Konsistensi Matahari Dan Fluktuasi Bulan
Sekarang kita akan bicara tentang matahari dan bulan. Sebelumnya saya mengingatkan saya sudah membahas matahari dan bulan sebelumnya. Anda bisa membandingkan Nabi dan sahabat dengan siapa? Matahari dan bulan. Para Nabi adalah sumber petunjuk yang terus menerus dan mereka disinari oleh adanya? Nabi shallallahu alaihi wasallam. Nabi shallallahu alaihi wasallam sendiri disebut “matahari” di dalam Qur’an.
Judul Asli: Future Generations (Surah Yasin) – NAK – Part 9
Video Asli: https://youtu.be/1zPr2QcN0xQ
“Wa daa’iyan ilallaahi bi’idznihii wa siraajan muniir(an).” (QS Al Ahzaab ayat 46)
Dia yang memanggil kepada Allah dengan izin-Nya dan dia adalah matahari yang sangat terang. Dia sendiri disebut matahari, saya tidak mengada-ada, ini dari Qur’an. Jika dia matahari, siapa yang disinarinya? Sahabatnya dan kita semua hingga saat ini. Kita masih seperti bulan, akan tetapi,
“Wasy-syamsu tajrii limustaqarrin lahaa.” (QS Yaa Siin ayat 38)
Matahari bergerak hingga Allah menyuruhnya berhenti. Nabi takkan bersama Anda selamanya. Matahari akan pergi. Allah tak hanya mengatakan bahwa matahari memiliki waktu atau jadwal tertentu, benar, Allah membicarakan itu, tapi dari sisi spiritual, Dia membandingkannya dengan? Nabi shallallahu alaihi wasallam. Beliau hanya di sini untuk waktu yang terbatas, ambil manfaatnya selama masih bisa.
“Dzaalika taqdiirul-‘aziizil-‘aliim(i).” (QS Yaa Siin ayat 38)
Itulah perhitungan dan keputusan dari yang memiliki kekuasaan terbesar yang mengirimkannya, adalah Al Aziiz.
“Tanziilal-‘aziiz(i).” (QS Yaa Siin ayat 5)
Menurut kuasa-Nya, dia (nabi) takkan tinggal selamanya. Dia akan tinggal selama diberi kekuasaan untuk tinggal di sini. Kapan dia akan pergi? Dialah (Al ‘Aliim) satu-satunya yang tahu. (Al ‘Aliim adalah Maha Mengetahui -red). Seperti Dia punya kekuasaan atas matahari. Suatu hari matahari juga akan berhenti. Jika demikian, bagaimana dengan bulan? Kata-Nya untuk bulan,
“Wal-qamara qaddarnaahu manaadzila.” (QS Yaa Siin ayat 39)
Kami menghitungnya agar dia melalui fase-fase. Para Nabi itu konstan.
“Linutsabbita bihii fu’aadaka.” (QS Al Furqaan ayat 32)
Agar Kami bisa membuat hatimu berketetapan. Tapi mereka yang beriman tidaklah konstan, mereka melewati fase-fase seperti bulan melalui fase-fase. Kadang mereka menjadi sangat lemah.
“Hattaa ‘aada kal-‘urjuunil-qadiim(i).” (QS Yaa Siin ayat 39)
Hingga dia seperti ranting kecil tua di pohon kurma. Seperti garis-garis halus. Seperti langit dipenuhi kegelapan dan satu-satunya cahaya yang ada adalah garis halus itu. Kadang umat sangat tenggelam dalam kegelapan, hampir tak ada cahaya yang tertinggal, yang merupakan pantulan kecil dari matahari tadi dari Rasul shallallahu alaihi wasallam. Namun jangan sedih, karena setelah titik terendah itu dia akan kembali merambat naik. Itulah kebangkitan umat ini kembali, sungguh indah.
Para sahabat diberitahu kondisi mereka mungkin sangat lemah saat ini, mungkin sangat sedikit dalam jumlah yang mungkin sulit terlihat. Saat bulan berada pada posisi terlemah artinya hampir tak terlihat, bukan? Makanya kita punya “moon fighting” (berselisih tentang hilal saat moon sighting red.), bukan? Bukankah mereka yang beriman digambarkan di awal surat ini hampir tidak terlihat?
