Dari sini Allah ‘azza wa jalla akan bicara, sebuah kisah yang panjang tentang sebuah bangsa yang telah ada sebelumnya hingga saat itu. Sebuah kota di mana Allah mengirimkan sejumlah rasul.
Saya akan memberi sedikit pendahuluan penting sehingga Anda paham seluruh kisahnya. Sehingga kita tak terjebak detil ini nanti, namun ada suatu satu hal penting dari perbicaraan terakhir bagian pertama, yakni, ingat saat saya katakan bagaimana Allah, kebenaran menjadi jelas bagi mereka dan setelah itu pendengaran atau ada dinding di depan dan belakang mereka, serta rantai di leher mereka dan seterusnya, mereka sama sekali ditutup terhadap kebenaran.
Pastikan Anda paham bahwa Allah tak akan melakukan itu hingga mereka memutuskan untuk menolak kebenaran meski telah mengetahuinya. Allah tidak pernah menutup jalan kebenaran bagi seseorang yang tak tahu apa-apa.
Perhatikan pada bagian pertama, Allah menyatakan bahwa pendahulu mereka tak pernah diberi peringatan, sedang mereka sendiri tak sadar. Anda ingat?
[Fahum ghaafiluuna] *surah Yaa Siin ayat 6
Awalnya Dia tidak menutup bagi mereka tapi setelah datang kebenaran.
[Laqad haqqal qawlu ‘alaa aktsarihim fahum laa yu’minuuna] *surah Yaa Siin ayat 7
Kebenaran menjadi sangat jelas. Perkataan ini benar-benar nyata bagi mereka. Mereka masih menolak untuk percaya, sekarang ini menjadi kejahatan yang harus dihukum di dunia ini dan di akhirat kelak.
Dan hukuman di dunia adalah mereka tidak lagi mampu untuk berpikir dengan baik. Mereka menolak berpikir saat diberi kesempatan. Mereka memutuskan, sebenarnya mereka sudah memikirkannya dan sudah sampai pada kesimpulan yang benar, namun tidak mau menjalankannya.
Baik, terserah, sekarang tak ada lagi kesempatan untuk memikirkannya. Itu hukuman dari Allah di dunia ini. Jadi itu penjelasan tentang bagian sebelumnya.
Sekarang hal kedua tentang bagaimana Quran bicara soal sejarah. Sejarah telah dijelaskan juga pada bagian pertama bahwa kita harus belajar dari sejarah.
[Wamin khalfihim saddan] *surah yaa Siin ayat 9
Di belakang mereka ada dinding. Jika tak ada dinding mereka, mereka sudah belajar dari apa yang di belakang mereka, mereka sudah berpikir akan apa yang di belakang mereka, yakni sejarah.
Sekarang kita akan mempelajari salah satu pelajaran tersebut, yakni pelajaran dari sejarah. Cara pendekatan Quran terhadap sejarah. Allah tidak memberitahukan kita nama-nama tempat, kecuali sangat sedikit seperti Mishr (Mesir).
Juga tidak banyak memberitahu nama orang. Anda akan melihat tak ada nama yang disebut sekarang. Dia cuma menyebut mereka sebagai orang-orang yang dikirimkan. Allah tidak menyebut tanggal atau kronologi. Quran adalah kalimat Allah yang sempurna, terjalin sempurna, benar atau tidak? Jadi jika Allah ingin, bisakah Dia menyebutkan semua itu? Tentu… Dia memilih tidak.
Dan Dia memilih bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam, mufassir terhebat dari semua mufassiriin. Pemapar Quran terhebat yang pernah ada, adalah? Nabi shalallahu alaihi wasallam. Tak ada yang bisa menjelaskan Quran lebih baik dari beliau. Allah memutuskan tidak memberi tahu kita, nama kota, orang-orang, desa, tanggal dari kronologi…tak satupun.
Anda tahu maksudnya? Artinya itu bukan intinya. Bukan intinya di dalam Quran. Tapi yang terjadi pada kita saat kita mulai mempelajari hal ini. Kita suka semua informasi, semua detil, khususnya yang tidak disebutkan Allah. Saking sukanya kita pada detilnya, kita lupa memperhatikan apa yang disebutkan Allah.
