[Transkrip Indonesia] Mereka Yang Menolak Untuk Berpikir (Surah Yasin) – NAK – Part 10


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillaah, was shalaatu was salaamu ‘ala Rasulillah, wa’alaa aalihi washahbihii ajma’iin, tsumma amma ba’d.

Tidak Semua Ayat Al Qur’an Menyuruh Melakukan Tindakan

Seorang saudari memiliki pertanyaan yang sangat brilian. Saya kira saya akan memulai sesi ini dengan menjawabnya dan membantu semua orang tentang cara memahami Qur’an. Pertanyaannya, kita mempelajari semua kearifan, wawasan filosofis, dan sebagainya. Apa manfaat praktisnya? Anda menghabiskan waktu mempelajari dan menggambarkan semua ini, praktisnya apa yang bisa saya bawa pulang? Apa poin-poin yang bisa saya bawa pulang? Saya percaya ini adalah keprihatinan umum, saya juga percaya ini terkait dengan slogan tertentu yang bermasalah, yang sangat lazim pada masyarakat muslim.

Judul Asli: People Who Refuse to Think (Surah Yasin) – Nouman Ali Khan – Part 10
Video Asli: https://youtu.be/ybgPBspm594

Slogannya, kita harus mempelajari setiap ayat Qur’an dan mengamalkannya. Masalahnya tidak semua ayat mengajak Anda melakukan sesuatu. “Alif Laam Miim” (ada 6 ayat Quran mengandung kata ini -red) tidak mengajak melakukan sesuatu.

Fa tawallaa biruknihii wa qaala saahirun aw majnuun(un).” (QS Adz Dzaariyaat ayat 39)

Fir’aun berpaling dan berkata Musa ‘alaihissalam seorang penyihir atau orang gila. Apakah ini menyuruh Anda melakukan sesuatu? Anda paham?

Allah menciptakan pepohonan dengan buah yang terbungkus indah. Mungkin aksinya, ayo makan buah tersebut… Kepada apa anda diajak oleh Qur’an? Qur’an memiliki tujuan tertentu. Tujuannya ditentukan oleh Qur’an sendiri.

La’allakum tattaquun(a).” (ada 7 ayat Quran mengandung kata ini -red)

La’allakum ta’qiluun(a).” (ada 8 ayat Quran mengandung kata ini -red)

La’allakum tatafakkaruun(a).” (QS Al Baqarah ayat 219 dan 266)

La’allakum tadzakkaruun(a).” (QS An Nuur ayat 27)

Qur’an sendiri yang menyuruh agar anda berpikir, bercermin, agar anda merenung, agar anda melindungi diri sendiri, agar anda berlaku benar.

Kadang ayat mengajak berbuat sesuatu, pada saat lain Allah hanya ingin anda berpikir. Dia berkata, “Aku ingin kamu berpikir.

Kali berikutnya Dia berkata, “Aku ingin kamu merenung.

Allah mengeluh dalam Qur’an, “A fa laa yatadabbaruunal-qur’aan(a).” (QS An Nisaa ayat 82 dan Muhammad ayat 24)

Mengapa mereka tidak bercermin jauh ke dalam Qur’an?

Am alaa quluubin aqfaaluhaa.” (QS Muhammad ayat 24)

Apakah hati mereka terkunci?

Saat kita bicara tentang melaksanakan sesuatu, kita bicara tentang sesuatu yang anda lakukan. Tapi aksi adalah hasil dari sikap, emosi, dan pemahaman kita. Dan sebagian besar Qur’an merubah sikap kita, merubah pemahaman kita. Membuat kita menghargai kekuatan Allah, membuat kita menghargai kebijaksanaan Allah. Kebijaksanaan tersebut merubah cara kita melihat dan bereaksi terhadap segala sesuatu. Jadi tidak semuanya menyuruh berbuat sesuatu. Saya tidak percaya itu sama sekali.

