[Transkrip Kartun Islami] Bagaimana Allah Meninggikan Derajat Nabi Muhammad – Nouman Ali Khan


Jadi sekarang tentang “Wa rafa’naa laka dzikrak(a).” (QS Asy Syarh ayat 4)

Judul Asli: [Illustration] How Allah swt Elevated Mention of The Prophet
Video Asli: https://www.youtube.com/watch?v=MQVj0VKAsmE

Sekarang kita sudah sampai di ayat ini. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada Rasulullah,
Khususnya untukmu dan demi dirimu. Telah kami tinggikan sebutanmu. Kami telah mengangkat sebutan untukmu.”

Hal pertama yang perlu kita catat adalah apa kaitannya antara hal ini dengan beban yang diringankan? Apa kaitannya antara sebutan yang ditinggikan dengan beban yang diringankan? Ini adalah pertama yang sangat penting untuk kita pahami.

Di bagian ini, komentar yang ingin saya berikan adalah.. kau tahu, tugas seorang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah untuk mengabarkan pesan ini. Dan jika semua orang mengumandangkan nama “Muhammadar Rasulullah” dimana-mana. Bukankah itu yang diinginkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, bahwa dia adalah benar-benar utusan Allah.

Dan dengan terangkatnya pesan da’wah dan juga sebutannya, itu sendiri sudah merupakan jaminan kesuksesan Islam. Kekhawatiran yang ada dalam diri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sudah diringankan.

Ada sebuah hadits yang sangat indah yang diriwayatkan oleh Abi Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, “Ataanil Jibriil ‘alaihissalam.”

Malaikat Jibril datang kepadaku,” kata Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan berkata, “Wa qoolaa inna Robbaka yaquuluu atadrii kayfa rofa’tu dzikrok?

Dan dia (malaikat Jibril) mendatangi Rasulullah dan berkata, “Tuhanmu berkata, Rabbmu berkata.”

Apa kau tahu bagaimana Aku mengangkat sebutanmu?

Jadi malaikat Jibril, atas perintah dari Allah, bertanya ke Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Apa kau tahu bagaimana Aku mengangkat sebutanmu?

Qultu Allaahu ta’aalaa a’lamu bihii.”

Aku (Rasulullah) berkata, “Allah yang telah mengangkatnya yang lebih tahu, aku tidak tahu.

Jadi dia (malaikat Jibril) berkata, “Qoolaa idzaa dzukkirtu, dzukkirta maa’ii.

Dia (malaikat Jibril) berkata, “Apabila nama-Ku disebut, maka namamu juga akan disebut, beriringan dengan nama-Ku.

Saat nama Allah disebutkan, maka nama Muhammad shallallahu alaihi wasallam pun juga ikut disebutkan.

“Laa ilaaha illallah, muhammadur rasulullah.”

“Asyhadu alla ilaaha illallah,” dalam adzan, selanjutnya?

“Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah,” ya kan?

Demikian pula dalam tahiyat (sholat), “Atta hiyyatu liLLAH wassholawaat, watthoyyibaatu. Assalamu’alaika ayyuhan nabiyyu,” ya kan?

Jadi, dalam setiap bacaan yang disebutkan nama Allah, maka kita pasti pula akan menemukan sebutan untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dengan indahnya, kata “Rafa’a”, untuk mengangkat/meninggikan itu sendiri berantonim atau berlawanan dengan kata “Wadho’a”, untuk melepaskan/meringankan.

Jadi kedua kata ini punya kesamaan atau kedekatan makna yang membuatnya menjadi retorika yang indah.

“Dzikr” dalam bahasa Arab mengandung dua makna.

“Rafa’naa laka dzikrak(a).” (QS Asy Syarh ayat 4)

“Dikr” itu punya dua makna. Yaitu (satu), sebagai sesuatu yang ada di lidahmu. Ketika kau menyebutkan sesuatu, itulah “Dzikr”.

Atau (dua), sebagai sesuatu yang ada di dalam hatimu yang artinya kau mengingat sesuatu. Ini adalah dua makna, atau dua akibat dari kata “Dzikr”. Jadi sekarang mari berbicara sedikit tentang kata… “laka”

“Wa rafa’naa laka dzikrak(a).” (QS Asy Syarh ayat 4)

Satu, maknanya adalah kami meninggikan sebutanmu untuk kepentinganmu. Allah menunjukkan rasa Cinta-Nya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan berkata, “Salah satu alasan kenapa statusmu telah ditinggikan dan juga sebutanmu dan bahwa fakta bahwa engkau akan selalu dikenang dalam hati setiap orang.”

Alasan kenapa sebutan itu ditinggikan adalah untuk kepentinganmu. “Laka”. Itu yang pertama.

