Sebuah kata yang sangat indah dari Allah yang diulang di surah sebelumnya. Di surah sebelumnya Allah berkata,
“Fa dzakkir in nafa’atidz-dzikraa.” (QS Al A’laa ayat 9)
Judul Asli: [Illustration] Importance of Reminder
Video Asli: https://youtu.be/dDhAUGN8Dt0
Dan berilah peringatan, sesungguhnya peringatan itu akan memberikan manfaat. Sedangkan di surah ini Allah berkata,
“Fa dzakkir innamaa anta mudzakkir(un).” (QS Al Ghasiyah ayat 21)
Sebenarnya Allah sedang memberikan tafsir dari ayat sebelumnya. Di dalam surah Al A’laa Allah berkata, “Berilah peringatan, karena peringatan itu akan memberikan manfaat.”
Sekarang Dia melangkah lebih jauh lagi untuk menjelaskan apa maksudnya. “Kemudian berilah peringatan,” lagi-lagi tidak ada objek yang disebutkan.
Tidak ada kata-kata, “Ingatkanlah mereka.”
“Fa dzakkirhum,” tidak ada.
“Fa dzakkir,” tanpa objek apapun. Dengan kata lain, ada atau tidak ada orang lain, apa yang harus kau lakukan? Ingatkan! Tugasmu hanyalah mengingatkan. Itulah tugasmu, hanya itu. Jangan pikirkan apa dampaknya bagi orang lain. Mungkin itu akan berpengaruh, mungkin juga itu tidak akan berpengaruh. Mungkin itu akan berpengaruh nanti bertahun-bertahun kemudian.
Abu Sufyan (misalnya) menjadi seorang muslim setelah bertahun-tahun kemudian, ya kan? Tapi dia sudah mendengarkan pesan itu jauh sebelum itu. (contoh lain) Penyihir-penyihir yang bertemu dengan Musa, mereka juga sudah mendengarkan pesan yang dibawa Musa ‘alaihissalam. Tapi mereka baru menerima agamanya setelah mereka melihat sendiri keajaiban yang dibawa Musa ‘alaihissalam. Dan mereka tahu bagaimana mengucapkan syahadat, mereka tahu akhirat akan datang, mereka tahu semua itu karena mereka sudah pernah mendengarnya.
Jadi, “Fa dzakkir innamaa anta mudzakkir(un).” (QS Al Ghasiyah ayat 21)
Kau (Muhammad) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan. Orang yang membawa peringatan, “Mudzakkir”. Kau tidak lain hanyalah orang yang memberi peringatan. Ayat ini sudah merangkum bagaimana karir Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Sekali lagi, tugas utama dakwah pada intinya adalah mengingatkan manusia.
Dengan kata lain, mengingatkan mereka tentang kegagalan orang-orang terdahulu, itu adalah kenangan. Mengingatkan mereka tentang yang telah Allah kabarkan tentang masa depan. Mengingatkan mereka tentang sumpah pengakuan yang sudah mereka ucapkan kepada Allah. Bahkan jauh sebelum kita tiba di bumi, mereka sudah membuat pengakuan itu. Apa mereka mengingatnya?
“alastu birobbikum qooluu balaa syahidnaa.” (QS Al A’raf ayat 172)
Mengingatkan mereka tentang fitrah yang sudah ada di dalam diri mereka bahwa ini baik dan itu buruk. Mengingatkan mereka tentang kehormatan yang sudah Allah berikan kepada mereka sebagai manusia. Kemudian Allah menambahkan,
“Lasta ‘alaihim bimushaithirin.” (QS Al Ghasiyah ayat 22)
Kau ingat di surah sebelumnya Allah menyebutkan siapa orang yang akan mengambil manfaat dari peringatan kan? (yaitu) Mereka yang takut kepada dirinya sendiri.
“Sayadzzakkaru man yakhsyaa.” (QS Al A’laa ayat 10) (disebutkan) di dalam surah al-a’la.
Sekarang Dia berkata, “Tidak, kau tidak memiliki kelebihan dibanding mereka.”
“Kau tidak memiliki kedudukan yang lebih dari mereka. Kau tidak tugaskan untuk menjadi seorang ‘mushaithir.'”