Yaa Siin ayat 13
Ini tragedi dalam mempelajari Quran. Saat saya mempelajari bagian ini,
‘Beri mereka perumpamaan’ [Wadhrib lahum matsalan] *surah Yaa Siin ayat 13
Beri mereka contoh; [Ash-haabal qaryati] penduduk kota tersebut *surah Yaa Siin ayat 13
Kota tersebut (the town). Pertanyaan yang muncul apa…. Kota mana? New Jersey? Di mana ini? Sialkot? Di mana kota ini? Jadi di dalam sejarah kita, Anda bisa menemukan banyak orang terpelajar dan pendapat tentang kota ini yang disebut “Anthakiyah,”
Kota ini di sini, di sana, seterusnya… Jika itu penting, siapa yang akan menyebutnya? Allah… Jika ini penting, Dia setidaknya menyuruh mencari apa itu. Tapi tidak. Semua itu pengalihan perhatian, itu bukan intinya, Kita harus membuat Quran yang paling tinggi. Apa yang dianggapnya penting, penting bagi kita. Apa yang dihilangkannya kita hilangkan. Itu caranya kita tunduk pada Quran. Itu cara tunduk kepada firman Allah. Cara berpikir kita harus tunduk kepada firman Allah.
Ada hal-hal yang tidak penting dan harus tetap begitu. Itu bisa saja latihan akademik yang menarik tapi tidak bisa merubah prioritas. Quran datang memberi kita prioritas yang benar. Bukan sekedar buku untuk memperoleh informasi. Informasi bukan intinya. Tapi berpikir dengan benar, mencari petunjuk, mengolah segala sesuatu dengan benar.
Sekarang ayo kita mulai. Allah berkata beri mereka perumpamaan. Jika sebuah contoh diberikan, agar bisa bermanfaat bagi Anda, agar Anda memahami dengan lebih baik. Saya ingatkan bahwa di bagian sebelumnya, ada tiga pendengar. Nabi shalallahu alaihi wasallam, perumpamaan itu akan bermanfaat buat beliau, ingat ini.
Pendengar lain adalah orang yang tak percaya, perumpamaan ini akan mengomentari mereka dengan suatu cara. Ada pendengar ketiga, siapa dia? Seseorang yang tak dikenal. Orang yang percaya di luar sana, kita tak kenal. Dia takut pada Allah dan hal ghaib, Ar Rahman dan yang ghaib. Orang yang percaya ini akan menemukan inspirasi di suatu tempat di bagian ini. Ketiganya akan memperoleh pelajaran masing-masingnya buat diri mereka sendiri, dalam sejarah ini.
Sekarang kita mulai,
[Wadhrib lahum matsalan ash-haabal qaryati] *surah Yaa Siin ayat 13
Kota tersebut, beri contoh tentang kota tersebut. Bagaimana Allah menggambarkan Quraisy? Sebagai bangsa tertentu (the nation)? Dia menggambarkan mereka sebagai sebuah bangsa (a nation). Setiap orang tahu siapa dia, tapi Allah membuat mereka tak dikenal, seperti tidak penting, sebuah bangsa (a nation).
Sebaliknya, tak seorang pun tahu kota apa ini, Dia tidak menyebutnya sebuah kota (a town), tapi kota tertentu (the town), karena contoh ini lebih penting daripada Anda semua.
Lihat apa yang dibuat penting dan tak penting oleh Allah, hanya menggunakan “Al Qaryati.”
[Idz jaa-ahal mursaluuna] *surah Yaa Siin ayat 13
Ketika mereka yang dikirim datang kepada ‘itu’. Pikirkan bahasa yang saya gunakan, akan sulit menjelaskannya, tapi akan saya coba memudahkannya.
Beri perumpamaan tentang penduduk di kota tertentu, ketika para rasul datang ke ‘itu’. Penduduk kota tertentu, ketika para rasul datang ke ‘itu’. Apa yang dimaksud dengan ‘itu’? Kota. Saya pikir Allah akan berkata, “Beri perumpamaan tentang penduduk kota, saat para rasul datang kepada mereka”
Benar? Tapi bukannya datang kepada mereka, Allah berkata mereka datang kepada ‘itu’. Apa bedanya? Apakah akan berbeda? Tentu. Jika Anda datang kepada ‘mereka’, maka yang Anda pertimbangkan cuma mereka.
Jika Anda datang kepada ‘itu’, kota itu akan ada untuk beberapa generasi. Mereka takkan bertahan beberapa generasi, tapi apa yang bisa bertahan beberapa generasi? Kota itu. Para rasul datang agar bisa memberi tuntunan pada orang-orang dihadapan mereka, melalui mereka diteruskan kepada anaknya dan anak dari anaknya dan seterusnya.
