Assalaamualaikum semua. Pada Tur Teluk saya di Kuwait, ada pertanyaan menarik dari seseorang. Saya merasa perlu bagi jawaban itu dengan semuanya. Pertanyaannya adalah saat membaca Al Qur’an dapat Anda temukan bahwa Allah menyebut dirinya dengan kata ‘He‘ (Dia), misalnya… ‘He‘ (Dia) adalah pencipta langit dan bumi, atau ‘He‘ (Dia) adalah satu.
Kata ‘He‘ secara jelas adalah kata maskulin. Mengapa kita menggunakan kata maskulin untuk Tuhan padahal kita tahu Allah tak mengenal jender? Saya pikir pertanyaan ini sangat menarik dan telah dipikirkan dengan matang. Saya membuat video ini untuk menyampaikan kepada Anda cara untuk menyikapi masalah ini.
Judul Asli: Why Does the Quran Refer to Allah as “He”? – NAK – Gulf Tour Q&A
Video Asli: https://www.youtube.com/watch?v=CY-Vhtc2O7c
Pertama, kita harus pahami bahwa tata bahasa dalam bahasa Arab dan Inggris berbeda. Dalam bahasa Inggris, Anda bisa gunakan tiga pilihan, yaitu ‘he‘, ‘she‘, atau ‘it‘.
‘He‘ berkonotasi pria, ‘she‘ berkonotasi wanita, dan ‘it‘ tak ada gender… cocok untuk dipilih, tapi masalahnya ‘it‘ khusus untuk benda mati. Jadi, tidak tepat untuk Allah karena memberikan asumsi sebagai benda mati.
Ketiga kata itu tidak ada yang tepat untuk mewakili kata Tuhan. Hal seperti ini yang membuat saya lebih yakin kenapa Allah memilih bahasa Arab untuk wahyu yang diturunkan-Nya. Tata bahasa Arab sangat berbeda dengan tata bahasa Inggris.
Pertama, mereka tak punya kata ganti ‘it‘. Bahasa Arab hanya punya ‘she‘ dan ‘he‘. ‘Huwa‘ dan ‘hiya‘. Dalam bahasa Arab, tak ada benda mati dengan kata ganti dengan jender netral.
Kedua, yang harus Anda ingat dalam tata bahasa Arab, kata ‘He‘ atau ‘Huwa‘ memiliki dua fungsi. Mohon perhatikan bagian ini karena agak rumit. Ada dua fungsi.
Sebagai fungsi pria dan juga sebagai fungsi jenis maskulin. Sebelum berfungsi sebagai pria, tujuan utamanya adalah untuk mengkomunikasikan maskulin.
Jadi bangsa Arab membedakan dalam tata bahasanya antara pria dan maskulin, sebenarnya ini tak beda jauh dari bahasa Spanyol. Mereka mempunyai ‘El libro‘ (buku) dan ‘La Biblioteca‘ (perpustakaan), mereka mengambil benda dan menentukan jendernya. ‘Buku‘ maskulin dan ‘perpustakaan‘ feminin.
Dalam tata bahasa Arab, kata ‘huwa‘ dapat digunakan untuk benda yang memiliki jender dan yang tidak, dan bagi mereka maskulin tak berarti jender biologis, tapi merupakan konsep tata bahasa.
Jadi seorang anak lelaki adalah pria. Tapi, sebatang pohon adalah benda (it), di dalam bahasa Arab syajaroh (pohon) adalah feminin.
Tak berarti pohon itu wanita, tapi bagi mereka pohon adalah feminin. Sama dengan matahari yang juga feminin. Ash Shams (matahari) juga feminin. Bukan karena secara biologis matahari itu wanita. Jadi, maskulin dan feminin berbeda dengan pria dan wanita.
Pertanyaan lainnya, karena dalam bahasa Inggris, mereka gunakan kata ‘he‘ untuk pria, maka kata ‘huwa‘ dalam bahasa Arab juga diartikan sebagai pria. Bukan ini maksudnya.
Kata itu digunakan untuk maskulin atau pria. Lalu, masih ada pertanyaan mengapa menggunakan kata maskulin bukan feminin saja? Di sini pemahaman linguistik dan keseluruhan struktur bahasa Arab dibutuhkan.
Sebagai ikhtisar, bahasa Arab adalah sebuah konsep mempunyai prinsip tertentu yang mendikte cara keseluruhan bahasa tersebut diatur. Salah satu prinsip tuntunannya adalah maskulin merupakan standarnya. Misalnya kata ‘unless‘ (kecuali) seperti hukum kelembaman, di mana tubuh tetap stasioner sampai daya menggerakkannya. Seperti itu, di mana Anda punya …
Suatu kata akan tetap menjadi maskulin sampai ada pertimbangan bahwa kata itu feminin. Kata itu tidak keluar dari jender maskulin kecuali ada alasan secara tata bahasa.
Fakta bahwa maskulin digunakan untuk Allah, kata ‘huwa‘ untuk Allah menunjukkan kata tersebut dalam bentuk standarnya. Seperti itu seharusnya.
Penggunaan kata feminin justru akan menimbulkan masalah. Bentuk alami dari kata tersebut akan ditinggalkan, bentuk standar yang netral dalam bahasa Arab, menjadi ke dalam bentuk yang tidak netral, yaitu bentuk feminin dalam bahasa Arab.
Masalah ini tidak ada di dalam bahasa Arab, tapi, ada dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, sejak lahirnya Al Qur’an tak ada yang mengaitkan kemaskulinan kepada Allah. Bahkan di antara penyembah berhala dari kaum Arab. Mereka tak punya masalah ini, karena mereka tahu saat membicarakan yang bersifat ketuhanan, kata yang pantas untuk-Nya adalah yang tak terbatas pada suatu konotasi, dalam bahasa Arab kata itu adalah ‘huwa‘.
Dalam bahasa Inggis, ada keterbatasan dan harus gunakan kata ‘he‘ karena tak ada kata lain yang lebih baik. Pada akhirnya bagi saya, kegunaannya hanya satu, bahwa pada akhirnya takkan ada kata yang setara dengan kata Allah sesuai dengan yang diwahyukan-Nya.
Barakallahu lii walakum, Assalaamualaikum wa rahmatullah wabarakatuhu.
untuk videonya sepertinya perlu diupdate. terima kasih.
LikeLike
Maaf jika saya salah, kenapa tidak di refer nama saja ? “Allah”
LikeLike