Ada sangat banyak ayat dalam Qur’an yang tidak menyuruh sesuatu, tapi untuk dipikirkan, banyak yang untuk dipertimbangkan, banyak yang untuk diingat. Semua ini adalah penerapan yang sah dari Qur’an. Itu juga termasuk menerapkan Qur’an ke dalam perbuatan. Tujuan dari latihan ini ada dua hal. Saya ingin menggarisbawahi karena Allah sebutkan di awal.

Wal-qur’aanil-hakiim(i).” (QS Yaa Siin ayat 2)

Qur’an yang penuh kebijaksanaan (wisdom).

Saya ingin menggarisbawahi beberapa kearifan yang indah dalam surat ini. Itu tujuan pertama saya. Kedua, saya ingin menggarisbawahi bagaimana semuanya terjalin. Karena kata “Hakiim(i)” juga berarti kebijaksanaan (wisdom). Saya ingin menggarisbawahi bahwa Qur’an tidak meminta maaf untuk keputusannya. Qur’an mengatakan apa adanya seperti yang dilakukan semua Nabi. Dan mengajak orang-orang seperti seharusnya karena pada akhirnya “Hakiim(i)” juga seperti itu.

Dan ayat yang di awal itu sesungguhnya mengarahkan semua pelajaran ini. Saya berharap Anda bisa memahaminya. Ini cukup bagi saya, jika ini tidak cukup praktis (bagi anda) saya tak tahu lagi apa yang harus dikatakan.

Sekarang, “Wa ja’alnaa min bayni aydiihim saddan.” (QS Yaa Siin ayat 9)

Bukan…

Sekarang, “Wa idzaa qiila lahum(u).” (QS Yaa Siin ayat 45)

Saat dikatakan pada mereka. Ini bagian keempat, bagian singkat dengan hanya 3 ayat. InsyaAllah kita akan menyelesaikan 4 dan 5. Dalam bagian ini hanya 3 ayat, kita akan belajar tentang orang-orang yang menolak untuk berpikir.

Mengapa bagian ini penting? Karena kita ada di bagian 4, berapa yang telah selesai? Tiga, pertama sorotan terhadap wahyu, kedua sorotan terhadap sejarah, ketiga sorotan terhadap dunia di sekitar kita, bukan? Ketiganya adalah cara anda berpikir. Bagian ini sorotan tentang mereka yang menolak untuk berpikir. Ini kritikan atau pernyataan Allah terhadap mereka.

Wa idzaa qiila lahum(u).” (QS Yaa Siin ayat 45)

Ketika dikatakan pada mereka.

Ittaquu maa bayna aydiikum wa maa khalfakum.” (QS Yaa Siin ayat 45)

Mengapa kamu tidak waspada dalam melindungi dirimu dari yang di depan dan di belakangmu,

La’allakum turhamuun(a).” (QS Yaa Siin ayat 45)

Sehingga kamu diberi ampunan.

Apakah ini pertama kali anda mempelajari mempertimbangkan apa yang di depan dan di belakang anda? Tidak, Allah sudah mengatakan ada dinding di depan dan di belakang, apa artinya ada dinding di depan? Allah mengatakan mengapa tidak mengindahkan apa yang ada di sekitarmu? Jika tidak begitu, mengapa tidak mengambil pelajaran dari sejarah. Hampir seperti mengatakan apa yang telah saya katakan, perhatikan bagian 2 dan 3. Sehingga kamu akan diampuni.

Ketika anda mengatakan ini kepada seseorang, coba pikirkan. Ketika ini dikatakan kepada mereka mereka akan merespon, begitu bukan? Namun hebatnya tidak ada respon… Seperti ketika dikatakan kepada mereka, indahkan, cegahlah, berdasarkan apa yang di depanmu, dan apa yang jauh di belakangmu, sehingga kamu akan diberi ampunan.