Para rasul memikirkan pendengar yang lebih besar, penyebaran dakwah yang lebih lama, tidak hanya jangka pendek. Jika hanya memikirkan jangka pendek, akan dikatakan mereka (para rasul) datang kepada mereka (penduduk).
Tapi tidak, kata Allah mereka datang kepada ‘itu’. Mereka ingin kota ini bertahan, para rasul tak datang untuk menghancurkan kota, para rasul datang menyokong kota. Kota ini sudah di ambang kehancuran, orang-orang sudah berpikir saat para rasul datang, Allah akan menghancurkan kota, begitu rumus di kepala kita.
Itu terlalu dini, bangsa itu sudah di ambang kehancuran, karena dosa penduduknya. Para rasul datang sebagai harapan terakhir, perbaiki dirimu. Mereka tak datang untuk menghancurkan, tapi untuk memperbaiki.
Penduduk lalu mulai menyalahkan para rasul, karena kamu kami dihancurkan. Sebenarnya kamu sudah menderita kanker stadium akhir, akibat ulahmu sendiri. Kamu menuju ke sana karena kemauanmu sendiri. Para rasul sebenarnya bukti belas kasih, yang sudah diperlihatkan di
[Tanziilal ‘aziizir rahiimi]. *surah Yaa Siin ayat 5
Kedatangan para rasul sebenarnya ungkapan belas kasih. Ketiga pendengar yang sudah saya ungkapkan, bagaimana pentingnya kota ini seharusnya. Ada kepedulian tentang generasi berikutnya, pikirkan kata ‘Al-mursaluuna’.
[Idz jaa-ahal mursaluuna] *surah Yaa Siin ayat 13
Sama seperti [Innaka laminal mursaliina], *surah Yaa Siin ayat 3
Kata yang sama bukan?
Saat saya paparkan ayat 2, (*ayat 3 maksudnya -red) saya bilang Nabi shalallahu alaihi wasallam diberitahu bahwa beliau adalah bagian dari sebuah kelompok, ingat? Sekarang kata yang sama digunakan lagi, untuk mengingatkan Nabi shalallahu alaihi wasallam, kamu bagian dari kelompok yang sebelumnya sudah menempuh jalan lurus, coba ambil inspirasi dari saudaramu.
Yaa Siin ayat 14
Ada tiga pendengar, pertama Nabi shalallahu alaihi wasallam.Sekarang beliau sedang memberi perhatian lebih, sehingga menjadi lebih relevan bagi beliau, karena ini adalah orang-orangnya. Ini timnya, saudaranya, “Al Mursaluun…”
[Idz arsalnaa ilayhimuts nayni] *surah Yaa Siin ayat 14
Ketika Kami menurunkan dua rasul kepada mereka, tunggu… Allah menurunkan dua rasul pada satu kota?
[Fakadzdzabuuhumaa], lalu mereka menyebut keduanya pendusta, *surah Yaa Siin ayat 14
[Fa’azzaznaa bitsaalitsin] *surah Yaa Siin ayat 14
Lalu Kami kuatkan dengan yang ketiga. Sekarang berapa rasul dikirim ke satu kota? Tiga, tiga rasul satu kota. Siapa yang harus memberi khutbah pertama? Siapa yang harus memberi pidato utama? Siapa pembicara utama/puncak? Mereka bertiga.
Yang pertama kurang populer dari pembicara terakhir. Seharusnya ada semacam hirarki? Tidak. Mereka menganggap satu sama lain sebagai penguat, mereka tidak berkompetisi. Jika Anda menyeru orang-orang kepada Allah, Anda tidak sedang berkompetisi dengan yang lain. Tapi sedang bekerjasama dengan yang lain. Bukankah itu pelajaran yang penting dipelajari?
Para rasul tidak memiliki kepribadian kerdil, mereka memiliki kepribadian besar. Di satu kota kecil, berapa banyak kepribadian? Tiga, cukup ruang untuk tiga kepribadian.
Artinya Anda tak punya kepribadian cukup besar, saya tak punya kepribadian cukup besar, ada cukup ruang untuk yang lain. Kita harus paham tentang mengundang orang ke jalan Allah, bahkan rasul pun butuh pertolongan.
