[Transcrip Kartun Islami] Doa Favoritku Di Quran – Nouman Ali Khan


Ustadz Nouman Ali Khan menjelaskan apa yang dimaksud dengan “mata yang menjadi sejuk” dan “mata yang menjadi hangat“.

Judul Asli: [Illustration] My Favorite Dua in the Quran
Video Asli: https://youtu.be/KqNfitp14vc

Ada sebuah ekspresi yang sangat luar biasa di dalam Al-Qur’an yang terungkap dalam dua kata. Dua kata itu adalah “Qurrota A’yun” (QS Al Furqaan ayat 74).

Penyejuk Mata“. Terjemahan sederhananya adalah penyejuk mata. Dan istilah ini juga beberapa kali ditemukan bahkan di dalam hadits Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Sebelum saya menjelaskan kepada anda bagaimana istilah ini digunakan di dalam kitab suci. Saya ingin menjelaskan kepada anda bagaimana orang-orang Arab jaman dahulu menggunakan istilah ini sebagai gaya bahasa dalam pidato-pidatonya.

Ini benar-benar sebuah gaya bahasa. Kita tidak bisa memahaminya hanya dari segi bahasa, karena dia punya artinya jauh lebih dalam dari itu. Dalam idiom bahasa Arab ada dua ekspresi yang sering digunakan dan tanpa harus berbicara masalah teknisnya dengan kalian. Dua ekspresi itu adalah “Mata yang menjadi sejuk” dan “Mata yang menjadi hangat“. Saya ingin kalian mengetahui ini terlebih dahulu. Orang Arab punya dua istilah, yaitu “Mata yang menjadi sejuk” dan “Mata yang menjadi hangat“.

Ketika seseorang menangis karena sedih, mereka menderita karena suatu kejadian, mereka merasakan kesedihan yang mendalam dan mendapatkan musibah, maka ketika kau melihat mereka, kau akan berkata, “Matanya menjadi hangat.”

Salah satu kutukan yang paling buruk, kau bisa mengutuk seseorang dalam bahasa Arab kuno.

Semoga Allah membuat matanya menjadi hangat.”

Yang artinya adalah, “Semoga dia diberikan penderitaan yang paling buruk dalam hidupnya.”

Sementara itu, lawan katanya adalah “Mata yang menjadi sejuk.”

Karena penderitaanmu, kesedihanmu, rasa sakit yang menimpamu terhapus tak bersisa. Dan kau akan merasa sangat damai, tenang, dan bahagia tak terkira. Dan saya akan memberikan contoh sederhana bagaimana penggunaan “mata yang menjadi sejuk” dan “mata yang menjadi hangat” ini sebelum kita lanjutkan.

Bayangkan kita sedang berada di bandara, oke? Dan ada dua orang ibu. Seorang ibu dan anaknya, dan seorang ibu lain dengan anaknya juga. Tapi salah seorang ibu ini mengucapkan selamat tinggal untuk anaknya. Anaknya ingin berangkat ke suatu tempat. Sementara ibu yang lain menjemput anaknya yang baru datang dari suatu tempat. Dan kedua ibu ini sama-sama menangis.

Tapi salah seorang ibu ini, matanya menjadi sejuk. Sementara yang lain, matanya menjadi hangat. Yang satu menangis karena senang, karena akhirnya bisa bertemu dengan anaknya setelah sekian tahun. Dia juga menangis, tapi tangisnya menyejukkan mata.

Sementara ibu yang lain melepas kepergian anaknya, maka, disebut apa kejadian ini? Matanya menjadi hangat. Kalian paham perbedaanya? Oke?

Sekarang, arti lain dari istilah ini, sebelum saya melanjutkan lebih jauh, ada sebuah syair dalam bahasa Arab menyebutkan, “Anggota kelompokku, mata mereka akan tetap hangat.”

Dan orang yang membuat syair ini sebetulnya adalah seorang pembunuh. Ya, sebuah syair dari seorang pembunuh mungkin agak sedikit… Ini kebiasaan mereka, kau tahu… Jadi dia duduk di atas pasir dan dia menunggu untuk membunuh ketua kelompoknya yang sudah menyengsarakan anggotanya. Dan dia membuat syair sambil menunggu. Saya rasa, mungkin dia punya banyak waktu. Jadi si pembunuh ini berkata,

Mata anggota kelompokku akan tetap hangat, sampai pisauku hangat dengan darahnya (si pemimpin).”

Dengan kata lain, ketika saya membunuh orang ini, maka mata anggota kelompok akan menjadi sejuk. Kemarahan, frustasi, dan penghinaan mereka hanya akan hilang dengan kematian orang itu. Itulah yang saya (pembunuh) lakukan untuk membuat mata mereka menjadi sejuk. Kalian mengerti? Jadi itu artinya adalah untuk menghilangkan rasa frustasi, marah, dan rasa sakit. Itulah salah satu konteks di mana istilah ini digunakan.

Tapi ada satu konteks terakhir dalam literatur bahasa Arab yang ingin saya bagikan dengan kalian. Yang mana konteks ini sangat indah sekali sebenarnya. orang-orang Arab itu terbiasa berjalan di padang pasir. Kemudian ada badai pasir, dan selama badai pasir, kau tahu, orang Arab akan menutupi mukanya. Karena kau tahu, wajahmu pasti akan terkena pasir.