“Wa khasyiyar-rahmaana bil-ghaib(i).” (QS Yaa Siin ayat 11)
Seseorang dari pelosok kota yang takkan pernah Anda kenal? Subhanallah. Naik turunnya matahari bagaikan naik turunnya umat ini. Begitulah kodratnya. Jadi jika Anda berpikir bahwa suatu saat umat ini akan punya segalanya, semuanya sempurna dan dunia ini laksana syurga. Itu tidak tercantum dalam Qur’an, bukan begitu kejadiannya, bukan itu tujuan kita. Tujuan kita adalah untuk berbuat yang terbaik dari fase apapun dalam kehidupan kita. Apapun tahap kehidupan kita, kita berusaha yang terbaik. Lalu Allah memiliki keputusan sendiri. Allah akan melakukan apa yang akan dilakukannya.
“Hattaa ‘aada kal-‘urjuunil-qadiim(i).” (QS Yaa Siin ayat 39)
“Lasy-syamsu yanbaghii lahaa an tudrikal-qamar(a).” (QS Yaa Siin ayat 40)
Sungguh indah. Bukan menjadi matahari, mengikuti atau menyamai bulan. Terjemahan yang benarnya, “Tudrik, Al Idrak,” menyamai.
Matahari tak bisa menyamai bulan. Tidak pantas bagi matahari untuk menyamai bulan. Artinya matahari punya tugas, dan bulan juga punya tugas sendiri. Matahari tak pantas mengerjakan tugas bulan. Nabi shallallahu alaihi wasallam. memiliki tugas dan pengikutnya juga memiliki tugas. Keduanya harus mengerjakan tugasnya, salah satu tak menjadikan yang lainnya tak penting. Mereka butuh melakukan tugas masing-masing. Apakah ini sudah kita pelajari di surat ini? Bukankah ini saat ketiga rasul datang dan ada pengikut yang bicara. Jika para rasul punya tugas tak berarti bahwa mereka yang percaya (beriman) tak punya tugas.
“Lasy-syamsu yanbaghii lahaa an tudrikal-qamar(a).” (QS Yaa Siin ayat 40)
“Wa lal-laylu saabiqun-nahaar(i).” (QS Yaa Siin ayat 40)
“Wa kullun fii falakin yasbahuun(a).” (QS Yaa Siin ayat 40)
Dan semuanya mengitari di tempatnya, mereka berenang di tempatnya. Mereka memiliki lingkungannya sendiri tempat mereka beraksi.
Saat Dia mengatakan ini, Dia bicara tentang fisik. Bayangkan gambaran fisik, gambaran fisik matahari dan bulan memiliki orbitnya sendiri dan tidak menabrak satu sama lain, namun melengkapi satu sama lain dengan sempurna. Dan semuanya untuk membuat segalanya lebih baik bagi bumi. Jika matahari dan bulan tidak bekerja sama, bumi akan hancur. Jika yang beriman tidak mengambil manfaat seutuhnya dari nabi-nabinya akan terjadi fasaad (kerusakan) di bumi. Para Nabi melakukan tugasnya, tapi jika yang beriman berhenti memantulkan pada mereka akan ada masalah, akan ada tragedi di bumi.
Perjalanan Kehidupan
Kita berlanjut… Saat Dia berkata “Falak” juga berarti perjalanan pulang pergi. “Falak” dalam bahasa Arab berarti lingkaran penuh, atau oval atau lingkaran memanjang. Itulah “Falak”. Bicara tentang kata “Falak”, Dia berkata,
“Wa aayatul lahum.” (QS Yaa Siin ayat 41)
Dan ada lagi tanda keajaiban bagi mereka,
“Annaa hamalnaa dzurriyyatahum.” (QS Yaa Siin ayat 41)
Kami naikkan anak-anak mereka.
“Fil-fulkil-masy-huun(i).” (QS Yaa Siin ayat 41)
Ke dalam kapal-kapal yang sarat muatan. Kata “Fulk(i)” sangat dekat dengan kata “Falak”.
Ayo saya ceritakan tentang perjalanan pulang pergi lainnya. Saat kapal berlayar, Anda berharap dia akan kembali suatu saat bukan? Anda berharap akan melakukan perjalanan pulang pergi. Apa makna ayat ini di sini? Bagian ini berawal dengan bumi dan disimpulkan dengan laut. Jadi keseluruhan bumi, seluruh planet. Dia mulai dengan bumi yang mati, sekarang menuju laut. Di laut, Allah akan bicara tentang kita pergi ke laut. Dia tak berkata, “Kamu naik kapal.”
Tapi mereka menaikkan anaknya ke kapal. Dia juga tidak berkata, “Anak mereka.”