Memangnya siapa saya, dan siapa Anda? Anda harus bisa menerima pertolongan. Pahami juga bahwa tak ada iri antara mereka, yang ada hanyalah kerjasama. Lalu pertanyaannya, “Apa yang bisa dilakukan yang ketiga, tapi tidak mampu dilakukan dua sebelumnya?”
Keduanya mencoba tapi tidak berhasil, dan Allah berkata, “Aku kuatkan dengan yang ketiga.”
Mereka semua berkata, “Kami semua dikirim kepadamu. Kami dikirimkan khusus untuk kalian semua.”
Mereka menyatukan suara, dua menjadi tiga. Pertanyaannya, “Apa intinya?”
Intinya adalah dukungan. Bahkan para rasul pun butuh dukungan. Keduanya merasa sendirian, Allah ingin menguatkan mereka, menguatkan dan memberdayakan misi. Makanya Dia menggunakan kata [‘azzaznaa], *surah Yaa Siin ayat 14
Jadi bahkan para rasul butuh apa? Dukungan. Dalam sejarah, para rasul didukung oleh rasul lain. Nabi shalallahu alaihi wasallam tak punya fasilitas itu, kenapa? Kenapa beliau tidak boleh didukung rasul lain? Karena beliau yang terakhir.
Tapi saat beliau mendengar hal ini beliau berpikir, “Bagaimana dengan dukungan untukku?”
Tapi itu sudah terjawab, karena Allah yang mendukung, kata [‘azzaznaa], *surah Yaa Siin ayat 14
Meski Anda tak faham bahasa Arab…[‘azzaznaa], *surah Yaa Siin ayat 14
Nama Allah yang mana berakar dari kata yang sama?
[Tanziilal ‘aziizir rahiimi]. *surah Yaa Siin ayat 5
Allah sudah memberi dukungan pada Nabi dengan ucapan-Nya sendiri. Jika para rasul lain datang mendukung, pesan-Ku datang memberimu (Nabi shalallahu alaihi wasallam) dukungan. Dia telah memberi beliau Quran yang lebih kuat dari rasul-rasul ‘alaihis salam lainnya. Dukungan untuk para rasul lain berbeda dengan untuk beliau,
[Faqaaluu innaa ilaykum mursaluuna]. *surah Yaa Siin ayat 14
Poin terakhir tentang ayat ini, fakta bahwa ada tiga rasul, dan tak seorang pun mendengar, tidak membuat depresi Nabi shalallahu alaihi wasallam. Saya sendiri, mereka bertiga tapi masih tak didengar.
Sesungguhnya kenyataannya berbeda. Nyatanya sekarang Nabi shalallahu alaihi wasallam benar-benar paham, jika ada dinding dihadapannya, dinding di belakang mereka, dan ditutup di atasnya, tak peduli berapa banyak diberikan pada mereka, mereka takkan mendengar, meski satu kota diberi tiga rasul pun, takkan ada bedanya.
Yaa Siin ayat 15
Nabi shalallahu alaihi wasallam sekarang paham dari pelajaran ini, bagi sebagian orang usahanya adalah tidak mungkin, mereka takkan mendengar.
Sekarang… [Qaaluu maa antum illaa basyarun mitslunaa] *surah Yaa Siin ayat 15
Orang-orang menjawab, saat dikatakan padanya.
“Kamilah yang dikirimkan kepadamu, kamu bukan siapa-siapa.”
“Cuma daging dan tulang seperti kami… [basyarun].” *surah Yaa Siin ayat 15
“Basyarun” berasal dari bishr, berarti kulit.
“Kulitmu seperti kulitku, di mana keistimewaanmu?”
[Wa maa anzalar rahmaanu min syay-in] *surah Yaa Siin ayat 15
“Ar Rahmaan, yang Maha Pengasih, tidak menurunkan apapun, tak ada apapun, apa maksudmu Dia mengirim pesan?”
[In antum illaa takdzibuuna] *surah Yaa Siin ayat 15
“Kamu semua hanya membuat dusta.”
“Kamu bertiga hanya membuat dusta.”
“Tolong hentikan kebohongan ini.”
Dengan kata lain mereka diolok-olok dan dicap pembohong. Pada awal surat, Allah mengesahkan kebenaran Nabi shalallahu alaihi wasallam.
“Kamu adalah rasul, bagian dari para rasul.”
