Innalhamdalillah. Alladzi nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruh, wa nu’minu bihi wa natawakkalu ‘alaihi, wa naudzu bihi min syururi anfusina, wa min syaiiati a’malina, man yahdihillahu fa la mudhilallah, wa man yudlil fa la hadiyallah, wa nasyhadu an la ilaha illallah, wahdahu la syarikalah, wa nasyhadu anna Muhammadan ‘abdullahi wa rasuluh.
Arsalahullahu ta’ala bil huda wa dinil haq, liyuzhirahu ‘ala diini kullih, wa kafa billahi syahiidaa, fa salallahu alaihi wasallama tasliman katsiran katsira, tsumma amma ba’du, fa salallahu alaihi wasallama tasliman katsiran katsira, tsumma amma ba’du.
Fainna asdaqal haditsi kitabullah, wa khairal hadyi hadyu Muhammadin shallallahu alaihi wasallam, wa inna syarral umuri muhdatsatuha, wa inna kulla muhdatsatin bid’ah, wa kulla bid’atin dhalallah, wa kulla dhalalatin finnaar.
Yaqulu Subhanahu Wata’ala, fi kitabihil kariim, ba’da an aqula a’udzubillahi minasyaitanirrajiim.
Rabbanaa laa taj’alnaa fitnatan lilladziina kafaruu waghfir lanaa, Rabbanaa innaka antal ‘aziizul hakiimu (QS Al Mumtahanah ayat 5)
Rabbishrahli shadri wa yassirli amri, wahlul ‘uqdatan min lisaani yafqahu qauli. Aamiin yaa rabbal aalamiin.
Video Asli: https://youtu.be/SzP8e9b_OT8
Judul Asli: My Thoughts on Paris Shooting – Khutbah by Nouman Ali Khan
Insyaallah pada khutbah hari ini, saya ingin berbagi beberapa renungan dari Al Quran yang terinspirasi dari kejadian, kejadian tragis yang terjadi di Perancis dan masih terus menjadi berita.
Setiap hal ini muncul dalam berita, pikiran para muslim hampir membeku. Kita lumpuh, bagaimana cara menanggapinya. Belum selesai satu tragedi, muncul tragedi berikutnya dan seterusnya.
Tragedi tersebut berbeda-beda. Kadang sesuatu menimpa muslim, kadang muslim melakukan sesuatu terhadap yang lain. Namun semuanya membingungkan. Bagaimana menyikapinya secara cerdas atau bagaimana menyikapinya sebagai individu dan sebagai komunitas, bahkan ummat.
Penjahat Adalah Penjahat Meski Mereka Mengatasnamakan Agama
Pertama, ada empat atau lima hal untuk dibicarakan. Saya berharap dibalik rasa frustrasi kita akan peristiwa ini. Saya harap kita bisa sepakat dan konsisten dengan ulasan saya. Pertama tentang fakta berikut.
Penjahat adalah penjahat. Tidak peduli agamanya. Jika seseorang membunuh orang tak bersalah. Tak masalah apakah dia muslim, kristen, yahudi, atau atheis. Mereka sama di dalam hukum dan di mata muslim.
Hanya karena seseorang berbuat kejahatan dan dia muslim. Kesalahannya tidak berkurang di mata kita. Bukan seperti itu. Jangan campur adukkan fakta.
“Innamal mu’minuuna ikhwatun.” (QS Al Hujurat ayat 10)
Semua yang beriman bersaudara, lalu mempengaruhi rasa keadilan Anda. Sesungguhnya Allah azza wa jalla dalam Quran dengan sangat jelas menyuruh kita menegakkan keadilan
“Walaw ‘alaa anfusikum.” (QS An Nisaa ayat 135)
Meski itu berarti melawan diri sendiri. Ketika muslim berbuat salah, maka itu salah. Tidak boleh disembunyikan atau berbelit-belit. Masalahnya ketika berhadapan dengan keadilan, mereka mencampuradukkan dengan balas dendam.
Maksud saya, ketika seseorang berbuat salah, – saya beri contoh kecil agar jelas -. Saat salah satu anak Anda berbuat salah, Anda jelaskan kesalahannya.
“Kakak juga seperti itu,” jawab anak Anda.