Titik…titik…titik…tidak ada jawaban. Anda tahu artinya kan? Mereka tak bicara apapun. Itu adalah cara paling baik untuk melihat begitu sedikitnya mereka berpikir. Mereka tak punya jawaban, pertanyaan dibiarkan tidak terjawab. Jika dibiarkan tak terjawab, Allah melanjutkan,

Wa maa ta’tiihim min aayatin min aayaati rabbihim.” (QS Yaa Siin ayat 46)

Tak ada satu ayat pun dari semua ayat dari Tuhannya. Apa yang dimaksud dengan ayat? Sebuah tanda atau keajaiban. Tak ada satu ayat pun dari semua ayat Rabbnya,

Illaa kaanuu ‘an-haa mu’ridhiin(a).” (QS Yaa Siin ayat 46)

Kecuali yang mereka lakukan terhadapnya, hanya mereka acuhkan dengan sengaja.

Alasan Praktis Untuk Menolak Islam

Ngomong-ngomong ayat Allah, penciptaan adalah ayat Allah, sejarah adalah ayat Allah, apalagi? Wahyu. Jadi ayat pertama di sini mereka sudah diberitahu untuk memikirkan dunia di sekitar mereka dan sejarah. Sekarang mereka disuruh untuk memikirkan ayat.

Tapi ayat apa pun yang datang kepada mereka, apa pun wahyu yang datang kepada mereka, mereka tetap tidak mengacuhkannya. Jadi semua pintu kepada kebenaran tidak memberi manfaat bagi mereka. Jika anda pikirkan kata-kata ini, melangkah ke depan.

Wa idzaa qiila lahum anfiquu.” (QS Yaa Siin ayat 47)

Ketika diperintahkan kepada mereka, nafkahkan! Ini berbeda…. Di sini pertama kalinya mereka disuruh berbuat sesuatu, tidak mempercayai sesuatu, tidak untuk menerima sesuatu secara konseptual, tapi benar-benar melakukan sesuatu. Ini satu-satunya kalimat perintah di dalam surat ini.

Ittabi’ul-mursaliin(a).” (QS Yaa Siin ayat 20)

Ikuti para rasul!

Mengikuti dan mempercayai mereka. Tapi di sini diperintahkan pada mereka, nafkahkanlah dari yang disediakan Allah bagimu semua,

Anfiquu mimmaa razaqakumullaahu.” (QS Yaa Siin ayat 47)

Nafkahkanlah dari apa yang diberikan Allah kepadamu semua. Apakah disebutkan nafkahkanlah kepada siapa dan apa? Tidak, hanya disebut nafkahkanlah… Dikatakan, nafkahkanlah, agar jelas bagi yang menggunakan akalnya untuk memahami. Nafkahkanlah kepada yang membutuhkan, nafkahkanlah kepada yang seharusnya. Mereka alasan yang tepat untuk mengeluarkan nafkah.

Saat Nabi bicara tentang mengeluarkan nafkah, ngomong-ngomong di Makkah (ketika itu) tak ada masjid yang sedang dibangun, belum ada penggalangan dana masjid Nabawi. Saat ayat untuk mengeluarkan nafkah ini turun, dari apa yang Allah berikan, ke mana akan dikeluarkan? Ini pertanyaan penting.

Kamu bisa mengeluarkannya pada anak yatim, miskin, yang membutuhkan, yang luka. Tapi apakah yatim, miskin, yang membutuhkan, dan yang luka ini, muslim atau non-muslim? Mereka non-muslim. Qur’an datang dan menyuruh mereka untuk mengeluarkannya pada kaumnya sendiri. Jagalah masyarakatmu sendiri. Apa kita melakukannya? Apakah kita pertimbangkan mungkin Qur’an menyuruh orang-orang untuk menjaga masyarakatnya sendiri? Masih belum ada pertanyaan. Sekarang,

Wa idzaa qiila lahum anfiquu mimmaa razaqakumullaahu.” (QS Yaa Siin ayat 47)

Qaalalladziina kafaruu lilladziina aamanuu.” (QS Yaa Siin ayat 47)

Yang mendustakan berkata pada yang beriman, menjawab kepada yang beriman, tunggu… terakhir kali mereka menjawab atau tidak? Saat dikatakan pada mereka, mengapa kamu tidak waspada? Tak ada jawaban. Lalu dikatakan, kenapa tidak mengeluarkan nafkah? Mereka langsung bereaksi. Tidak.