Karena orang-orang mengganggapnya pendusta, dan sekarang disebutkan. Dahulu kamu tak sendiri, kamu bukan yang pertama disebut pendusta, bahkan mereka bertiga dengan pesan yang sama, semuanya disebut pendusta. Mari kita gali ayat ini,
“Kamu hanya manusia seperti kami.”
Apa maksudnya? Pesan ini seharusnya supernatural, datang dari langit. Jadi ada yang mengeluh, jika pesan itu sangat hebat, datang dari ruang antar galaksi, mengapa pembawa pesan tak punya kekuatan antar galaksi?
Kenapa tak kamu bawa malaikat pada kami, atau seseorang yang super power, karena jika ini pesan super, mestinya karakter seperti Superman yang membawa pesannya.
Ngomong-ngomong ini yang mereka lakukan terhadap Yesus (Isa), menganggapnya lebih dari manusia, sehingga pesan pasti diterima karena dia bukan manusia biasa? Ini yang mereka lakukan dengan mitologi Superman, dia datang dari planet lain dengan pesan damai, dia memperoleh kekuatan dari matahari, dan bergerak seperti ini, seperti Yesus (Isa) bukan?
Mereka mengutak atik kata kata ‘sun (son=anak)’. Anggapan bahwa para rasul harus supranatural, apa reaksi Quran tentang itu? Jika Allah mengirimkan malaikat, jika Allah mengirimkan jin atau sebangsanya, untuk memberi Anda pesan, Anda akan berkata bagaimana kami bisa mengikutinya?
“Ini hanya cocok untuk malaikat.”
“Tentu saja malaikat bisa melakukannya.”
“Bagaimana mungkin saya bisa melakukannya?”
Lalu muslim memutarbalikkannya, dan membuat Nabi shalallahu alaihi wasallam hampir seperti malaikat. Katanya, “Ya, tapi itu sunnah Nabi shalallahu alaihi wasallam.”
“Itukan Nabi, tapi ini saya…”
“Saya tak bisa melakukannya…”
“Pikirmu siapa saya, kok membandingkan dengan Nabi.”
Saya tidak membandingkan Anda dengan Nabi shalallahu alaihi wasallam, beliau datang agar bisa diikuti. Allah pilihkan seorang manusia agar dia bisa diikuti, bukan agar dia tak bisa diikuti. Memuja Nabi shalallahu alaihi wasallam itu ada tempatnya, pemujaan berlebihan hingga lebih dari manusia, Anda takkan bisa mengikutinya lagi, Nabi shalallahu alaihi wasallam. Begitulah, sekarang, saat mereka bilang,
“Kamu tak lebih dari seorang manusia seperti kami,”
“Daging, tulang, dan kulit seperti kami.”
Itu tak sepenuhnya benar bukan? Beliau tidak persis seperti mereka bukan? Pada awal surat Allah menjelaskan bahwa beliau adalah salah satu yang dikirimkan, atas jalan yang lurus, apa beda beliau dengan yang lain?
Pertama, beliau ada di jalan lurus. Kedua, beliau tidak bicara atas nama pribadi. Kedua hal ini membedakannya dari masyarakat ini. Sebenarnya Nabi diberitahukan dalam surat Kahfi,
[Qul innamaa ana basyarun mitslukum] *surah Al Kahfi ayat 110
Katakan saya hanya seseorang seperti kamu, tapi ada bedanya… [Yuuhaa ilayya] *surah Al Kahfi 110
Bahwa wahyu telah datang, ada bedanya. Mereka tak mau menerima perbedaan itu. Anda juga harus paham pada ayat sebelumnya, Allah berkata, [Fa’azzaznaa bitsaalitsin] *surah Yaa Siin ayat 14
“’azzaznaa” mengingatkan akan Nama Allah yang mana?
Ketika Anda mengingat kata “’aziiz”, ayat mana yang Anda ingat?
[Tanziilal ‘aziizir rahiimi]. *surah Yaa Siin ayat 5
Berapa banyak nama Allah dalam ayat itu? Dua, Al Aziiz dan Ar Rahiim. Perhatikan ayat berikut,
[Wa maa anzalar rahmaanu min syay-in] *surah Yaa Siin ayat 15
Nama apa yang muncul? Ar Rahman yang terkait dengan nama yang mana? Jadi Allah mengulang kembali.
[Tanziilal ‘aziizir rahiimi] dalam kisah ini *surah Yaa Siin ayat 5
Dia menanamkan ide, Dia membangunnya kembali. Sekarang mereka berkata, “Ar Rahman tidak mengirimkan apa-apa.”
