Dalam beberapa tulisan berikutnya saya ingin berbicara tentang salah satu mata pelajaran yang telah membuat saya terpesona akhir-akhir ini, yaitu chiasmi dan komposisi cincin dalam Al-Qur’an. Tapi pertama, akan saya jelaskan apa yang dimaksud istilah tersebut.
Dalam penelitian Alkitab (khususnya dari Alkitab Ibrani / Perjanjian Lama), fokus para ahli selama dua abad terakhir adalah di pembahasan sejarah dan tekstual: konteks sejarah dari buku-buku Alkitab Ibrani, waktu penyusunannya, penulisannya, bagaimana ceritanya dikembangkan dan bagaimana hubungannya dengan penemuan-penemuan arkeologi. Itu semua adalah mata pelajaran yang menarik dan penting, tetapi dalam beberapa dekade terakhir telah muncul fokus yang lebih besar pada studi sastra Alkitab: puisinya, perangkat sastra, komposisi sastra, dan kualitas narasi.
Para akademisi yang berfokus pada sastra telah memahami bahwa berbagai penulis Alkitab menggunakan pertimbangan simetri sebagai prinsip utama penyusunannya. (Sejak itu penggunaan teknik-teknik penyusunan ini terlihat di Yunani kuno, Persia, India, dan tulisan-tulisan Cina juga, dan bahkan dalam tulisan-tulisan abad pertengahan dan modern dan sastra lisan). Ada tiga jenis utama dari komposisi simetris, meskipun itu mengandung banyak lagi subtipe. Masing-masing jenis tersebut, seperti yang akan kita bahas, juga penting untuk mempelajari Al-Qur’an.
1. Paralelisme
Sebuah paralelisme mengikuti pola sederhana A B A’ B’. Ini merupakan sentral bagi puisi Ibrani, seperti dalam Mazmur, tetapi juga umum dalam sastra dan retorika dalam semua bahasa.
Sebuah contohnya di awal Isaiah 2:4: (*Yesaya 2: 4: – red)
He shall judge between the nations,
and shall arbitrate for many peoples
(Ia akan menjadi hakim di antara bangsa-bangsa,
dan akan menengahi bagi banyak orang)
Strukturnya adalah:
A B
A’ B’
Dalam contoh ini, ciri khas dari puisi Ibrani, hubungan antara A (“shall judge/akan menghakimi”) dan A’ (“shall arbitrate/akan menengahi”) dan antara B (“the nations/bangsa-bangsa”) dan B’ (“many peoples/banyak orang”) ada kesinoniman, kesamaan, atau hubungan erat. Namun, hubungan antar kata paralel tidak harus satu kesamaan. Mereka juga bisa menjadi berlawanan langsung, seperti dalam kutipan berikut dari Malcolm X:
A man who stands for nothing will fall for anything.
(Seorang yang tidak mempertahankan apa-apa akan jatuh karena apa pun.)
Di sini A (“stands/mempertahankan”) dan A’ (“fall/jatuh”), dan B (“nothing/apa-apa”) dan B’ (“anything/apapun”), yang saling berlawanan. Intinya adalah bahwa A dan A’ harus memiliki beberapa hubungan yang jelas, serta B dan B’, C dan C’, dan sebagainya.
Contoh sederhana dari paralelisme dalam Al Qur’an pada Al Qashash ayat 73:
وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ
And from His mercy He made for you (Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu)
A. the night (malam)
B. and the day (dan siang)
A’. so that you may rest in it (supaya kamu beristirahat di dalamnya)
B’. and pursue from His bounty. (dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya.)
Surat 91 (Asy-Syams/matahari) dibuka dengan sumpah ilahi kompleks yang terdiri dari serangkaian paralelisme:
وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا
وَالْقَمَرِ إِذَا تَلاهَا
وَالنَّهَارِ إِذَا جَلاهَا
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا
وَالسَّمَاءِ وَمَا بَنَاهَا
وَالأرْضِ وَمَا طَحَاهَا
By the sun and its brightness (Demi matahari dan cahayanya,)
By the moon when it follows it, (dan bulan apabila mengiringinya,)
By the day when it displays it, (dan siang apabila menampakkannya,)
By the night when it veils it, (dan malam apabila menutupinya,)
By sky and the One who built it, (dan langit serta pembinaannya,)
By the earth and the One who spread it… (dan bumi serta penghamparannya…)
2. Chiasmus
Chiasmus (diucapkan kai-az-muhs; plural ‘chiasmi‘) kadang-kadang juga disebut sebagai “paralelisme terbalik”. Kali ini kata-katanya disajikan dan kemudian diulang dalam urutan terbalik – A B B A. Misalnya, dalam Matthew 19:30, (*Matius 19:30 -red), Yesus berkata:
But many who are first will be last, and the last will be first.