A nuth’imu man law yasyaa’ ullaahu ath’amah(uu).” (QS Yaa Siin ayat 47)

Apakah kami harus memberi makan orang yang apabila Allah mau akan diberiNya makan sendiri?

In antum illaa fii dhalaalin mubiin(in).” (QS Yaa Siin ayat 47)

Kalian adalah orang yang sesat, jelas kebingungan, pergi jangan buang waktu kami. Bicara tentang keyakinan, kepercayaan terhadap Tuhan, hidup sesudah mati, mereka bahkan tak peduli. Namun saat mempertanyakan pengeluaran mereka, mereka marah karena ini sangat personal. Pendapat tentang kepercayaan dan akhirat terlalu filosofis buat mereka. Hal tak masuk akal, siapa peduli. Namun kritikan terhadap uangnya, hal-hal mendasar, mereka marah dan berkata, “Maaf, kamu ingin saya mengeluarkan uang?

Jadi kita pelajari di sini, ada alasan-alasan praktis untuk menolak Islam. Mereka tidak langsung menolak konsep Islam, karena sulit untuk mempercayai wahyu, sulit mempercayai adanya Tuhan, dan sebagainya.. Yang paling sulit diterima adalah akan melakukan perubahan praktis seperti harus mengeluarkan sedekah padahal biasanya tidak. Uang adalah masalah besar.

[Terima kasih lampunya, sudah mulai terlalu romatis di sini. Hehehe, taktik ini selalu berhasil. Selalu, romantis…suka kata itu…hehehe, ok.]

Apa artinya saat mereka berkata, jika Allah ingin, Dia akan memberinya makan, mengapa harus kita yang memberi makan? Menurut beberapa orang, ini pertanyaan tentang takdir. Jika Allah menghendaki akan terjadi. Sebenarnya lebih dari itu.

Yang terjadi adalah, “Maaf kamu selalu bercerita tentang Tuhan ini yang menyediakan bagi semua orang, menyediakan semua buah dan pepohonan, kapal yang berlayar di lautan. Dia melakukan semua itu, kenapa Dia tidak mampu memberi makan orang miskin ini? Mintalah kepadaNya sendiri, Kalian pasti bingung.

Ini adalah kesombongan tertinggi. Dalam ketiga ayat ini Allah pada dasarnya mengatakan pada kita ada 2 hal lagi yang tersisa. Pertama mereka tak menjawab, kedua mereka mengacuhkan semua yang kamu sampaikan. Kalaupun menjawab, namun dengan cara yang paling memuakkan, sombong, sangat merendahkan, tanpa malu sama sekali. Ini yang sedang kamu hadapi.

Tiga Tahap Peringatan

Sekarang, alih-alih bertanya pada mereka (para rasul), mereka memberi pertanyaan yang membawa kita ke bagian lima.

Wa yaquuluuna mataa haadzal-wa’du in kuntum shaadiqiin(a).” (ada 6 ayat dengan kalimat ini termasuk QS Yaa Siin ayat 48)

Mereka bertanya, kapan janji yang dijanjikan itu datang? Kapan? Jika memang kamu bicara benar. Janji apa yang mereka bicarakan? Peringatan. Saya ingin mengingatkan Anda sesuatu, peringatan itu ada 3 fase. Tolong ingat ini, ini salah satu hal yang sangat-sangat penting. Peringatan itu ada tiga jenis. Peringatan pertama pembinasaan sebuah bangsa, bangsa itu harus dihancurkan, kaum Nuh harus ditenggelamkan, kaum Luth dikirimkan hujan api dari langit, dan seterusnya. Peringatan pertama adalah penghancuran sebuah bangsa.

