“Bismilllahi was-shalaatu wassalaamu ‘alaa rasulillah wa ‘alaa aalihi washahbihii ajma’iin.”
Salah satu pertanyaan penting dari tur saya datang dari lelaki muda yang tak bisa membaca Al Qur’an. Ia berkata, “Saya terus coba baca Al Qur’an tapi tak terlalu bagus.“
Judul Asli: I’m Not Able to Recite the Quran – Nouman Ali Khan – Gulf Tour Q&A – 2015
Video Asli: https://www.youtube.com/watch?v=wIpGAXgSS28
Lelaki muda ini punya kepribadian yang sensitif. Suatu saat, ia dengar di radio, Pakistan atau semacamnya, anak-anak sedang mengaji. Ada anak lelaki yang mengaji dengan indah. Sang guru berkata, “Subhanallah. Kau punya nafs suci, jiwa yang suci, pribadi yang suci, karena itu Allah berikan kemampuan membaca Al Qur’an kepadamu dengan mudahnya.”
Lelaki muda itu dengar pembicaraan ini dan terganggu karena ia merasa, “Mungkin saya tak bisa membaca Al Qur’an karena saya bukan orang yang baik dan ada yang hilang dalam jiwa saya.”
Ia benar-benar memasukkan ke hatinya.
Saya yakin bukan ini maksud dari guru itu. Ia hanya menyemangati si anak. Tapi, mari kita pahami.
“Almāhiru bil qur`āni ma’as-safarotil kirōmil baroroti, walladzi yaqro`ul Qurāna yata’ta’u fīhi wahuwa ‘alaihi syāqqun falahū ajrōni.”
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda bahwa orang yang mahir baca Al Qur’an bersama para malaikat yang tertinggi. Tapi, mereka yang terbata-bata, tersendat-sendat, tak bisa melafalkan dan membaca kata dengan tepat. Mereka selalu merasa kesulitan. Mereka ini mendapatkan pahala dua kali lipat.
“…” hadits ini adalah diskusi yang berbeda. Apakah pahala dua kali lipat dari pahala orang biasa atau dari yang ahli? Saya cenderung berpendapat dua kali pahala dari para ahli. Tak ada alasan untuk berpikir sebaliknya. Karena Allah bukan menilai prestasi. Allah menilai jerih payah. Kita yang menilai prestasi. Manusia berbeda dengan Allah. Manusia menilai prestasi. Manusia menilai hasil, keuntungan, pendapatan seberapa banyak Anda tahu atau hafal, seberapa baik bacaan Anda. Kuantitas. Supaya kita bisa melihatnya.
Allah Azza wa Jalla tak memerhatikan ini semua. Allah memerhatikan seberapa jerih payah Anda. Mari kita lihat dari perspektif seorang milyarder. Mereka sumbangkan 1000 dolar. Jumlah yang banyak. Itu bernilai. Tapi seseorang mempunyai nol, tak punya apa-apa. Lalu, mereka sumbangkan 15 sen. Mereka hanya ada 1 dolar dan 15 sen disumbangkan. Lima belas sen itu lebih berarti bagi Allah dari 1000 dolar sumbangan sang milyarder. Bukan kuantitas yang dilihat Allah, tapi kualitas. Begitu juga dengan jerih payah.
Anda tak bisa baca Al Qur’an bukan berarti Anda buruk. Bahwa Anda berusaha membaca Al Qur’an, berjuang membaca setiap hurufnya dan terus melakukannya. Allah yang berikan perjuangan itu pada Anda. Jika Allah mau, Dia bisa memudahkannya untuk Anda. Jika Allah mau, Musa ‘alaihissalam takkan menjadi gagap. Jika Allah mau, Fir’aun takkan beralasan,
“Wa laa yakaadu yubiinu.” (QS Az Zukhruf ayat 52)
Bahkan kau tak bisa bicara dengan jelas.
Di dalam hidup ada disabilitas atau tantangan atau kesulitan. Sebagian alami disabilitas fisik. Sebagian alami disabilitas psikologis atau tantangan dalam hidup. Tantangan ini diberikan oleh Allah Azza wa Jalla dan kita tak tahu alasannya. Bukan karena Allah mengutuk mereka atau mereka lebih rendah dari kita. Mungkin itulah alasannya mereka lebih dari kita. Mungkin disabilitas itulah yang buat mereka jauh lebih ungggul daripada kita.
Kita harus sadar bahwa standar kita… Bersyukurlah bahwa standar kita tak sama dengan standar Allah. Orang saling jegal satu sama lain. Merendahkan mereka yang belum berprestasi.
Saya selalu beritahu para murid Bahasa Arab saya karena kelasnya berdasarkan prestasi, berapa nilai Anda, berapa baik anda berbicara, baca dan memahami tata bahasa.
Ada satu murid saya. Lelaki ini… Anda tahu apa yang sering saya katakan tentang dia? Saya bilang Allah tidak ciptakan dia untuk Bahasa Arab. Itu yang sering saya katakan.
Lelaki itu genius. Sangat berbakat dalam profesinya. Dia sangat cerdas apapun yang dia sentuh menjadi emas. Lelaki itu genius. Tapi, dalam Bahasa Arab… Ia tak bisa dapatkan nilai ujian melebihi angka 30. Ia benar-benar tak bisa.
Orang ini gigih. Ia belajar lebih giat dari para murid lainnya. Lebih giat dari para murid lainnya Berjam-jam, berhari-hari. Dan ia gagal dalam ujian. Murid gagal lainnya depresi dan tak belajar beberapa hari. Lelaki ini pelajari kesalahannya. Dia mengulasnya.
Ia adalah teman saya dari sebelum menjadi murid saya. Setiap saya telpon dan ajak dia berkumpul ia berkata, “Tidak, saya harus belajar.”
Saya gurunya di siang hari. Di malam hari saya cuma mau berkumpul dengannya dan ia berkata, “Tidak, saya harus belajar.”
Biarpun nilainya jauh dari murid lainnya yang dapat nilai 100, saya menghormatinya melebihi yang lain. Saya tahu Allah Azza wa Jalla berikan dia pahala lebih besar.
Bagi sebagian orang perjuangan itu, jerih payah, kesulitan itu yang dinilai oleh Allah. Terkadang dengan kesulitan, Allah menaikkan derajat Anda Dengan begitu, Dia tinggikan Anda.
Jangan biarkan asumsi orang lain terhadap Anda atau membandingkan Anda dengan yang lain, apa yang Anda tahu atau bisa lakukan. Jangan biarkan semua itu mengerdilkan penilaian Allah tentang Anda. Ini adalah penilaian sebenarnya.
“Inna akramakum ‘indallaahi atqaakum.” (QS Al Hujuraat ayat 13)
Orang termulia di sisi Allah adalah yang paling takwa. Takwa takkan pernah diketahui oleh orang lain.
Saya berdoa agar kita tak menghakimi orang lain, dan terutama tak menghakimi diri sendiri. Tapi, tak hanya memikirkan diri sendiri dan selalu menghormati orang lain.
Barakallahuli wa lakum. Wassalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh.
WordPress: https://nakindonesia.wordpress.com
Tumblr: http://nakindonesia.tumblr.com
Twitter: https://twitter.com/NoumanAliKhanID
Instagram: https://instagram.com/nakindonesia
Facebook: https://www.facebook.com/NoumanAliKhanIndonesia
YouTube: https://www.youtube.com/NAKIndonesia
Telegram Channel: nakindonesia http://goo.gl/ohT9Nz