Mengapa mereka berkata Ar Rahman, Allah tak mengirimkan apa-apa? Mengapa mereka berkata yang Maha Pengasih tak mengirimkan apa-apa? Ini sindiran, yang selalu kamu sebut Ar Rahman ini, apa yang dikirimkannya? Oh ya, ini adalah belas kasih? Ini olok-olok buat mereka. Jadi mereka bicara tentang Ar Rahman dengan cara berolok-olok.
[Wa maa anzalar rahmaanu min syay-in, in antum illaa takdzibuuna] *surah Yaa Siin ayat 15
Yang kalian kerjakan hanya berbohong, ayolah. Ini poin terakhir dari 15 ayat ini, tentang para bos, saya benci bos-bos. Anda juga benci, tak perlu mengatakannya, saya tahu. Manusia tidak suka digurui, saya tak suka diberi pe-er oleh guru saat kelas tiga, saya tak suka…
Saya tak suka saat polisi menyuruh menepi, saya tak suka saat pemerintah menyuruh bayar pajak, saat pemda menyuruh membayar pajak kepemilikan, saya tak suka.
Saya tak suka dokter menyuruh makan obat tepat waktu, saya tak suka, saya tak suka di mana pun. Saya bahkan tak suka jika seorang wanita menyuruh memasang sabuk pengaman di pesawat, atau melipat meja. Kerjakan saja sendiri. Kita tak suka disuruh-suruh. Siapa kamu menyuruh-nyuruh saya? Kamu sama seperti saya.
Bahkan terhadap hal kecil, antar saudara, “Hai tolong ambilkan itu.”
“Ambil saja sendiri, kamu bukan bosku.”
Lalu pertengkaran dimulai, “Apa katamu?”
Lalu tinju melayang. Jadi jika itu sifat manusia, kita tak suka ada pemerintah, ini bukan urusan muslim atau non muslim, ini manusiawi, kita tak suka. Beberapa remaja main basket, lalu seorang paman datang,
“Ini sudah malam.”
“Aku benci paman itu.”
Itu paman yang suka azan, hehe…
Jika itu sifat alami kita, maka saat rasul datang, dia tak menyuruh kita mematuhinya, dan hal kecil lainnya.
Jika Anda menerima seorang rasul, dia akan mendikte setiap hal dalam hidup Anda bukan? Dia akan mengajari Anda cara tidur, bangun, apa yang boleh dan tidak boleh dikatakan, kapan sholat, kapan tidak, apa yang boleh dikerjakan, apa yang tidak, bagaimana menikah, bagaimana bercerai, apa yang harus dilakukan saat hidup, apa yang dilakukan saat kita mati, bagaimana cara penguburan, bagaimana bersikap terhadap nenek moyang, tak hanya apa yang Anda katakan, bahkan apa yang harus Anda pikirkan, apa yang harus dicintai, apa yang harus dibenci, bukan?
Kekuasaannya besar sekali, manusia tak suka penguasa. Mereka berkata, “Kamu hanya manusia, bagaimana mungkin aku menerima kekuasaanmu?”
“Bagaimana mungkin kamu lebih baik dariku?
“Yang benar saja…”
“Aku butuh kebebasan, kamu bukan bosku.”
Itu bukan hal baru, beberapa remaja sudah melakukannya. Sudah sejak dulu, ada di dalam Quran…
[Maa antum illaa basyarun mitslunaa, Wa maa anzalar rahmaanu min syay-in] *surah Yaa Siin ayat 15
Yaa Siin ayat 16
Pembohong… yang benar saja…. Seluruh gagasan ini, seorang rasul memiliki kebenaran tertinggi, memposisikan rasul pada tempat yang lebih tinggi, manusia tak bisa menerima manusia lain ditinggikan.
Inilah alasan penolakannya, cara mereka menanggapinya luar biasa.
Katanya, [Rabbunaa ya’lamu], tuan kami * surah Yaa Siin ayat 16
Dia tahu, [Innaa ilaykum lamursaluuna] * surah Yaa Siin ayat 16
Kamilah sesungguhnya yang dikirimkan kepadamu, baik kamu tahu atau tidak, kamu terima atau tidak, siapa yang sudah tahu? Allah. Kami tak butuh pengesahan darimu, kami diberi Allah pengesahan.