Orang lain berbuat salah tidak bisa menjadi pembenaran bagi Anda. Anda bertanggung jawab atas kesalahan Anda. Anda tidak bisa mengelak dan berkata, “Bagaimana dengan mereka?”
Tidak. Ini masalah yang berbeda. Jangan campurkan masalah mereka dengan kesalahan Anda
“’alaykum maa hummiltum.” (QS An Nuur ayat 54)
Anda harus menanggung beban masing-masing. Allah azza wa jalla tidak mengijinkan kita memperoleh penghargaan atas jasa orang lain. Allah tidak mengijinkan kita membenarkan kesalahan kita karena orang lain telah melakukan kesalahan yang sama.
“Lahaa maa kasabat walakum maa kasabtum.” (QS Al Baqarah ayat 134 dan 141)
Masing-masing memperoleh seperti apa yang dikerjakannya. Itu poin pertama saya.
Semua Muslim Memiliki Tanggung Jawab Bersama
Kedua, bahwa orang-orang ini, mereka membuat malu mengatasnamakan Islam atau muslim dalam melakukan kejahatannya. Mereka mempermalukan para muslim. Bahkan lebih dari itu, kita malu dan terhina atas kejadian itu, tidak bisa dipungkiri.
Benar, saya bukan kriminal, belum pernah berbuat salah. Tapi kita punya kesamaan dengan mereka. Mereka muslim, setidaknya mengaku muslim. Kejahatannya dilakukan atas nama Islam, maka kita punya kesamaan dengan mereka, setidaknya kata Islam. Dan itu cukup untuk mempermalukan.
Apa artinya itu buat kita? Pertama, kita harus memahami, kita memiliki tanggung jawab bersama. Itu adalah poin terakhir dalam khutbah saya.
Apa artinya mengambil tanggung jawab bersama? Umat ini dalam kekacauan, dan setiap bagian dari umat ini bertanggung jawab untuk mengurai kekacauan itu. Kita harus melakukan sesuai kapasitas. Benar kita tidak bisa menghilangkan kekacauan, kita tidak bisa menghilangkan fanatisme dan kegilaan.
Setidaknya kita bertanggung jawab untuk menunaikan kewajiban kita, tapi tak seorangpun berpikir ke sana. Satu hal yang menebarkan kekacauan dan memperburuk keadaan bahwa di dalam pikiran sekelompok muslim mereka ini dibenarkan, apa yang mereka lakukan dirasa cukup Islami.
Saya ingin menegaskan tanpa keraguan. Saya telah berusaha mempelajari agama ini selama lebih dari satu dekade. Saya tidak ragu, tidak ada yang Islami tentang mereka. Bahkan mendekati Islami pun tidak.
Kenyataannya, saya pribadi menasehati Anda, juga anak-anak dan teman-teman saya, Jangan lihat kartun itu, video YouTube atau komentar menjengkelkan itu, atau buku itu. Jangan baca semua itu. Saya bahkan tidak ingin Anda melihatnya karena hanya membuang waktu, tidak berharga. Saya katakan satu hal, meski kartun itu sangat menghina. Sama menghinanya jika melakukan sesuatu atas nama Nabi, nama Islam, atau nama Allah subhanahu wa ta’ala. Itu melanggar ajaran Islam. Sama-sama menghina.
Ketika mereka menyebarkan propaganda kotor terhadap Islam dengan menghina agamanya. Anda menyebarkan propaganda lain terhadap Islam dengan menebar kebencian dan pembunuhan atas nama keadilan, menyebutnya atas agama Allah. Itu juga kejahatan, dan kita sama terhinanya. itu murni kejahatan. Ini poin kedua yang perlu Anda perhatikan, mereka tidak punya pembenaran.
Kisah Ka’b bin Asyraf: Penyair Yang Membenci Nabi shallallahu alaihi wasallam
Beberapa orang ingin mengutip contoh dari Ka’b bin Asyraf. Penyair terkenal di masa Nabi shallallahu alaihi wasallam, setengah Arab, setengah Yahudi. Yang sungguh sangat membenci Nabi shallallahu alaihi wasallam. Seringkali dia menyudutkan muslim dan menyakinkan mereka melakukan yang bertentangan dengan perintah Allah atau yang diajarkan Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Sebuah ayat ditujukan khusus untuknya. Orang ini sungguh buruk sehingga membuat Allah azza wa jalla menurunkan ayat untuk itu. Dia bukan musuh biasa bagi Islam. Sekelompok orang mencampuradukkan ceritanya, karena dia seorang penyair.