Apa itu ‘mushaithir’? (Ustadz Nouman sepertinya mengatakan sesuatu dalam bahasa Arab)
Ini adalah sebuah definisi yang cukup bagus tentang ‘mushaithir’. ‘Mushaithir’ adalah seseorang yang diperintahkan untuk bertanggung jawab, yang sangat bertanggung jawab atas urusan orang lain sehingga dia bisa memonitor apapun yang orang itu lakukan, dan mengontrol apapun yang akan orang itu lakukan dan merekam segala aktifitasnya, sebagaimana layaknya sipir penjara, mereka tidak hanya menjaga selnya saja, tapi juga orang yang ada di dalamnya. Orang yang di dalam tidak akan bisa melakukan sesuatu yang luput dari pengawasan penjaga.
Jadi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diberitahu bahwa kau tidak bisa memaksa mereka. Kau tidak bisa mengawasi mereka, dan melindungi mereka, dan menarik mereka ke dalam surga. Dan apa yang digambarkan di sini adalah mungkin kita akan berpikir bahwa ini adalah apa yang diinginkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam atau tujuan hidup dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Sama sekali tidak. Bukan itu yang terjadi. Apa yang sebenarnya ingin digambarkan di sini adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sangat khawatir karena orang-orang kafir ini bagaimanapun adalah kaumnya sendiri. Mereka adalah orang-orang Quraisy. Beliau sangat khawatir karena tidak mampu mengajak mereka kepada Islam.
Tapi coba bayangkan, beliau bukan orang yang pemimpin kaum, merekalah yang berkuasa saat itu. Beliau hanya mampu menyampaikan pesan, beliau tidak punya pasukan militer di bawah kendalinya. Tapi beliau tetap bersedia bahkan bisa dikatakan memaksa mereka agar mereka mau menerima pesannya, karena beliau hampir putus asa dan karena itu untuk demi kebaikan mereka. Tapi Allah berkata, “Tidak, kau tidak perlu terlalu mengkhawatirkan mereka.”
Kau tidak diutus untuk melindungi mereka, dan tidak untuk mengawasi setiap gerak-gerik mereka.
“Lasta ‘alaihim bimushaithirin.” (QS Al Ghasiyah ayat 22)
Kau tidak bisa memaksa mereka. Dan tentang masalah ini, Allah juga sudah menyampaikan di dalam surah Qaaf. Allah berkata,
“Wa maa anta ‘alayhim bijabbaar(in).” (QS Qaaf ayat 45)
Kau berada dalam posisi di mana kau tidak bisa memaksa mereka sedikitpun. Kau tidak diutus sebagai seseorang yang ditugaskan untuk memaksa mereka dengan cara apapun. Peringatan itu sendiri sudah cukup. Mereka harus memikirkannya sendiri, itu saja. Ini adalah sebuah gambaran yang sangat indah tentang pesan,
“Laa ikraaha fid-diin(i).” (QS Al Baqarah ayat 256)
Tidak ada paksaan dalam agama. Kau tidak bisa memaksa mereka. Bahkan Rasulullah sendiri tidak bisa memaksa mereka. Tugasmu adalah tidak lain dan tidak bukan adalah memberi peringatan. Ingatkan, ingatkan, dan ingatkan.
Sekarang coba bayangkan kekuatan dari peringatan. Bayang kekuatan dari peringatan, subhanAllah dalam konteks agama kita. Kau mungkin pernah mendengar khutbah, ceramah, kau sudah mendengar tentang itu. Tapi kau tahu, Allah berkata,
“Fa dzakkir in nafa’atidz-dzikraa.” (QS Al A’laa ayat 9)
Peringatan akan bermanfaat bagi orang yang beriman. Peringatan itu membantu. Walaupun kau sudah tahu. Kau tahu, kau harus belajar ketika ada tes, tapi kau tidak melakukannya. Kemudian temanmu datang dan berkata, “Ayolah, kau sebaiknya belajar.”
Dan kau akan menjawab, “Ya, mungkin aku harus belajar.”
Dan kau pun mulai belajar. Apa kau tidak tahu bahwa kau harus belajar? Tidak, kau sudah tahu. Tapi apakah peringatan itu bermanfaat? Tentu, dia membantu. Ini adalah kebutuhan kita sebagai manusia untuk diingatkan atas sesuatu. Subhanallah.