Yang kedua adalah, hanya untukmu. Sebutan namamu ini ditinggikan, hanya untukmu dan ini sendiri merupakan mukjizat dari Al Qur’an itu sendiri. Ayat ini. Ayat ini sendiripun sudah merupakan mukjizat. Kau tahu, matahari terbit secara perlahan, yang artinya pada waktu subuh, saat tiba waktu subuh di suatu tempat, kita anggap ini titik permulaan, kemudian dua menit kemudian, akan ada adzan di tempat yang lain lagi dan kemudian dua menit kemudian, akan ada adzan di tempat yang lain lagi dan terus seperti itu di seluruh penjuru bumi, ya kan?

Setiap kali datang waktu subuh apa yang terjadi? Adzan kan? Setiap menit, di kota lain akan juga mengumandangkan adzan. Dan ketika kira-kira kita sudah sampai di setengah perjalanan bumi, apa yang terjadi dengan kota yang pertama kali adzan tadi? Sudah masuk waktu apakah sekarang? Waktu Dzuhur. Satu siklus bahkan belum selesai dan siklus lainnya sudah akan dimulai di seluruh penjuru bumi, kau tahu apa yang dikumandangkan?

“Asyhadu alla ilaaha illallah.” “Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”

Dan setiap kali orang yang beriman mendengar kalimat itu, apa yang mereka ucapkan? ShollAllahu ‘alaihi wa sallam.

“Wa rafa’naa laka dzikrak(a).”

Dan telah kami tinggikan sebutanmu untukmu, subhanAllah. Jadi sebenarnya adzan adalah salah satu yang dimaksudkan (di ayat ini), Al-Alusi rahimahullah menulis sesuatu yang sangat indah tentang hal ini. Jadi saya akan membagikan seluruhnya kepada anda semua, “Waja’ala thoo’atahuu thoo’atahuu.”

Allah telah membuat siapapun yang mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka dia juga mengikuti Allah. Bukankah Allah telah mengangkatnya dengan melakukan hal tersebut? Selanjutnya, “Wa sholla ‘alaihi fii malaaikatihii.

Dan Dia (Allah) bershalawat untuknya (nabi Muhammad) bersama para malaikat. Artinya Allah sendiripun mengirimkan shalawat untuk Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

“InnAllaaha wa malaa’iikatahuu yushalluuna ‘alan-nabiyy(i).” (QS Al Ahzab ayat 56)

Ada di suatu ayat dalam Al Qur’an kan?

Dan sekarang, “Wa amaral mukminiin bi sholaati ‘alaihi.”

Kemudian Dia (Allah) memerintahkan orang-orang mukmin, “Yaa ayyuhal-ladziiina aamanuu shalluu ‘alayhi wa sallimuu tasliimaa(n).” (QS Al Ahzab ayat 56)

Tidak hanya Dia dan para malaikat mengirimkan shalawat kepada Rasulullah tapi Dia juga perintahkan para mukmin untuk mengirimkan shalawat untuk Rasulullah.

Wa khootabahu bil ilqoob.”

Luar biasa. Dan ketika Dia (Allah) memanggil Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Dia memanggilnya dengan panggilan sayang “bi ilqaab” dari kata “laqob”, oke? Dan apa sebenarnya arti dari “alqaab” itu sendiri?

“Ka…”

“Yaa ayyuhal-muddatstsir(u).” (QS Al-Muddatstsir ayat 1)

“Yaa ayyuhal-muzzammil(u).” (QS Al Muzzammil ayat 1)

Oke?

“Yaa ayyuhan nabiyy(u).”

“Yaa ayyuhar-rosuul(u).”

Kau tahu, di dalam Qur’an kau akan menemukan, “Yaa Zakariyyaa.” (QS Maryam ayat 7)

“Yaa Yahyaa” (QS Maryam ayat 12)

“Yaa Muusaa innii anAllaahu” (QS Al Qashash ayat 30), ya kan?

“Yaa Daawuudu innaa ja’alnaaka khaliifatan fil-ardhi.” (QS Shaad ayat 26)

“Yaa aadamuskun anta wa zawjukal jannata.” (QS Al Baqarah ayat 35)

Ya kan?

“Yaa ‘iisaa innii mutawaffiika wa raafi’uka ilayya.” (QS Ali Imran ayat 55)

Semua Nabi dan Rasul ini, berawalan “Yaa…” kemudian namanya. Kita tidak menemukan “Yaa Muhammadun” di dalam Qur’an. Tidak akan ada.

“Yaa ayyuhal-muddatstsir(u).” (QS Al-Muddatstsir ayat 1)

“Yaa ayyuhal-muzzammil(u).” (QS Al Muzzammil ayat 1)

“Yaa ayyuhar-rosuul(u).”

“Yaa ayyuhan nabiyy(u).”

