[Transkrip Kartun Islami] Membersihkan Hati – Nouman Ali Khan


Judul Asli: [Illustration] How to attain pure nafs

Video Asli: https://www.youtube.com/watch?v=5JTglNrp34s

Qad aflaha man zakkaahaa.” (QS Asy Syams ayat 9)

Mereka yang berjuang untuk mensucikan ‘itu’ sepenuh hati adalah keberhasilan itu sendiri. Apakah yang dimaksud dengan “itu”? Yang dimaksud dengan “itu” adalah ‘nafs’ (mensucikan diri). Itulah yang sebelumnya dibicarakan ketika Allah berfirman,

Wa nafsiw wa maa sawwaahaa.” (QS Asy Syams ayat 7)

Fa al-hamahaa fujuurahaa wa taqwaahaa.” (QS Asy Syams ayat 8)

Qad aflaha man zakkaahaa.” (QS Asy Syams ayat 9)

Jadi orang yang sudah berjuang/berusaha untuk mensucikan itu (dirinya) sudah memperoleh keberhasilan karena proses membersihkan itu sendiri. Allah sudah menyebutnya berhasil. Bukan orang yang sudah suci, itu mungkin tidak akan pernah terjadi.

Maksudku, kamu dan saya mungkin akan terus berjuang untuk mensucikan diri kita seumur hidup. Tapi kita tidak akan pernah benar-benar mendapatkan hati yang suci. Tapi mereka yang sudah berusaha untuk membersihkan hati, Allah sudah menyebutnya berhasil. Dia menyebut usaha itu sendiri sebuah keberhasilan.

Kata “zakkaa” or “tazkiya” berarti untuk membersihkan atau mensucikan. Dan kita tentu tahu bahwa kita tidak membersihkan sesuatu yang sudah bersih. Kita membersihkan sesuatu yang kita tahu itu kotor. Jadi dampaknya di sini adalah bahwa manusia sedang diingatkan ketika Allah memberikannya pemahaman yang jelas dan inspirasi untuk mengenali “Fujuurahaa wa taqwaahaa.” (QS Asy Syams ayat 8)

Oke?

Mengenali bagaimana hati bergejolak dan sebagai upaya untuk melindunginya. Manusia harus sadar bahwa mereka belum sepenuhnya mensucikan hidupnya. Jadi mereka harus berusaha untuk mensucikan dirinya. Jadi, ini berkaitan dengan penyucian diri. Ini berkaitan dengan bagaimana menjadi manusia yang lebih baik, menjadi manusia yang lebih bersih. Untuk membersihkan dirimu dari kotoran, di mana kotoran ini “baathinah” atau tidak tampak. Dengan kata lain, ini adalah masalah yang terpendam.

Mungkin masalahmu adalah amarah, mungkin masalahmu adalah iri hati, mungkin juga bohong, mungkin juga menipu di rumahmu, mungkin “ghafla“, yaitu kamu terobsesi dengan hiburan, mungkin juga hilangnya rasa malu, kamu tidak bisa menjaga pandanganmu. Mungkin juga lidahmu, kamu tidak bisa menahan lidahmu, kamu mengatakan apapun yang terlintas di mulutmu.

Ini adalah alasan-alasan yang bisa membuat dirimu semakin kotor dan semakin kotor. Dan orang ini saat ini, orang yang meraih kesuksesan adalah mereka yang terus menerus mensucikan dirinya,

Qad aflaha man tazakkaa.” (QS Al A’laa ayat 14)

Orang yang ikut serta dalam aktifitas ini sudah dikategorikan sukses. Semoga Allah menjadikan kita bagian dari mereka. Dan di sisi lain, ada juga penyakit hati ekstrim yang Allah sebutkan dalam firman-Nya.

Balillaahu yuzakkii may yasyaa’u.

Di suatu surah (QS An Nisaa ayat 49 -red).

Sebenarnya justru Allah-lah yang mensucikan hati siapapun yang dikehendaki-Nya. Jadi sebenarnya, Allah hanya ingin kita mensucikan hati kita. Dan kemudian Allah berfirman, Dialah yang akan mensucikan hati siapapun yang dia inginkan. Sungguh keseimbangan yang sempurna di antara dua hal ini.

Saat ini yang kita tahu adalah tidak ada satupun dari kita, tidak satupun dari kita benar-benar bisa mensucikan diri kita. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk mensucikan diri. Ketika kita sudah berusaha sungguh-sungguh dalam hal ini, siapakah yang akan mensucikannya? Allah ‘azza wa Jalla. Tapi kitalah yang harus memulainya dan mencobanya. Inilah caranya agar kita dapat menyeimbangkan kedua hal ini.

Di sisi lain ada juga orang yang sudah merasa dirinya itu suci. Mereka tidak perlu mensucikan diri, mereka sudah suci. Dan ini adalah masalah yang serius karena kau tahu di beberapa daerah, sebagian besar, sebuah komunitas, kita menganggap bahwa orang ini sudah suci.

