Saya ingin anda mengerti arti dari kata ibadah dalam bahasa Arab atau ubudiyah, bentuk masdarnya. Ibadah berarti 2 hal, bila kita terjemahkan menjadi salah satu dari kedua hal tersebut, maka ia menjadi tak lengkap. Hal ini merupakan kelemahan bahasa Inggris bila dibandingkan dengan bahasa Arab klasik.
Judul Asli: [Illustration] Worshipper or Slave of God? | Surah Al Kafiroun
Video Asli: https://www.youtube.com/watch?v=ee03TxZIlDM
Bahasa Arab klasik dapat menggabungkan beberapa konsep sekaligus, dan bila kita mengambil sebagian dari terjemahan (arti dari konsep tersebut), maka akan menimbulkan kebingungan. Dua arti yang tercakup dalam kata ibadah atau ubudiyah adalah penyembahan dan perbudakan/penghambaan.
Sering kali kita mengambil konsep penyembahan atau perbudakan/penghambaan, dalam bahasa Inggris dua hal ini berbeda namun pada bahasa Arab kedua konsep ini menjadi satu pada kata ibadah/ubudiyah.
Jadi ketika Rasul shallallahu alaihi wasallam mengatakan,
QS Al Kafirun ayat 2 – لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
Bukan saja berarti aku tidak akan menyembah tetapi juga aku tidak akan menjadi hamba (budak). Secara singkat saya akan mengingatkan pada anda perbedaan antara penyembahan dan penghambaan.
Ketika maghrib datang, kita menyembah Allah, saat isya akan datang kita akan menyembah Allah, tapi di antara waktu sholat, siapakah kita? Hamba (budak) dari Allah.
Saat anda tidur anda tidak sedang menyembah tapi anda tetap seorang hamba (budak). Saat anda bangun, mengendarai mobil kerja, menyikat gigi, sarapan pagi, memarkir mobil anda. Bahkan di saat anda tidak sedang membaca Qur’an, anda tidak sedang melakukan tindakan penyembahan namun anda tetap seorang? Hamba (budak)
Dengan kata lain, penyembahan ada tindakan spesifik. Tindakan berpuasa, sholat, berhaji, membaca Qur’an, memberikan shodaqoh adalah tindakan penyembahan (ritual), namun seorang budak adalah budak setiap waktu, walaupun ia melakukan penyembahan atau tidak.
Konsep ini sangatlah penting, hal ini berarti kita harus hidup sesuai dengan bagaimana Allah ingin kita hidup. Tidak hanya saat jum’atan saat khutbah, ketika shalat sedang berlangsung. Kita adalah budak (hamba) Allah di antara waktu ibadah juga.
QS Al Baqarah ayat 238 – حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
Beberapa komentar tentang ayat ini berarti kita terhubung dengan Allah di antara waktu-waktu ibadah. Anda tahu bahwa terkadang manusia menyembah Allah tetapi tidak bertindak sebagai hamba-Nya.
Contohnya orang yang punya toko miras tetap melakukan shalat lima kali sehari. Dia tetap menyembah Allah tapi jelas-jelas tidak bertindak sebagai? Budak, dia tidak mematuhi perintah Allah dan terkadang, karena kita memiliki definisi yang tidak lengkap ini. Tahukah anda apa yang terjadi?
Kita berkata pada diri kita, “Hey setidaknya saya menyembahnya, jadi tugas saya telah selesai.”
Tidak, anda menyembah (ritual)-Nya, tapi anda tetap tidak bersikap sebagai hamba (budak) Allah. Penyembahan (ritual) adalah satu bagian, sementara penghambaan (menjadi budak) adalah bagian lainnya, maka ibadah mencakup? Keduanya.
Orang Arab saat itu, mereka memiliki dua masalah. Mereka menolak untuk menyembah Allah. Tapi tahukah anda akan masalah yang lebih besar? Mereka menolak untuk menjadi hamba Allah. Ada dua masalah pada surat ini, kita akan membuat keduanya menjadi jelas berbeda.
Saat mereka menolak untuk membungkuk kepada Allah dan menghancurkan berhala, masalah apakah itu? Penyembahan atau penghambaan? Ini adalah masalah penyembahan.
Namun ketika mereka menolak untuk memberi kepada anak yatim, saat mereka menolak untuk tidak membunuh bayi perempuan, ketika mereka menolak untuk memberi makan yang miskin, menolak memberikan keadilan, menolak untuk tidak membunuh tanpa alasan yang benar, ketika mereka menyiksa para budak, saat mereka melakukan semua perbuatan ini.
Apa yang mereka tolak sebenarnya? Mereka menolak untuk berlaku sebagai hamba Allah. Menjadi hamba (budak) Allah, termasuk di dalamnya anda menyembah kepada-Nya dan anda bertindak sebagai hamba-Nya, dua hal. Dan sekarang mari kita mengerti ayat-Nya.
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ = aku tidak akan diperbudak oleh dan aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah / memperbudakmu
Kita harus mengerti pada ayat ini Allah mewahyukan pada Rasul shallallahu alaihi wasallam untuk membahas apa yang mereka (kaum Arab-red) sembah dan apa yang memperbudak mereka. Mereka menyembah berhala, tuhan-tuhan palsu dan mereka diperbudak oleh hawa nafsu mereka sendiri.
Dua hal, mereka menyembah berhala, dan mereka diperbudak oleh diri mereka sendiri, hawa nafsu mereka sendiri dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata,
“Aku menolak untuk menyembah berhala-berhala kalian.”
“Dan aku menolak untuk diperbudak oleh hawa nafsuku.”
“Aku menolak kedua hal tersebut.”
“Aku tidak, dan tidak akan pernah mau.”
Kaum musyrik berkata bahwa Rasul shallallahu alaihi wasallam telah menolak agama mereka selama hampir sepuluh tahun. Maka mereka menawarkan kompromi, kota Mekkah telah menjadi tempat yang sangat menegangkan, selalu ada konfrontasi antara kaum muslim dan non muslim.
Para kafirun berkata, “Mari kita berkompromi agar hidup kita lebih baik.”
“Kita bersedia menerima agama Rasul shallallahu alaihi wasallam untuk setahun, dan sebaliknya Rasul menerima agama mereka di tahun berikutnya.”
“Dan kita akan kembali lagi ke agama Rasul di tahun berikutnya lagi, kita akan berbagi Islam untuk satu musim, dan kemudian berbagi kemusyrikan di musim berikutnya.”
“Dan jika kita berkompromi maka hidup kita akan membaik, tidak akan terjadi ketegangan lagi di kota Mekkah.”
“Masa depan kita akan lebih baik.”
Menurut hampir semua ahli tata bahasa (لَا أَعْبُدُ) dalam bentuk mudhory berarti lebih dari saat ini, berarti juga masa depan. Dengan kata lain Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengatakan jangan kalian berharap tinggi.
“Aku tidak akan pernah, tidak akan pernah terjadi.”
“Jika kalian berpikir bahwa masa depan akan lebih lunak untuk kalian kaum Quraisy.”
“Aku tidak akan pernah menyembah.”
“Dan aku akan terus menolak menjadi budak/hamba dari apapun yang kalian sembah.”
“Dan apapun yang memperbudak kalian.”
“Hal ini tidak akan pernah terjadi maka keluarkanlah ide itu dari kepala kalian.”