Tapi generasi masa depan dinaikkan ke kapal. Mengapa Dia berkata begitu? Karena bila orang-orang terbiasa naik kapal, bukan untuk perjalanan selama 2 hari saja, tapi perjalanan berbulan-bulan menuju belahan bumi lain. Sesampai di sana mereka menetap dan hidup di sana, bukan? Mungkin mereka kembali atau tidak.
Jika anak-anak muda itu, mereka pemuda dan pemudi umur 19-20 tahun, pergi kebelahan bumi lain. Anak keturunannya akan tinggal di mana? Di sana. Jadi pemuda-pemudi yang berlayar pada masa itu bagaikan semua generasi masa depan bepergian. Karena begitu dia melakukan perjalanan, semua anak keturunannya akan tinggal di sana. Jadi begitu Anda naik pesawat dari PIA (Pakistan International Airport). Bukan Anda yang naik pesawat tapi generasi penerus Anda.
[Bahasa Urdu] Benar….benar… Kami akan kembali, benarkah? Makanya Anda di sini, ok… Anda kembali dan menyadari, kita takkan kembali, kita tak bisa kembali, hehehe.
Bukankah itu sebabnya generasi penerus kita ada di sini? (Kajian ini berlangsung di Houston, Texas, Amerika Serikat -red). Sudah 2-3 generasi muslim di sini sekarang. Itulah yang dilakukan Allah.
Dia mengatakannya kepada Quraisy kamu punya harapan pada anakmu, jadi kamu kirimkan mereka ke tempat lain. Ini sangat indah karena bagian ini dimulai dengan Allah memasangkan semua hal, ingat? Jika seorang lelaki dan wanita berpasangan, apa yang terjadi selanjutnya? Anak, anak mereka dinaikkan ke kapal. Ini adalah kesimpulannya, semuanya berkembang.
Matahari dan bulan bergerak artinya hari dan bulan berganti. Tak lama lagi mereka punya bayi, bayinya jadi dewasa dan ingin hidup sendiri. Dia ingin pergi, lalu naik kapal. Ayat ini menggambarkan perjalanan hidup, sungguh hebat. Bicara tentang setiap planet berenang dalam orbitnya sendiri.
“Kullun fii falakin yasbahuun(a).” (QS Yaa Siin ayat 40)
“Yasbahuun(a)” artinya berenang.
Bicara tentang berenang, ayo kita bahas tentang lautan. Pembicaraan-Nya berpindah dari satu simbol ke simbol lainnya. Sekarang yang Anda pikirkan adalah, jika Anda tak bisa membayangkan yang dirasakan oleh bumi ketika mengapung di alam semesta demikian juga bulan dan matahari mengapung. Yang paling menyamai itu adalah kapal Anda di tengah lautan tak bertepi mengapung di tengah antah berantah. Ini tanda bagi Anda akan apa yang terjadi di sana. Betapa rapuhnya Anda, betapa tak berartinya Anda, betapa mudahnya Anda tenggelam.
Matahari sangat berarti bagi Anda, tapi bagi Allah itu hanya seperti kapal di tengah lautan. Dengan mudah bisa dibalikkannya hingga tenggelam. Dia bisa melakukan apa saja, itu tak berarti bagi-Nya. Sekarang Anda di atas kapal,
“Al Masyhuun(i),” (QS Yaa Siin ayat 41) yang penuh.
“Syahanassafiinah mala’aha,” memenuhi kapal itu dengan segala hal. Beberapa orang berkata ini merujuk kepada Nuh ‘alaihissalam.
Saya ingin menceritakan sesuatu, ada pembicaraan yang panjang di antara mufassiruun, tapi bagi kita hanya pembicaraan singkat. Untuk alasan tertentu dalam surat ini, Qur’an hampir saja bicara tentang Musa ‘alaihissalam dan hampir membicarakan Nuh ‘alaihissalam, tapi tidak jadi. Anda ingat saat 2 rasul dikirim kepada satu bangsa? Yang paling dekat kepada hal ini dalam Qur’an adalah? Musa dan Harun ke satu bangsa. Seorang lelaki datang dari pelosok kota, cerita yang hampir sama dengan ini adalah? Musa ‘alaihissalam. Pada akhir cerita mereka dibinasakan seperti api dipadamkan, ingat? Apa cara termudah untuk memadamkan api? Dengan Air. Bagaimana Fir’aun dibinasakan? Dengan air. Perbedaannya adalah ada rasul ketiga dalam kisah ini. Memang ada perbedaan, tapi mirip dengan apa? Musa ‘alaihissalam.