Sementara itu, unta yang mereka tunggangi. Allah telah menciptakan unta dengan bentuk yang sangat luar biasa. Kelopak mata unta akan menyaring pasir dan membuangnya, sehingga bahkan mereka tidak perlu berkedip. Seolah-olah mereka punya kaca anti-debu. Yang akan menyaring pasir dan membuangnya. Dan kita tidak punya itu, kau tahu… Semacam sistem pembersihan seperti itu di mata kita, tapi unta memilikinya.

Sekarang, si pengendara, dia tidak bisa menutup matanya kan? Karena kalau ia menutup matanya, apa yang akan terjadi? Dia tidak tahu harus berjalan ke arah mana. Jadi dia harus tetap membuka matanya hingga akhirnya dia menemukan sebuah gua, dia menemukan tempat berlindung. Dan menariknya adalah, dia berkata,

Akhirnya mataku menjadi sejuk.”

Dengan kata lain dari sisi literatur, kita dapat menyamakan istilah mata yang menjadi sejuk itu memiliki arti menemukan tempat berlindung dari badai. Menemukan tempat berlindung dari badai. Jadi sekarang saya sudah memberitahukan kepada kalian dalam kondisi apa saja istilah ini digunakan. Tapi saya belum memberitahukan yang mana yang menjadi do’a favorit saya. Sebagaimana yang sudah saya baca di awal tadi.

Do’a ini diambil dari surah ke-25 di dalam Al-Qur’an. (QS Al Furqaan ayat 74). Allah ‘azza wa jalla berkata,

Rabbanaa

Allah ingin kita berkata,

Wal-ladziina yaquuluuna.”

Mereka yang berkata,

Robbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrota a’yun.”

Waj’alnaa lil-muttaqiina imaamaa.”

Ya Tuhan kami, Tuan kami, berikan kami, kabulkan untuk kami. Kau tahu di dalam Qur’an kita menemukan kata “aatina“, berikan kami.

a’thinaa“, berikan hadiah yang besar untuk kami.

Tapi “hab” berarti berikan kepada kami hadiah yang tidak disangka-sangka. Hadiah yang indah, “hab lanaa“.

Ini adalah hadiah yang anda minta kepada Allah untuk memberikannya kepadamu. Dan kata “lanaa” adalah sebuah “muqoddam“.

Preposisi ini disebutkan terlebih dahulu, (bermakna) khususnya bagi kami. Kita sedang meminta sesuatu yang spesial kepada Allah. Dan apa yang kita minta kepada Allah ‘azza wa jalla?

Berikan kepada kami, dari pasangan kami dan tidak hanya anak-anak kami yang harusnya “awlaad“, (tapi) “dzurriyyaatinaa“, kau tahu “dzurriyyaatinaa?

Generasi berikutnya dari kita. Kau tahu, yang kau minta bukan hanya untuk anakmu nanti, tapi dari anak keturunanmu, entah beberapa generasi setelahmu. Berikan kepada kami dari mereka semua, “kesejukan mata“.

Jadikan mata kami sejuk dengan adanya pasangan kami dan anak-anak kami. Dan saya mengatakan ini do’a favorit saya untuk sebuah alasan ketika saya menikah dan tentunya saya punya anak dan pasangan.

Tapi kami, kita semua, kita semua harus belajar mengapresiasi kekuatan do’a ini
atas krisis yang terjadi di dunia sekarang ini. Institusi dasar dari keluarga di seluruh dunia saat ini sedang diserang. Sebagian besar dari kita di sini dan keluarga muslim juga termasuk banyak rumah tangga kita saat ini.

Badai yang tadi saya ceritakan, matamu menjadi sejuk ketika kau menemukan tempat berlindung dari badai. Badainya itu bukan ada di luar rumah. Badainya itu justru berasal dari dalam rumah.

Dan kalian akan melarikan diri dari rumah agar terhindari dari celotehan, teriakan, dan panggilan-panggilan kasar, dan hujatan dan depresi, kesedihan, dan gesekan antara suami istri, dan antara orang tua dan anak. Rumah kita hancur, saudara tidak saling menyapa, orang tua tidak mau berbicara dengan anaknya, berapa banyak yang… semua syeikh.

Saya hampir berani bertaruh bahwa semua pembicara yang pernah datang ke sini. Ada ibu-ibu, ada bapak-bapak, ada para suami, ada para istri yang datang kepada mereka dan berkata,

Aku punya masalah ini.”

Aku tidak bisa berbicara dengan anakku.”

Dia berteriak kepadaku.”

Aku tidak bisa berbicara dengannya.”

Dia melakukan sesuatu dan aku tidak tahu bagaimana cara menghentikannya.”

Suamiku begini.”

Istriku begitu.”

Suamiku begini.”

Subhanallah. Ini adalah krisis yang terjadi di dalam rumah dan do’a apa yang lebih baik untuk diucapkan? Lawan dari semua kejadian itu. Kau tahu, keluarga sudah menjadi tempat penderitaan, depresi, dan kesedihan, dan marahan, dan kekesalan.

Orang merasa ingin jauh dari sana. Dan di sini, Allah mengajarkan kita untuk meminta
dengan sangat sempurna dan sangat mengesankan bahwa rumah harusnya menjadi tempat berlindung.

Seolah-olah dunia luar itu adalah badai dan kau menderita berada di luar. Dan tempat berlindungmu, surgamu adalah pintu rumahmu, istrimu, anakmu. Ketika melihat mereka kekhawatiranmu hilang.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s