Apakah itu pengulangan dari yang sudah kita pelajari? Bahwa rasul tak butuh pengesahan masyarakat, beliau disahkan oleh Allah. Apakah ini sama seperti ayat sebelumnya?
[Wal qur-aanil hakiimi, innaka laminal mursaliina] *surah Yaa Siin ayat 1 dan 2
Ini sudah dikuatkan, bahkan para rasul ini tahu bahwa pengesahan mereka dari Allah. Ini tinjauan ulang bagi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Sekarang mereka sudah ditolak, mereka dicap pendusta, reaksi mereka selanjutnya, ini kedua kalinya Anda menemukan kata,
[Innaa ilaykum mursaluuna] *surah Yaa Siin ayat 14
Tapi kali ini Anda menemukan…
——– Kajian Terhenti Sejenak Karena Ada Bayi Menangis ——–
“Ada anak menangis?”
Sekarang berhenti, seorang bayi, bayi itu lucu.
[Innaa ilaykum…]
“Sebagian besar bayi lucu”…
Bagaimana mungkin tidak lucu, itu kejam, saya punya 6 anak. Saya bisa bilang, saat lahir kadang bayi terlihat seperti berumur 90 tahun. Anda seharusnya bilang MasyaAllah, jangan kasar begitu… Anak itu tersinggung, haha.. Bayi lain benar-benar lucu saat lahir, anak saya yang terakhir… Saya bilang ke istri.. Apa yang terjadi? Haha…
Lalu anak saya jadi imut, ok sekarang ok…haha. Mereka seperti buah prune, bagaimana anggur berubah jadi prune? Tapi ini sebaliknya, prune jadi anggur… Saya bisa bilang demikian, tak apa-apa… dan Anda boleh tersinggung, karena saya tak tinggal di sini… Hahaha.
——– Kajian Terhenti Sejenak Karena Ada Bayi Menangis ——–
Jadi apa yang saya katakan. Mereka tidak hanya bilang, “Kami para rasul bagimu.”
Mereka bilang, “Kami benar-benar para rasul untukmu.”
[Lamursaluuna] *surah Yaa Siin ayat 16, perhatikan ada lam di sana, yang belum ada sebelumnya, karena sekarang mereka menolaknya, mereka berdebat, suasana menjadi panas, panasnya debat digambarkan dengan ‘lam’.
[Innaa ilaykum lamursaluuna] *surah Yaa Siin ayat 16
Yaa Siin ayat 17
[Wamaa ‘alaynaa illal balaaghul mubiinu] *surah Yaa Siin ayat 17
Tanggung jawab kita satu-satunya adalah komunikasi yang jelas. Rasul shalallahu alaihi wasallam mengatakan tak ada tanggung jawab di pundak kita, kecuali berkomunikasi dengan jelas. Apa maksudnya? Artinya mereka punya satu tugas, hanya satu tugas, untuk memberitahukan agar tetap di jalan lurus, katakan meski dianggap menyerang, tetap sampaikan meski membawa masalah dan lebih banyak masalah.
Mereka harus melakukannya karena itu tugas mereka. Mereka tak bisa bimbang dengan kata-kata itu. Mereka harus menyampaikannya secara jelas dan terbuka. Mereka tidak boleh berubah-ubah. Apakah ini sudah diajarkan dalam surat ini?
[‘alaa shiraathin mustaqiimin] *surah Yaa Siin ayat 4
Lihat bagaimana Quran terjalin? Bagaimana Quran mengulas konsepnya? Bagaimana Quran menguatkannya? Allah mengatakan di awal bahwa Quran teranyam sempurna. Satu hal yang ingin saya perlihatkan, bagaimana ide ini, memperkuat mereka, membangun kekuatan.
Kedua, “Laa ‘alaikum hisaabanaa, au hisaabunaa, fa laa naqif.”
“Kamu tidak menguasai kami, kami tak bisa dihentikan. Kami punya kewajiban, kami punya tugas, menyampaikan, berkomunikasi dengan jelas.”
Dari mana datangnya tugas itu? Karena mereka adalah “Mursaliin.”
Mereka dikirim dengan sebuah misi, yang juga sudah disampaikan sebelumnya.
Video Asli: https://youtu.be/RB-dWt1aW0E
Judul Asli: The Messengers (Surah Yasin) – NAK – Part 4
Transcript: SM
Editor: AA
Publish: NAK Indonesia