Dia membuat syair kotor tentang wanita muslim. Dengan menyebut nama wanita tersebut. Tidak hanya syair tentang Nabi shallallahu alaihi wasallam, yang sudah cukup buruk, tapi juga wanita muslim. Bayangkan seorang membuat syair kotor tentang anak perempuan saya, saudara perempuan saya, ibu saya.
Bagaimana kita menanggapinya? Sekelompok orang mencampuradukkan cerita tentang dia. Karena dia membuat syair, maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya, “Siapa yang akan melenyapkan Ka’b untukku?”
Seorang sahabat berdiri, lalu akhirnya dia (Ka’b bin Asyraf -red) terbunuh karena membuat syair. Sekarang ada pembenaran bahwa kita bisa mengatakan apa saja. Orang ini membuat syair dan Nabi shallallahu alaihi wasallam menyuruh membunuhnya.
Tunggu. Ini orang yang sama yang mencoba membunuh Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan meracuni makanan beliau. Bahkan hingga saat akhir, ide meracuni Nabi shallallahu alaihi wasallam berasal darinya.
Dia telah mencobanya berulang kali untuk membunuh Nabi shallallahu alaihi wasallam. Termasuk konspirasi rahasianya dengan Abu Sufyan sebelum menjadi muslim. Setelah perang Badr dia bersekongkol dengan Abu Sufyan. Ini beberapa contoh, dia menghabiskan karir dan kebenciannya terhadap Nabi Allah. Ketika dia tinggal di Madinah, dia mencoba untuk membunuh Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan berbagai cara.
Ini sama dengan mencoba membunuh Presiden. Bisa dikategorikan sebagai musuh negara dan hukuman yang tepat adalah mati dengan cara apapun. Lalu disamakannya dengan pembuat syair ini. Itulah alasan kita harus membunuhnya.
Maka siapa saja yang mengatakan sesuatu tentang Islam, apapun tentang Nabi shallallahu alaihi wasallam, apapun tentang Al Qur’an. Kita harus membunuhnya. Ini kegilaan. Lebih dari itu, itu hanya satu hal, tapi sungguh merupakan gambaran betapa dangkalnya cara berpikir muslim.
Karena Al Qur’an dan warisan semua Nabi luar biasa besar. Tapi hanya menggunakan satu kejadian yang tidak begitu Anda pahami, lalu menggunakannya untuk memutuskan membunuh seseorang. Artinya mereka sudah mengolok-olok warisan seluruh Nabi.
“Rusulun min qablik.” (Ada empat ayat dengan kutipan ini, Ali Imran 184, Al An’am 34, Fathir 4 dan Ali Imran 183)
Nabi diolok-olok di depan matamu. Ketika Allah mengatakan bahwa para Nabi diolok-olok, pastinya bukan olok-olok biasa. Tapi sesuatu yang menjijikkan tentang Nabi. Muslim juga pernah diolok-olok,
“Yasuumuunakum.” (Ada tiga ayat dengan kutipan ini. Al Baqarah 49, Al A’raf 141, dan Ibrahim 6)
Yang mencoreng (menghitamkan) wajah Anda. Istilah Arab ini menunjukkan salah satu penghinaan terburuk dilontarkan kepada seseorang.
“Wala tasma’unna minal ladziina uutul kitaaba min qablikum.” (QS Ali Imran ayat 186)
“Wa minal ladziina asyrakuu adzan katsiiran.” (QS Ali Imran ayat 186)
Kamu akan mendengar banyak hal hal buruk dari ahli kitab dan orang yang melakukan syirik. Mereka akan mengatakan hal-hal yang menyakitkanmu. Apa jawaban Allah? Dan ayat dalam (surah) Ali Imran ini turun setelah perang Uhud.
Kamu akan mendengar hal-hal buruk dari mereka, mendengar pembicaraan yang dalam, penuh kebencian, pembicaraan yang buruk dan menjijikkan. Apa reaksimu? Membunuh semua yang bicara?