Jadi seringkali kita mengunjungi mereka untuk meminta mereka mendo’akan kita, atau melakukan apapun itu, terutama urusan keagamaan. Tapi bukan karena mereka itu memiliki pengetahuan, tapi karena mereka dianggap suci. Mereka suci sebagaimana saya tidak suci, tapi mereka itu suci. Allah ‘azza wa Jalla berfirman, – dan ngomong-ngomong orang-orang ini yang biasanya memanggil orang lain seperti… kau tahu? Mengumumkan ke orang-orang bahwa mereka entah bagaimana bisa mengangkat derajat spiritual mereka, dan sebagainya. Mereka mengira dirinya itu suci. Mereka mengira mereka itu suci.

Tapi Allah berfirman, “Laa tuzakkuu anfusakum.” (QS An Najm ayat 32)

Jangan pernah merasa dirimu itu suci. Dia mengingatkan kita untuk jangan pernah merasa suci. Dan pemikiran ‘merasa suci’ ini atau merasa sudah diangkat derajat imannya atau apapunlah itu, sudah tidak perlu lagi dipertanyakan bagi kita. Kita seringkali mengasumsikan iman untuk orang lain, tapi kita tidak pernah mengasumsikan iman untuk siapa? Diri kita sendiri. SubhanAllah.

Untuk orang lain kita tidak pernah bilang, “Ih, orang ini imannya lemah sekali.

Kita selalu berkata, “Orang ini lebih beriman dari saya.

Kalau untuk diri sendiri, kita tidak pernah menilai bahwa, “Saya sudah membersihkan diri.

Atau kita merasa sudah memperoleh derajat tertentu. Allah tidak menitipkan kita dengan perasaan itu. SubhanAllah.

Jadi Allah berfirman, “Qad aflaha man tazakkaa.” (QS Al A’laa ayat 14)

Ngomong-ngomong, siapakah orang terbaik dalam hal mensucikan dirinya? Dialah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ajarannya sudah disebutkan di surah sebelumnya.

Wa anta hillum bihaadzal-balad(i).” (QS Al Balad ayat 2)

Patokan mengenai siapa yang paling suci sudah jelas disebutkan di surah sebelumnya ini. Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membaca ayat ini, ada beberapa riwayat menyebutkan bahwa beliau shallallahu alaihi wasallam berdo’a. Saya akan membacakannya untuk anda tapi tidak semua versi. Hanya versi yang paling panjang karena saya menyukainya.

Allahumma innii a’uudzubika min qolbin laa yakhsya’.

Ya Allah aku berlindung kepadamu dari hati yang menolak untuk takut. Yang tidak merasakan takut.

Wa min nafsin laa tasyba’.

Dan aku takut, aku berlindung kepada-Mu dari diri dan nurani yang tak pernah tercukupi. Artinya kita selalu berusaha mengejar sesuatu untuk mendapatkan lebih.

Yang tak pernah kenyang, yang tak pernah tenang, yang tak pernah puas.

Wa min da’watin laa yustajaabu lahaa.

Dan aku berlindung pada-Mu dari do’a yang tidak dijawab. Artinya kamu meminta kepada Allah dan Dia tidak akan mengabulkannya.

Allahumma aati nafsi taqwaahaa.

Ya Allah lindungi diriku, nuraniku, tolong lindungi ia.

Kau tahu, “Fa al-hamahaa fujuurahaa wa taqwaahaa.” (QS Asy Syams ayat 8)

Dan kau tahu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meminta berikan diriku ketaqwaan, hadiahilah aku kesadaran untuk melindungi diri.

Wa zakkiihaa,” dan sucikan ia, bersihkan ia.

Anta khairu man zakkaahaa.

Engkaulah sebaik-baik, Engkaulah yang paling tepat untuk membersihkan dan mensucikannya.

Sekarang, “Khairu man zakkaahaa,” berarti Engkaulah yang terbaik.

Tapi kamu bukan satu-satunya yang terlibat dalam urusan mensucikan hati ini. Sebenarnya tergantung kita, tapi Engkaulah yang paling berkuasa untuk benar-benar mensucikannya. Jadi Allah tidak hanya berkata, dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun tidak hanya berkata, “Engkaulah satu-satunya.

Tapi dia berkata, “Engkaulah yang terbaik dan paling berkuasa untuk benar-benar membersihkannya.

Dengan kata lain, dari sisi kita sendiri, ada kewajiban kita untuk berusaha membersihkan hati.

Anta waliyyuuhaa wa maulaahaa.

Engkau Maha Melindungi dan Engkaulah Pelindung temannya. Artinya kamu adalah teman, kamu berada di sisi yang sama dengan ‘nafs’. SubhanAllah.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s