(Tapi banyak yang pertama akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang pertama.)
Chiasmus juga dapat dipetakan seperti ini:
A. But many who are first (Tapi banyak yang pertama)
B. will be last, (akan menjadi yang terakhir,)
B.’ and the last (dan yang terakhir)
A.’ will be first. (akan menjadi yang pertama.)
Contoh dalam Al Qur’an pada Al-An’am ayat 95:
يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ
A. He brings out the living (Dia mengeluarkan yang hidup)
B. from the dead (dari yang mati)
B ‘. and brings out the dead (dan mengeluarkan yang mati)
A’. from the living. (dari yang hidup.)
3. Cincin Komposisi (susunan)
Sementara itu, istilah ini tidak selalu digunakan secara konsisten, kata “chiasmus” sering digunakan pada skala kecil, seperti kalimat tingkat-klausul. Namun pada jumlah tulisan yang lebih besar, bahkan seluruh narasi atau seluruh buku, juga dapat merupakan struktur chiastic.
Jenis yang paling menarik dari struktur chiastic adalah komposisi cincin. Sebuah komposisi cincin (atau struktur cincin) adalah struktur chiastic di mana “Sebuah pusat menghubungkan sisi berlawanan dari paralelisme terbalik,” dikutip dari salah seorang akademisi. Oleh karena itu memiliki struktur ABCAB. (Definisi lain dari komposisi cincin hanya struktur chiastic di luar skala-klausul, jadi dari definisi ini juga bisa memiliki pola, misalnya, ABCCBA.) Bagian yang paling penting dari komposisi cincin adalah awal dan akhir, yang merupakan bingkai cincin, dan pusat yang menarik cincin berturutan kepada pernyataan sentral atau ide utama. Komposisi cincin dapat terjadi pada skala satu bagian atau seluruh buku.
Baru-baru ini akademisi Al-Qur’an di Inggris dan Perancis telah mengamati bahwa seluruh surah dalam Al-Qur’an adalah komposisi cincin. Contoh dari ini adalah surah Yusuf:
A. Mimpi Yusuf ‘alaihissalam (ay. 4-6)
B. Para saudaranya berkomplot terhadap Yusuf ‘alaihissalam (ay. 7-22)
C. Istri Potifar berupaya merayu Yusuf ‘alaihissalam (ay. 23-29)
D. Sebuah upaya serupa oleh wanita-wanita Mesir (ay. 30-34)
E. Hukuman penjara Yusuf ‘alaihissalam (ay. 35-42)
F. Mimpi sang Raja (ay. 43-44)
F’. Mimpi Raja ditafsirkan (ay. 45-49)
E’. Pembebasan Yusuf ‘alaihissalam dari penjara (v. 50)
D’. Pengakuan wanita-wanita Mesir (v. 51a)
C’. Pengakuan istri Potifar (ay. 51b-57)
B’. Saudara-saudaranya mendapatkan pelajaran mereka (ay. 58-99)
A’. Pengabulan mimpi Yusuf ‘alaihissalam (ay. 100-101)
Dalam beberapa tulisan berikutnya, saya akan memberikan contoh lebih lanjut dari struktur chiastic dalam Al-Qur’an dan menjelaskan mengapa hal tersebut penting (in sha’a ‘llah).
———
Penulis asli: Sharif Randhawa
Artikel asli: http://blog.bayyinah.com/introduction-to-parallelisms-in-the-quran/
Judul asli: Introduction to Parallelisms and Chiastic Structures in the Qur’an
Penulis asli juga menulisnya di blognya http://quranic-musings.blogspot.co.id/2014/10/an-introduction-to-parallelisms-and.html
Sharif Randhawa juga menulis kelanjutan tulisan tentang Chiastic di blognya http://quranic-musings.blogspot.co.id/
Sekilas tentang Sharif Randhawa, setelah lulus dari Bayyinah Institute di Irving, Texas, Sharif memilih melanjutkan study bahasa Arab dan melakukan penelitian tentang naẓm (koherensi sastra) dari Quran (http://quranic-musings.blogspot.co.id/2014/10/introduction-to-this-blog.html).
[…] posting sebelumnya, saya berbicara tentang penggunaan paralelisme dan struktur chiastic dalam Al Qur’an. Saya […]
LikeLike