[Transkrip Kartun Islami] Ayah Dan Burung Gagak – Nouman Ali Khan


Guru saya bercerita satu waktu. Seorang ayah sedang berjalan dengan anak laki-lakinya di taman dan mereka berjalan bersama-sama dan anaknya melihat burung gagak di dahan pohon dan dia bertanya, “Ayah, apa itu?”

Judul Asli: [Illustration] Father and Crow
Video Asli: https://youtu.be/vQPQkBHIN3Q

Anaknya berusia 2 tahun. Ayahnya menjawab, “Itu burung gagak.”

Dan dia berkata lagi, “Ayah, itu apa?

Dan ayahnya menjawab lagi, “Itu burung gagak.”

Dan anak itu menjawab, “Oh, okay…

Dan berkata lagi,, “Ayah, itu apa?

(Ayah menjawab) “Itu burung gagak.”

(Si anak menjawab) “Oohh,,, burung gagak. Kalau itu apa?

(Ayah menjawab lagi) “Itu burung gagak.”

Selama 10 menit anaknya bertanya sebanyak 30 kali. Sang ayah menghitungnya dan menulisnya di buku jurnal kecilnya. Aku dan anakku berjalan di taman, dan dia bertanya padaku tentang gagak sebanyak 30 kali. Ini adalah hal termanis di dunia. 30 tahun berlalu, anak itu tidak lagi berumur 2 tahun, dia sekarang berumur 32 tahun.

(Sang Ayah menelpon) “Nak bisakah kemari?

(Sang Anak menjawab) “Ayah, aku rasa ini bukan waktu yang tepat.”

(Si Ayah menjawab) “Tapi nak, ayah cuma minta 10-15 menit, hanya itu. Ayo kita naik mobil.”

Ayah ingin berbicara sesuatu kepadamu.”

(Si Anak menjawab) “Ah… terserahlah. kau tahu, baiklah.”

Dia datang ke rumah ayahnya, berkendara bersama, dan pergi ke sebuah taman.

(Si Anak bertanya) “Ada apa ini? Bisakah Ayah katakan dengan cepat? Aku punya banyak urusan.”

(Si Ayah menjawab) “Ayo jalan bersamaku, ok.”

Mereka berjalan, dan mereka melihat seekor gagak di atas pohon. Si Ayah bertanya, “Nak, itu apa?

(Si Anak menjawab) “Yang benar saja Ayah, itu burung gagak.”

(Si Ayah menjawab) “Oh….. nak, kalo itu apa?

(si Anak menjawab) “Apakah ini permainan? Aku punya pekerjaan yang harus aku selesaikan, tahu nggak?

Itu burung gagak!!! Aku baru membelikan Ayah kacamata baru bulan lalu.”

Kenapa ini terjadi padaku? Kenapa Ayah sangat sulit?

Aku tidak mengerti apa masalahnya.”

Katakan saja kepadaku apa yang kau.”

Aku sangat sibuk, oke?

Sang Ayah mengambil buku jurnalnya.

Kau tahu nak, ini pernah terjadi 30 tahun yang lalu.”

Kita berjalan di taman yang sama, dan kau melihat seekor gagak.

Dan kau bertanya kepadaku 30 kali.”

Dan aku memberimu senyum setiap kali menjawab.”

Sekarang, kamu tidak tahan meski untuk 2 pertanyaan?

Apa yang telah kita berikan kepada orang tua kita? Saya bahkan belum menyebutkan Allah. Fakta bahwa Allah menyebutkan diri-Nya dan kemudian orang tua. Coba kau pikirkan sendiri. Apa yang sudah mereka lakukan ke kita dan apa yang sudah kita lakukan untuk mereka? Apa yang sudah kita lakukan untuk mereka? Berapa banyak orang tua yang anaknya di ICU? Mereka berdiri di sana, menunggu di dekat kotak kaca dengan bayi mereka di dalamnya, 24 jam sehari 7 hari seminggu. Berdiri di situ, bahkan tidak duduk.

Berdiri di rumah sakit seolah-olah menunggu barang keluar dari mesin penjual otomatis (vending machine) dan anak yang sama itu tumbuh dan bahkan tidak punya waktu untuk menelpon. Masih anak yang sama, kau tahu. Kau tahu, ibumu hampir meninggal ketika melahirkanmu. Hampir meninggal ketika melahirkanmu.

