenarnya ada satu hal yang membuat saya penasaran. Bisakah saya nanti bertemu Allah? Saya rindu Allah (saya rindu Allah tapi belum siap mati cepat). Tapi saya ingin segera ditemui Allah, sebagaimana yang Ia janjikan, bahwa Allah akan menemui orang yang berusaha bertemu dengan-Nya. Di dalam Qur’an dan hadist, Allah akan menemui setiap hamba yang telah berjuang untuk bisa bertemu dengan-Nya. Kemudian Allah akan menyucikan hati hamba-Nya tersebut. Lalu Allah akan mengajak hamba itu berbicara.
Saya penasaran apakah Allah nanti akan mau menemui saya dan mengajak saya berbicara. Apa nanti Allah mau menyapa saya? Sebagaimana yang ia firmankan dalam QS Al Fajr di ayat terakhir:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.”
Allah itu begitu mesra. Bisakah nanti saya memperlama perbincangan saya dengan-Nya?
#arkandini
Ditulis oleh: Arkandini Leo