Peringatan kedua hari kiamat. Itu yang kedua. Apa yang pertama tadi? Penghancuran sebuah bangsa, kedua hari kiamat, ketiga api neraka. Satu, dua, tiga, ulangi lagi, pertama penghancuran sebuah bangsa, kedua hari kiamat, lalu api neraka. Ketiganya berhubungan, dengan kata lain jika kamu salah satu bangsa yang dihancurkan di sini, maka kamu akan dihukum sangat keras kapan? Pada hari kiamat, dan itu akan terasa jauh lebih ringan dibanding api neraka. Semua itu adalah bagian dari satu janji.

[Mengapa lampunya dimatikan? Tidak kembali kesana lagi. Ya Tuhanku, hentikan…. Dia sudah bilang tidak, hehehe, ok. Anda takkan terlihat lebih cantik dengan lampu redup… saya bercanda, kembali ke Qur’an.. Ok, jadi…hehehe]

Janji ini, kapan akan terjadi, kamu serius? Ayo lakukan, biarkan terjadi…Baru saja mereka berkata jika Allah sangat kaya, Dia bisa memelihara orang miskin sendiri. Bukankah pada dasarnya mereka berkata demikian? Ada surat lain yang berkata begitu,

Innallaaha faqiirun wa nahnu aghniyaa'(u).” (QS Ali Imran ayat 181)

Allah miskin, kami kaya.

Allah berkata, “Sanaktubu maa qaaluu.” (QS Ali Imran ayat 181)

Kami akan mencatat apa yang mereka katakan. Salah satu pernyataan yang paling unik dalam Qur’an, Allah akan mencatat apa yang mereka katakan. Menuliskan kata-kata apa? Bahwa Allah miskin dan mereka kaya. Mereka pada dasarnya berkata begitu di sini. Inilah sebabnya dalam surat ini uniknya anda menemukan,

Wa naktubu maa qaddamuu wa aatsarahum.” (QS Yaa Siin ayat 12)

Kami tuliskan apa yang mereka kirimkan, dan beban yang mereka tinggalkan. Ini kejahatan yang cukup besar. Apa yang sungguh buruk sehingga Allah akan menuliskannya? Dia sudah bicara tentang menuliskan sebelum waktunya, karena sesuatu yang berharga untuk dituliskan, lalu dikemukakan kepada mereka. Seperti tak ada hal lain yang sudah dikatakan.

Meski mereka sudah mengatakan hal yang sangat tidak menyenangkan, hal yang sangat buruk, menanyakan kapan janji ini akan datang? Atau jika Allah mau sudah diberiNya makan. Kali ini Allah sudah menyiapkan Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa mereka akan mengatakan hal yang sangat buruk, yang perlu dicatat, sehingga mereka benar-benar akan dihukum. Maka Allah mengatakannya di awal,

Naktubu maa qaddamuu wa aatsarahum.” (QS Yaa Siin ayat 12)

Ma qaddamuuhu huna?

Apa yang sebenarnya ingin mereka kirimkan ada di sini.

Mereka menanyakan pertanyaan yang memuakkan dan ini besarnya kemarahan Allah kepada mereka. Sekarang (peringatan) akan dimulai, tahap pertama, dihancurkannya sebuah bangsa.

Maa yanzhuruuna illaa shayhatan waahidatan.” (QS Yaa Siin ayat 49)

Ada dua arti, mereka tidak akan menunggu apapun kecuali satu ledakan. Juga berarti, mereka takkan bisa melihat apapun kecuali satu ledakan.

Ta’khudzuhum.” (QS Yaa Siin ayat 49)

Yang akan merenggut mereka.