Tidak. “Wa-in tashbiruu wa tattaquu.” (QS Ali Imran ayat 186)
Jika kamu bisa menghadapinya dengan sabar maka kamu akan memiliki takwa. Jadi kita sangat mudah mengacuhkan seluruh Qur’an dan seluruh warisan para Nabi alaihis salam termasuk Nabi kita shallallahu alaihi wasallam, yang sangat sering dihina tapi senyum di wajah beliau shallallahu alaihi wasallam tidak pernah pudar.
Mari lupakan semuanya, semuanya “Mansuukh” karena saya ingin membunuh seseorang. Ini adalah kebodohan dan penghinaan terhadap Islam. Saya tidak bicara tentang non-muslim, ini tentang muslim. Jika sesuatu mengganggu pikiran Anda bahwa yang mereka lakukan adalah Islami.
Buang pikiran itu dan cobalah mempelajari kitab Allah. Pelajari juga sirah Nabi shallallahu alaihi wasallam yang Anda kutip saat bicara. Karena Anda tidak tahu siapa beliau sebenarnya yang anda bela dan Anda paham apa arti dari membela beliau shallallahu alaihi wasallam.
Poin pertama, bagaimanapun kriminal tetap kriminal meski mereka mengatasnamakan agama. Tidak mengubah apapun, ini bukan debat. Dalam studi Islam, tak perlu argumentasi.
Pembicaraan Yang Penuh Kebencian, Merendahkan Dan Menghina Nabi shallallahu alaihi wasallam
Poin ketiga, pembicaraan yang penuh kebencian, merendahkan dan menghina, yang ditujukan pada Nabi shallallahu alaihi wasallam. Kartun atau video tentang beliau atau sesuatu tentang Al Qur’an. Semuanya menghina.
Dan semua orang termasuk muslim ketika dihina. Ketika hal-hal suci bagi mereka dihina. Mereka berhak merasa terhina. Mereka berhak merasa dilecehkan, itu bagian dari kehormatan kita. Jika tidak merasa terhina, artinya kita tak punya kehormatan.
Bahwa seorang bicara sesuatu tentang Ibu saya, orang bisa bicara tentang Bapak saya, orang bisa bicara tentang Nabi saya. dan tidak mempengaruhi saya sama sekali? Tidak! Itu mengganggu saya, menghina saya. Itu membuat saya marah, saya berhak marah. Tapi itu dua masalah berbeda.
Yang terjadi di media sekarang, keduanya digabung menjadi satu masalah. Artinya, kita menentang bahwa mereka dibunuh secara tidak adil karenanya kita bisa bicara sesukanya. Semuanya harus dirayakan, bagaimanapun kita memihak mereka.
Tidak. Tidak semudah itu bagi muslim. Ini dua hal yang berbeda. Kita berlawanan dengan mereka yang terbunuh secara tidak adil dan kita menentang mereka yang membunuhnya secara tidak adil, tentunya.
Tidak diragukan lagi, tapi pada saat yang sama kita punya hak, yang akan tetap punya hak untuk merasa terhina oleh pembicaraan bodoh dan penuh kebencian itu. Dan kita akan menyatakannya, dan kita akan melawannya. Tapi ada caranya.
Kita tidak akan bersikap seakan semua pembicaraan bebas itu baik dan kita harus menerimanya. Tidak. Apakah dalam Quran, Allah pernah marah karena kata-kata orang? Tentu. Saya baru saja menyebutkan ayatnya. Orang-orang beriman akan tersakiti oleh omongan orang lain.
Masalahnya bukan soal tersinggung atau tidak. Kita memang tersinggung, tapi bagaimana kita menyikapinya? Bagaimana Anda bereaksi? Reaksi itu akan menentukan segalanya. Karena reaksi kita terhadap segala sesuatu harus berdasarkan tuntunan Allah dan Nabinya shallallahu alaihi wasallam.
Perasaan itu sendiri dapat dibenarkan, tapi yang terjadi setelahnya mungkin tidak. Di situ masalahnya. Poin terakhir pada khutbah ini adalah sesuatu yang jarang kita bicarakan. Dan itu masalah utamanya.
Mengapa Orang Mengolok-olok Islam?
Yakni mengapa orang mengolok-olok Islam? Mengapa mereka menghina, mengapa mereka membuat kartun? Mengapa banyak propaganda dan ungkapan kebencian terhadap muslim dan dibenarkan sebagai jurnalisme akhir-akhir ini?