Dan sekarang sangat sulit (bagimu) untuk menerima telepon darinya atau kau hanya memberikannya beberapa menit dalam sehari dan lama-lama kau semakin merasa mereka tidak penting. Apa kau tahu betapa tidak adilnya ini, bahwa kau sangat berarti bagi mereka dan mereka sangat tidak penting bagimu?

Betapa tidak adilnya itu, kau tahu. Mereka membawa luka itu setiap hari, bahwa mereka tidak berarti lagi bagi anaknya. Aku tidak berarti apa-apa, aku tidak berharga bagi mereka. Mereka tidak punya waktu untukku. Ketika kau menganggap sesuatu itu berharga untukmu, dia akan mengambil waktumu.

Sebagian besar orang seumuranmu, kalian hanya ingin menjauh dari orang tuamu. Kau hanya ingin bersama temanmu, kau ingin sendiri. Kau tidak ingin bersama orang tuamu, kau tahu. Kau menumbuhkan kebiasaan buruk ini dan semakin lama ini hanya akan bertambah buruk.

Orang tua kita punya emosi yang sangat sangat sangat kuat. Mereka sangat melindungi kita. Bagi mereka -kau tidak akan mengetahui ini sampai kalian menjadi orang tua- bagi mereka, tidak peduli walaupun kau sudah berumur 60 tahun, kau masih bayi bagi mereka. Mereka masih ingat ketika mereka mengganti popokmu, mereka masih ingat memberimu susu, mereka masih ingat membantumu bersendawa dan bersih-bersih setelah kau -kau tahu- buang air di kursi belakang. Mereka masih mengingatnya. kau tidak mengingatnya, tapi mereka mengingatnya. Anakku tidak akan mengingatnya. Mereka hanya bilang, “Aku kebelet… Aku kebelet… aku kebelet...”

Dan tiba-tiba dia diam. Dan saya berkata, “Ooo… waktunya membuka jendela, ini hari yang buruk bagi mobil ini.”

Tapi suatu hari dia akan lulus kuliah, suatu saat dia akan menikah dan suatu hari juga mereka akan punya anak, mereka tidak akan ingat itu. Tapi coba tebak siapa yang tidak akan lupa? Saya tidak akan lupa. Saya tidak akan lupa ketika saya membawanya ke kamar mandi dan membersihkannya dan mengganti bajunya.

Abah, tolong pakaikan aku piyama spiderman ini.”

Dia tidak akan ingat itu, dia tidak akan ingat sedikitpun tentang itu, tapi aku akan ingat. Aku akan terus ingat. Dan anak yang sama, suatu hari akan berkata, “Ayah, aku tidak mengerti ayah, aku tidak punya waktu sekarang.”

Ketika dia melakukan itu, itu akan sangat menyakitkan. Itu akan sangat menyakitkan. Itu yang kau lakukan kepada orang tuamu, itu yang saya lakukan kepada orang tua saya dulu. Mereka adalah hidup kita, mereka memberikan hidupnya untuk kita. Orang tua kita merelakan karirnya untuk kita, orang tua merelakan liburannya untuk kita. Orang tua kita merelakan teman-temannya untuk kita, apa kau tahu itu?

Saya baru tahu itu sekarang, dulu saya tidak tahu. Mereka punya rencana hidupnya sampai kau hadir. Kemudian kau menjadi rencananya. Kau menjadi segalanya untuknya. Dan kamu, berani-beraninya, ketika satu hal tidak sesuai keinginanmu, ada sesuatu yang tidak mau kau dengar, kau membentak mereka. Kita bahkan belum berbicara tentang Islam saat ini, kita hanya berbicara tentang kelayakan, hanya kelayakan. Apa yang sudah mereka lakukan untukmu dan apa yang kau berikan untuk mereka? Itu sangat tidak adil. itu sangat tidak adil.

Ayahku sangat menyebalkan, ibuku sangat begini… mereka sangat….”

Mereka selalu marah, mereka tidak pernah bahagia, mereka begini begitu.”

Bagaimana denganmu? Saya beritahu kalian, saya selalu mengulang-ulang ucapan ini. Kalau kau tidak mendapat do’a dari kedua orang tuamu, tidak ada sedikit pun kebaikan yang akan datang kepadamu. Tidak ada kebaikan sedikit pun yang akan datang kepadamu. Kalau mereka tidak senang kepadamu. Kau harus melakukan apapun untuk membuat mereka bahagia.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s