Lalu, Kami naikkan anak-anaknya ke kapal. Ini membuat Anda ingat pada siapa? Nuh ‘alaihissalam. Dan keduanya punya persamaan, bangsa mereka dimusnahkan oleh banjir, ditenggelamkan. Ini akan jadi hal penting, kamu akan dibinasakan seperti api. Artinya Allah memberitahu Quraisy bahwa meski kamu ada di tengah gurun, Aku bisa melakukan segalanya, subhanallah.
Membekali Generasi Penerus
Satu hal yang ingin saya tekankan di sini.
“Wa aayatul lahum annaa hamalnaa dzurriyyatahum fil-fulkil-masy-huun(i).” (QS Yaa Siin ayat 41)
Kenapa mereka mengirim pemuda-pemudinya dengan kapal atau pesawat? Mengapa? Untuk dikirim kuliah? Untuk mencari pekerjaan? Memperoleh Ph.D.? Memulai sebuah karir? Semua harapan mereka digantungkan kepada putranya yang ada di pulau lain. Kepada putrinya yang menamatkan kedokteran di kota lain. Ibunya kurang tidur setiap hari karena berharap pada masa depannya.
Kata Allah, “Ketika kamu tak bisa lagi melihat akhirat, saat kamu tak punya harapan apapun di kehidupan berikutnya, maka satu-satunya masa depan yang kamu pikirkan adalah anak-anakmu.”
Kita seharusnya memikirkan anak-anak kita. Namun bagi Quraisy, masa depan terhebat yang mereka pikirkan adalah apa? Keturunannya, tak lebih.
“Dzalika mablaghuhum fil hayaatiddunya.”
Hanya sejauh itu yang bisa mereka jangkau. Ini yang terjauh, mereka tak bisa melampauinya. Saya juga menginginkan kebaikan bagi anak-anak saya. Saya ingin mereka memperoleh pendidikan yang baik, saya ingin mereka mendapat pekerjaan yang baik, tapi saya ingin tuntunan bagi mereka lebih dari segalanya.
Anda memasukkan beberapa di antara anak Anda di sekolah menengah yang baik. Karena mereka dari sekolah daerah yang baik, sehingga nilai matematika, IPA, dan Bahasa Inggrisnya tinggi. Namun kebejatan moral dari sekolah-sekolah itu, lebih rendah dari yang pernah dialami dalam sejarah peradaban manusia.
Namun nilai matematikanya sangat tinggi, homoseksualitas dirayakan, budaya yang sangat seksual dengan video musik, hampir seperti menyebarkan pornografi secara terus menerus. Facebook menjadi sangat gamblang dan terbuka. Telepon genggam sekarang menjadi alat yang utamanya digunakan untuk mengembangkan hal-hal tak senonoh. Dan kita membelikan anak-anak kita iPhone baru karena nilai matematikanya bagus, agar mereka bisa melanjutkan ke sekolah yang bagus. Kita mengisi otak namun merobek hati mereka. Itulah yang kita lakukan.
Mereka menjadi sangat pintar dan akan menjadi dokter, tapi mereka akan menjadi materialistis, hampir tak bisa disebut manusia. Tak ada spiritual yang tertinggal dalam diri mereka. Dan siapa yang melakukan itu pada mereka? Kita.
Jangan salahkan para kuffar… Anda ingin yang terbaik untuk anak? Kebaikan bagi keseluruhan mereka, bukan hanya fisik. Tapi yang Anda inginkan adalah mereka bisa menciptakan uang, atau agar Anda bisa berkata, “Saya membesarkan seorang dokter, atau membesarkan anak dengan nilai terbaik pada pelajaran ini, itu.”
Tapi Anda tak peduli dengan kesejahteraan spiritualnya, kesejahteraan karakternya, kesejahteraan etika dan moralnya.
Keseimbangan Pendidikan Agama Dan Duniawi
Ini adalah tragedi, di pihak lain ada kelompok lain. Saya ingin melindungi anak saya, saya ingin dia menjadi hafiz. Dia tak perlu sekolah, dia akan belajar agama. Lalu dia akan menjadi seorang ‘alim, setelah ‘alim menjadi fadhil, setelah itu faarigh. Intinya saya akan menjauhkannya dari masyarakat kafir ini, dia hanya akan belajar Qur’an dan sunnah terus menerus. Biar saya ceritakan tentang seorang pemuda yang hanya dikelilingi oleh lingkungan masjid dan tak kenal dunia luar, karena dunia luar adalah dunia kuffar. Yang Anda lakukan pada Anak ini sama tak adilnya. Anda telah mengisi hatinya dengan menelantarkan pikirannya.