Wa hum yakhishshimuun(a).” (QS Yaa Siin ayat 49)

Selagi mereka dengan santainya berdebat satu sama lain. Mereka akan bicara tentang Allah dan apa yang akan Dia lakukan.

Di mana Tuhanmu?

Ya hukuman, ya, saya ketakutan sekarang…

Mereka membuat banyolan sarkastik,

Illaa kaanuu bihii yastahzi’uun(a).” (ada tiga ayat dengan kalimat ini termasuk QS Yaa Siin ayat 30)

Mereka akan membuat lawakan dan olok-olok. Dan di tengah obrolan santai itu satu ledakan akan merenggut mereka.

Tapi ini bukan kali pertama Allah berkata tentang ledakan bukan? Saat Allah berkata tentang pelajaran dari sejarah, bangsa yang punya tiga nabi dan ada satu orang beriman. Pada bangsa itu bukankah Dia berkata,

In kaanat illaa shayhatan waahidatan fa idzaahum khaamiduun(a).” (QS Yaa Siin ayat 29)

Melainkan satu ledakan saja. Allah berkata ini tak lagi pelajaran sejarah, yang mungkin akan menjadi masa depanmu. Aku membuat sejarah itu berulang, Aku takkan menceritakan sejarah seperti dongeng, begitu Dia mengajari kita.

Wa hum yakhishshimuun(a).” (QS Yaa Siin ayat 49)

Mereka akan berada di tengah obrolan apapun. Ngomong-ngomong, mengapa bangsa itu dibinasakan? Ingat? Apa yang menyebabkannya? Kejadian terakhir yang menyebabkannya? Mereka membunuh seorang yang beriman. Namun untuk Quraisy, pertanyaan mereka tentang hari kiamat dengan cara yang memuakkan itu sudah cukup, meski mereka belum membunuh seorang pun. Itu saja sudah cukup. Sehingga Allah berkata, Aku akan membinasakan mereka sekarang.

Fa laa yastathii’uuna tawshiyatan.” (QS Yaa Siin ayat 50)

Dan jika Aku lakukan mereka takkan bisa meninggalkan satu wasiat pun. “Tawsiyat(an)” digunakan untuk meninggalkan wasiat, “Tawsiyat(an)” dalam Qur’an juga digunakan untuk memberi nasehat yang baik. Meninggalkan wasiat dan memberi nasehat, keduanya. Kepada siapa wasiat ditinggalkan? Katakan, pada siapa? Anak-anak anda. Di mana harapan besar anda digantungkan untuk masa depan mereka, makanya mereka anda suruh berlayar tak lama sebelumnya…

Sekarang Allah berkata akan memberi sebuah ledakan. Dan di tengah perbincanganmu, kamu akan dibinasakan, kamu takkan punya kesempatan untuk memberi anakmu nasehat. Mereka takkan bisa meninggalkan wasiat. Dan mereka takkan bisa memperingatkan, “Nak, lindungi diri kalian. Aku gagal dan Allah menghukumku, tapi semoga kalian bisa kabur, cukup sudah.

Wa laa ilaa ahlihim yarji’uun(a).” (QS Yaa Siin ayat 50)

Mereka takkan kembali kepada keluarganya. Jadi konsep tentang, “Hamalnaa dzurriyyatahum.” (QS Yaa Siin ayat 41)

Menggantungkan harapan kepada keturunannya, dikuatkan kembali, “Wa nufikha fish-shuuri.” (ada 4 ayat Quran dengan kalimat ini termasuk QS Yaa Siin ayat 51)

Itu adalah penghancuran sebuah bangsa. Satu ledakan mereka musnah, tak punya kesempatan memperingatkan keluarganya atau mengucapkan kata perpisahan, tak ada kesempatan.

