Ketika saya pertama kali menghapal Al Quran, suara saya, nada, dan pelafalan saya sangat buruk. Bahkan saya sendiri benci mendengarnya. Guru saya bisa membacanya dengan sangat merdu sehingga ayat-ayat Quran bisa masuk begitu saja ke dalam hati saya. Dan ketika saya membaca ayat yang sama, (terdengar) persis seperti paku yang digesek di papan tulis.

Suatu hari, saya bertanya kepada guru saya. Bagaimana caranya saya bisa mengaji dengan merdu dan bisa menikmati apa yang saya baca. Bagaimana caranya agar bacaan saya tidak sumbang?

Beliau kemudian tersenyum dan menjawab, “Kamu kan baru saja melakukan ini. Sementara saya sudah melakukan ini bertahun-tahun. Seiring dengan meningkatnya hafalanmu nanti, kau akan menemukan irama bacaan yang pas dan suaramu akan terdengar merdu dengan sendirinya. Jangan khawatir, memang butuh waktu dan latihan.”

Dan saya melakukannya. Setelah sekian tahun, dengan izin Allah, hari semakin hari saya mulai menyadari bahwa perubahan saya berbanding lurus dengan usaha yang saya berikan – dengan ijin Allah -.

Banyak orang yang berbagi kepada saya bagaimana mereka tidak mampu mengaji dengan merdu, atau bisa menghafal dengan cepat, atau bagaimana biar hafalan itu lekat di ingatan. Ada banyak yang hampir menyerah, dan mengatakan hal yang sama, “Aku tidak tahu, apa yang salah dengan diriku.”

Pertanyaan yang sesungguhnya adalah bukan tentang apa yang salah dengan dirimu atau lainnya, dan juga bukan tentang seberapa kerasnya seseorang berusaha.

Entah itu cara membaca, atau kemampuan seseorang dalam menghafal, atau berapa banyak hafalannya. Semua itu tergantung kehendak Allah subhanahu wa ta’ala, dan tentu saja LATIHAN.

Kita semua punya kemampuan untuk mencapai tingkat seperti orang lain yang kita idolakan, biidznillah dengan izin Allah. Pertanyaan yang sesungguhnya adalah bukan kenapa kita tidak bisa? Tapi apakah kita siap untuk berusaha dan mendedikasikan waktu untuk menjadi seperti idola kita tersebut?

Sumber: https://www.facebook.com/maryam.amirebrahimi/posts/1061551360572387