Apakah Allah menyuruh kita untuk memperhatikan dunia di sekitar kita? Tahukah Anda dalam surat Baqarah (ayat 282) saat Allah bicara tentang hukum usaha. Orang yang tahu cara membuat kontrak pasti seorang pengacara setidaknya ahli dalam bisnis. Dia berkata,
“Falyaktub mimma ‘allamahullaah.” (Sepertinya ustadz Nouman hendak mengatakan, “An yaktuba kamaa ‘allamahullaah.” Menulis sebagaimana Allah mengajarkannya -red)
Dia harus menulis kontrak sesuai yang diajarkan Allah. Orang yang paham cara membuat kontrak bisnis, kata Allah pengetahuannya diberikan oleh Allah.
Kata Qur’an, “”allamal Qur’aan(a).” (QS Ar Rahmaan ayat 2)
Dia mengajarkan Qur’an. Qur’an yang sama berkata, “Hukum bisnis diajarkan oleh Allah. Ini adalah seorang non-muslim, seorang kaatib, yang sangat tahu cara membuat kontrak.”
Dan Allah berkata, “Aku yang mengajarinya.”
Qur’an tidak membuat batasan tentang pendidikan agama dan pendidikan duniawi yang Anda sebut pendidikan sekuler. Karena semuanya adalah ayat Allah. Saat Anda memotong ayat Allah, kita akan mempelajari ayat-ayat dari wahyu tapi tidak ayat-ayat dunia di sekitar kita, juga tidak dunia sejarah.
Ada 3 jalan menuju kebenaran, dari depan, belakang, dan atas. Dan Anda cuma mau mempelajari yang di atas. Saya tak ingin melihat ke depan dan ke belakang, maka Anda takkan melihat gambaran kebenaran yang sesungguhnya.
Kita harus mencari keseimbangan pendidikan manusia. Ini adalah tragedi yang kita lakukan pada anak-anak kita. Kita punya harapan pada mereka tapi entahlah… Meski anak-anak ini sudah sekolah di madrasah dan masya allah menjadi seorang ‘alim. Saya ikut senang tapi saat mereka kuliah dan bertemu teman-teman kampusnya lalu mereka mengobrol tentang Richard Dawkins (yang atheis red-), atau sebuah diskusi tentang evolusi, apa yang akan dilakukannya? Ke mana dia akan pergi? Kita bahkan belum mempersiapkannya untuk tantangan intelektual terhadap Islam. Ini adalah tanggung jawab kita, kita harus mengambilnya.
Insyaallah jika ada waktu di akhir acara, barangkali besok saya akan mengatakan pemikiran saya tentang itu.
Allah Memberi Ilham Bagi Para Pencipta Teknologi
“Wa khalaqnaa lahum.” (QS Yaa Siin ayat 42)
Kami tak hanya menciptakan kapal ini untuk mereka. Kami ciptakan untuk mereka,
“Min mitslihii,” (QS Yaa Siin ayat 42) seperti itu.,
“Maa yar kabuun(a),” (QS Yaa Siin ayat 42) yang mereka kendarai sendiri.
Orang Arab juga mengendarai sesuatu, yakni unta. Dan unta disebut “Safiinatusssahraa,” kapal gurun. Jadi mereka berkata mereka mengantar anaknya ke kapal, lalu mereka menaiki kapal gurunnya.
Ayat ini juga berkata, “Kami ciptakan bagi mereka seperti itu, yang akan mereka kendarai.”
Allah berkata, “Sejauh ini Aku telah menciptakan kapal untukmu, namun ada hal lain yang akan Kuciptakan untukmu.”
Mereka tak mengenalnya, tapi kita tahu, kereta api, pesawat, satelit, balon udara, sebut saja. Semua itu disebut Allah sebagai ciptaan-Nya.
Tapi saya kira insinyur yang merakitnya? Bagaimana dengan Wright bersaudara (pencipta pesawat -red)? Mereka tidak salah, lalu mengapa kita…hehehe. Bagaimana cara menyelesaikannya? Allah berkata semua kreativitas manusia adalah piutang kepada yang memberi kreativitas.