Kebangkitan Pada Hari Kiamat

Selanjutnya, “Wa nufikha fish-shuuri.” (ada 4 ayat Quran dengan kalimat ini termasuk QS Yaa Siin ayat 51)

Lalu terompet ditiup. Itu ditiupkan ke dalam tanduk, begitu terjemahan harfiahnya, sesuatu yang tak terdeskripsikan ditiupkan ke dalam tanduk.

Fa idzaa hum minal-ajdaats(i).” (QS Yaa Siin ayat 51)

Tiba-tiba dari kuburan yang tak bernama,

Ilaa rabbihim yansiluun(a).” (QS Yaa Siin ayat 51)

Mereka datang dengan berlari. Semua generasi demi generasi…

Yansiluun(a)” berarti buru-buru.

Arsaa ila makaan nasala.

Terburu-buru tapi juga terkait dengan “Nasl”. Dengan kata lain, banyak generasi akan berlari bersama-sama menuju Rabbnya. Allah sudah menggambarkan ini sebelumnya, setelah pelajaran dari sejarah. Saat Dia berkata, mereka semua akan dikumpulkan bersama-sama. Dan sekarang Dia berkata, semua generasi mereka akan dikumpulkan bersama-sama. Dia sudah mengatakan bahwa mereka berada dalam “Ajdaats(i)” bukan “Kubuur”.

Kubuur” artinya kuburan, “Ajdaats(i)” berarti kuburan tak bertanda. Anda berjalan di atasnya tanpa tahu ada seseorang terkubur di bawahnya. Begitulah pelupanya kamu ketika Aku mengeluarkanmu. Lalu mereka akan berlari menuju Tuhannya.

Qaaluu yaa waylanaa.” (ada 4 ayat Quran dengan kalimat ini termasuk QS Yaa Siin ayat 52)

Jadi mereka bangun pada hari kiamat, mereka muncul dari kuburan tak bertanda ini dan berlari ke arah Rabbnya. Saat ini mereka lari menjauh dari Rabbnya, nanti mereka akan berlari menuju Rabbnya, karena tak punya pilihan lain. Dan mereka bangun, saat bangun dari kubur ini… Ini hal yang sangat epik, “Oh ini tak mungkin jadi lebih buruk.”

Wail aswa a ma yumkin minal ‘adzaab.

Hukuman terburuk dari semua hukuman. Jadi saat bangun, mereka melihat awal dari hari kiamat. Mereka berkata ini takkan lebih buruk, aku tak bisa bayangkan. Bisakah lebih buruk? Mulai saja belum… Pestanya belum dimulai.

Man ba’tsanaa min marqadinaa.” (QS Yaa Siin ayat 52)

Siapa yang membangunkan kita dari tidur? Dari tempat tidur dan waktu tidur kita? Secara harfiah mereka berkata, siapa yang membangunkan kita dari tidur. Mengapa ini penting? Karena para rasul datang untuk membangunkan mereka dari tidurnya. Namun mereka sama sekali tidak sadar, saat tidak sadar mereka “Ghaafil”. Orang yang “Ghaafil” seperti orang tidur, orang yang tidur sama dengan orang yang mati. Ini sudah dibicarakan sebelumnya. (QS Yaa Siin ayat 6)

Ini bukan pertama kalinya kamu dibangunkan, ini yang kedua. Pertama kamu dibangunkan oleh para rasul Allah, kali ini kamu dibangunkan oleh Allah sendiri. Itu bedanya. Jadi mereka bertanya siapa yang membangunkan kami? Mereka bertanya begitu karena yang mencoba membangunkan sebelumnya gagal. Jadi kekuatan siapa yang bisa membangunkan kami sekarang?

Min marqadinaa.” (QS Yaa Siin ayat 52)

Haadzaa maa wa’adar-rahmaanu.” (QS Yaa Siin ayat 52)

Ini adalah yang dijanjikan “Ar Rahmaan“. Mereka gunakan kata “Ar Rahmaan“, karena para rasul biasanya memanggil mereka kepada “Ar Rahmaan“. Karena mereka sering mengolok-olok “Ar Rahmaan“.