SubhaanAllah. Sungguh status Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah diangkat sangat tinggi. Allah tidak memanggilnya dengan namanya tapi dengan gelarnya. (Yaitu) dengan gelar terhormat yang telah Allah berikan untuknya. Dan kita akan melangkah lebih jauh lagi, dia (Al-Alusi) berkata, “Wa kataba, kataba fil awwaliin akhda ‘alil anbiyaa ‘alaihi sholaatu wassalaam.”

Dan Dia (Allah) sejak awal sudah menuliskan dan menyebutkan nama “Muhammad shallallahu alaihi wasallam” di kitab-kitab terdahulu. Artinya Allah sudah memberi tahu sejak awal, bahwa Rasul terakhir akan datang. Dan Allah telah mengambil persetujuan dari semua Nabi dan Rasul bahwa mereka juga harus percaya kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

“Wa umaamahum” dan juga umat-umat (pengikut) mereka. Yaitu jika tiba masa ketika mereka sempat bertemu dengan Rasulullah maka mereka juga akan mempercayainya. Jadi, adzan, sholat, kalimat (syahadah), khutbah, sejarah manusia. Allah dan seluruh malaikat-Nya sholawat kepada Nabi Muhammad, bahkan ada di sholat itu sendiri, “Allahumma sholli ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali Muhammad.”

Allah telah mengangkat namanya, baik dalam hal kuantitas, apalagi dalam hal kualitas.

“Wa rafa’naa laka dzikrak(a).” (QS Asy Syarh ayat 4)

Perhatikanlah bagaimana Allah bahkan mengangkat namanya di dalam Qur’an itu sendiri,
di dalam Qur’an itu sendiri, subhaanahu wa ta’aalaa.

Dua komentar lagi dan Insya Allah akan saya akhiri. Komentar pertama kita hidup di masa di mana akan ada orang yang akan menjelekkan nama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam secara terbuka. Mereka melakukannya terang-terangan. Masih segar diingatan kita bagaimana penghinaan yang dilakukan oleh Danish Cartoon, bahkan sebelum itupun ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Bahkan di masa kontemporer, orang-orang masih ingat kasus Salman Rushdie dan lainnya. Kau tahu, Joker. oke?

Kita masih mengingat hal ini dan mereka membuat luka untuk setiap orang muslim. Tidak seorangpun berpikir, ini penting untuk kita ketahui. Setiap upaya untuk melecehkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak ubahnya seperti meludah ke matahari. Hanya akan berujung mengenai muka sendiri.

Apakah mereka ini orang yang pertama kali menghina Rasulullah? Tidak, dulu bahkan Rasulullah dihina lebih dari itu di depan mukanya, di depan mukanya. Tapi bahkan kemudian Allah berfirman, Allah berkata kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, “Dan Kami tahu dadamu menjadi sesak atas apa yang mereka ucapkan.”

“Wa la qad na’lamu annaka yadhiiqu shadruka bimaa yaquuluun(a).” (QS Al Hijr ayat 97)

Kami tahu dadamu menjadi sesak. Dan pasti karena apa yang mereka katakan. Tapi bahkan, bahkan Allah kemudian memberikannya “Insyirohushodr” (kelapangan hati) dan apa yang menjadi penawarnya? Tidak peduli apapun yang mereka katakan, Apa yang telah kami angkat untukmu? Dzikir untukmu. Dan penghinaan yang mereka lakukan tidak akan pernah menyamai sebagaimana sebutanmu telah ditinggikan. Seberapa besar sebutanmu telah ditinggkan. Ini yang pertama. Bahwa kehormatan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam itu jauh… jauh dari kecacatan di dalamnya.

Kau boleh mencoba apapun yang kau mau. Kau boleh membuka semua website tentang Injil di seluruh dunia. Itu tidak akan menguranginya sedikitpun. Sebaliknya, itu hanya akan menambah rasa cinta dan hormat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bagi orang-orang yang beriman. Hanya itu yang ada. Hanya itu yang akan terjadi. Dan upaya mereka untuk melakukan itu adalah bukti nyata betapa besar rasa cinta kita kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ini hal yang pertama.

2 thoughts on “[Transkrip Kartun Islami] Bagaimana Allah Meninggikan Derajat Nabi Muhammad – Nouman Ali Khan

  1. Assalaamu’alaykum warahmatulLaahi wabarakaatuh.

    AlhamdulilLaah Allaahumma Rabbaha dzihi da’wa titaammah wa shalatil qaimah -aati sayyidina muhammaddanil washilatah wal fadhilah wab’asthu maqaa mahmudalladzi wa’addah innaka laa tukhliful mii’aad.

    moga Allaah membalas kebaikan amal shaleh Nouman Ali Khan dengan balasan yang baik rahmat dan ampunan dari Allaah ‘azza wa jalla.

    dan moga Allaah membalas saudara kita yg sudah menuliskan men-script penjelasan Nouman Ali Khan kedalam blog ini, dengan balasan sebaik baiknya rahmat dan ampunan dari Allaah ‘azza wa jalla.

    Liked by 1 person

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s