Ide yang Anda peroleh sesungguhnya diilhamkan oleh Allah. Seperti pengembang aplikasi komputer, peneliti biokimia yang bermimpi, “Oh seharusnya saya letakkan O (Oksigen red-) di sana.”
Semua itu berasal dari Allah. Neuron (sarafnya red-) dipicu oleh Allah, itu juga sebentuk ilham. Ada para penemu, penemu hal-hal besar dalam film dokumenter yang berkata, “Saya melihatnya dalam mimpi. Saya sudah bertahun-tahun meneliti ini dan selalu gagal, lalu saya memimpikan solusinya.”
Siapa pencipta sesungguhnya? Dialah Allah. Tahukah Anda kapal pertama yang tercipta menurut kepercayaan kita? Kapal pertama yang didesain adalah kapal Nuh ‘alaihissalam. Dan Allah berkata,
“Wasna’il-fulka bi’a’yuninaa.” (QS Huud ayat 37)
Bangunlah kapal di bawah pengawasan Kami! Allah adalah manajer proyek konstruksi kapal ini.
“Wa hamalnaahu ‘alaa dzaati alwaahin wa dusuur(in).” (QS Al Qamar ayat 13)
Kami membawa mereka menciptakan benda-benda yang terbuat dari papan dan paku. Allah bahkan bicara tentang bahan bangunan dalam Qur’an. Dia membuatnya penting. Jangan merendahkan nilai pendidikan duniawi yang baik. Namun seharusnya tidak dengan mengorbankan pendidikan spiritual, pendidikan dalam sirah Nabi shallallahu alaihi wasallam, dalam Qur’an. Pendidikan dalam agama ini, dalam “Syarai‘” dan “Ahkaam” ini.
Allah Menjaga Kapal Dan Pesawat Di Tempatnya
“Wa in nasya’ nughriq-hum.” (QS Yaa Siin ayat 43)
Jika Kami mau Kami tenggelamkan mereka di tengah lautan.
“Fa laa shariikha lahum.” (QS Yaa Siin ayat 43)
Tanpa teriakan sama sekali.
Artinya, ada kapal di tengah lautan yang terbalik, lalu apa yang terjadi? Mereka tenggelam dan teriakan minta tolongnya tertutup air di tenggorokan. Tak ada teriakan yang bisa terdengar.
“Wa laa hum yunqadzuun(a).” (QS Yaa Siin ayat 43)
Bukan mereka yang akan diselamatkan. Mereka sepenuhnya binasa, mereka sepenuhnya tenggelam dalam lautan yang gelap. Ini kali kedua kita melihat orang tenggelam dalam kegelapan. Yang pertama ketika ada dinding di depan, di belakang, dan tutup di atas, sekarang tenggelam di dasar lautan.
“Illaa rahmatan minnaa.” (QS Yaa Siin ayat 44)
Satu-satunya alasan Kami tak membinasakan mereka karena kasih sayang Kami.
“Wa mataa’an ilaa hiin(in).” (QS Yaa Siin ayat 44)
Agar mereka bisa menikmati hidup dan menggunakan segalanya hingga waktu yang sangat terbatas. Aku takkan menghancurkan pesawatmu sekarang. Apa yang dikatakan Allah? Allah tidak menyebabkan pesawat itu tabrakan. Allah menyebabkannya tidak bertabrakan.
Posisi default (standar) nya adalah bertabrakan, yang menjaganya di udara adalah Allah. Posisi default (standar) kapal adalah akan tenggelam, yang menjaganya mengapung adalah Allah. Orang-orang memiliki persepsi yang salah, mereka berpikir rasul datang sebagai hukuman, atau Allah menenggelamkan kapal. Tidak, sebenarnya Allah subhanahu wa ta’ala yang menjaganya terapung. Dialah yang menjaganya di tempatnya yang seharusnya. Inilah gambaran dari Allah azza wa jalla.
“Illaa rahmatan minnaa wa mataa’an ilaa hiin(in).” (QS Yaa Siin ayat 44)
Subtitle: NAK Indonesia
Transcript: SM
Editor: AA/FI
Ikuti kami di:
Tumblr: http://nakindonesia.tumblr.com
Twitter: https://twitter.com/NoumanAliKhanID
Instagram: https://instagram.com/nakindonesia
Facebook: https://www.facebook.com/NoumanAliKhanIndonesia
YouTube: https://www.youtube.com/NAKIndonesia
Telegram Channel: nakindonesia http://goo.gl/ohT9Nz