Sekarang kita belajar bahwa mereka mendengarkan pesan itu dengan baik, begitu baiknya hingga saat terbangun pada hari kiamat mereka ingat semua janji yang dibuat para rasul, dan mereka bisa menghubungkannya sendiri dan berkata, “Ini persis seperti yang dijanjikan “Ar Rahmaan”.

Wa shadaqal-mursaluun(a).” (QS Yaa Siin ayat 52)

Dan yang diutus ternyata sungguh menyampaikan kebenaran? Artinya kamu tahu, artinya kamu mendengarkan dengan baik hingga bisa mengulasnya kembali sekarang. Hai ini persis seperti yang mereka katakan, “Oh tidak…

Sekarang Allah azza wa jalla membawa kita lebih jauh,

In kaanat illaa shayhatan waahidatan.” (QS Yaa Siin ayat 29 dan 53)

Mereka baru keluar, berlari, tiba-tiba ada ledakan lagi.

Fa idzaa hum jamii’ul ladaynaa muhdharuun(a).” (QS Yaa Siin ayat 53)

Lalu tiba-tiba mereka berdiri dipaksa mempertunjukkan dirinya dihadapan Kami. Semua penjahat sudah dikumpulkan semua, ini sudah disebutkan di akhir penghancuran bangsa yang bersejarah itu. Sekarang disebutkan dengan, kamu juga akan berbaris, kamu juga akan berdiri dihadapan Rabbmu.

Semua berbaris bersama “Muhdhar” dalam bahasa Arab berarti seorang yang dipaksa menghadapkan masalahnya. “Ahdara” = membawa, “Uhdira” = yang dibawa. Dia harus memiliki “Huduur”, dia harus “Hazir hona”. Dalam Urdu … ok, sekarang saya paham.

Sekarang, kamu dihadapkan kepada Allah dan Allah akan memberi pengarahan pada mereka. Penjahat yang ketakutan ini, yang biasa mengolok-olok “Ar Rahmaan”, sekarang berada di depan “Ar Rahmaan”. Allah bicara langsung kepada mereka dan berkata, hari ini,

Laa tuzhlamu nafsun syay’an.” (QS Yaa Siin ayat 54)

Tak seorang pun akan melakukan kesalahan. Takkan ada yang dihukum atas kejahatan yang tidak dia lakukan, takkan ada yang melakukan kerusakan lebih dari yang dia lakukan, karena Kami punya catatan sempurna dari segala perbuatanmu. Jadi tak ada kemungkinan adanya kesalahan. Tunggu! Mana catatan itu?

Wa naktubu maa qaddamuu wa aatsaarahum, wa kulla syay’in ahshaynaahu fii imaamin mubiin(i).” (QS Yaa Siin ayat 12)

Kami tuliskan segala sesuatu yang mereka kirimkan untuk masa depannya, dan semua akibat yang mereka tinggalkan di belakang mereka, dan Kami mencatat segalanya di dalam buku yang terbuka dan jelas. Jadi tak ada kemungkinan kamu melakukan kesalahan. Ini adalah pengulangan ayat itu,

Wa laa tujzawna illaa maa kuntum ta’maluun(a).” (QS Yaa Siin ayat 54)

Kamu takkan diganjar dengan apapun kecuali hal yang biasa kamu kerjakan. Kamu akan diganjar penuh terhadap apa yang biasa kamu lakukan.

Setelah berkata begini Allah beralih. Anda tak perlu tahu apa yang akan terjadi pada mereka sekarang. Mungkin ada hal lain yang akan terjadi pada mereka, tapi Allah berhenti berbicara kepada mereka. Sementara itu, mari saya ajak anda kepada yang beriman.

Inna ash-haabal-jannatil-yawma fii syughulin faakihuun(a).” (QS Yaa Siin ayat 55)

Saya akan membahas ayat ini agak lama.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s