Dibungkus sebagai kolom editorial sebagai pesan damai. Bingkainya kian lama kian menarik. Biasanya sebagai Islam radikal. Jadi mereka bicara tentang Islam radikal. Dan Islam yang dipercaya oleh orang-orang fanatik ini. Semacam versi Islam militan yang gila, yang membunuh semua orang dan wanita dan kantong sampah, seperti itu.
Tapi selanjutnya definisi radikal meluas hingga orang yang sholat lima waktu tergolong radikal. Radikal yang biasanya identik dengan sangat gila. Sekarang jika Anda bisa memperlihatkan Islam, jika Anda terlihat terlalu muslim, jika seorang wanita memakai hijab, dia pasti muslim radikal. Para lelaki yang berjenggot pasti muslim radikal.
Yang terjadi di Amerika Serikat tidak terlalu parah, tapi di Eropa cukup buruk, saya pernah ke Eropa. Saya bisa bilang kondisinya cukup buruk. Dianggap sangat radikal. Pertanyaannya mengapa? Kita punya mental itu, kita punya pola pikir mereka akan menangkap kita.
Mereka kuffar, mereka benci kita. Mereka terus membuat kartun melawan kita. Mereka selalu berpropaganda melawan kita. Mereka benci semua tentang Islam. Mereka pasti… mereka akan….mereka…mereka…mereka.
Kita tak punya waktu untuk bercermin. Nabi shallallahu alaihi wasallam juga pernah diolok-olok. Para sahabat juga diolok-olok.
“Wa yaskharuuna minal ladziina aamanuu.” (QS Al Baqarah ayat 212)
Disebut di dalam Quran, mereka mengolok-olok orang beriman. Kuffar mengolok-olok orang beriman. Tapi pertanyaan mendasarnya adalah mengapa mereka dijadikan olok-olok? Dan mengapa kita diolok-olok? Apakah itu sama?
Menurut saya tidak. Mereka diolok-olok karena itu salah satu cara membungkam Islam. Salah satu cara menghentikan penyebaran Islam. Karena mereka sudah kehilangan akal. Islam sangat berpengaruh terhadap pola pikir. Islam sangat membuka mata. Islam membawa keadilan. Islam mempertanyakan ketidakadilan pada masyarakat saat itu. Dan tua muda semua mendekati Islam. Dan mereka tak tahu cara mencegahnya.
Lalu mereka mengeluarkan taktik mencap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai pembohong. Mungkin kita bisa mengejek mereka, mentertawakan mereka, sehingga tak ada yang menganggap mereka. Itu satu taktik mereka, jika tidak berhasil, mereka ganti taktik. Semua taktik mereka ini untuk menghentikan penyebaran Islam, karena Islam sangat kuat.
Masalah kita bukan itu. Cemoohan dibuat mengenai Islam adalah akibat bagaimana muslim menampilkan diri, bagaimana muslim telah berubah, bagaimana kita membawa diri, bagaimana wajah masyarakat kita, seperti apa jalanan dan perumahan kita, seperti apa usaha kita, seperti apa pemerintahan kita.
Jika Anda ingin melihat contoh korupsi. Jika ingin melihat kebalikan masyarakat madani. Kunjungi saja dunia muslim, banyak di sana. Masih sulit bagi kita untuk beradab di parkiran masjid, demi Tuhan. Satu-satunya saat kita terorganisir adalah ketika “Shufuuf”, saat menunaikan sholat. Di luar itu, lupakan saja…. *(Imam sholat biasanya suka berkata, “Sawwuu SHUFUUFakum”, rapat dan luruskan shaf -red)
Yang terburuk adalah bahkan kesopanan dasar ini pun kita tak punya. Apa itu masyarakat muslim? Kita paling suka mengungkit sejarah. Kita suka menyatakan muslim adalah para penemu pertama. Dulu mereka memotori perguruan tinggi di dunia. Seluruh dunia menuntut ilmu di Baghdad dan orang Eropa dikalahkan oleh muslim dalam kesusasteraan. Mereka harus datang kepada kita untuk mempelajarinya.
Ketika Spanyol menjadi teladan dunia, kita suka mengutipnya. Apa yang akan kita kutip sekarang? Apa yang sudah kita lakukan? Apa yang sudah kita hasilkan sebagai komunitas? Bagaimana kontribusi kita pada dunia? Kita baru bisa masuk koran saat kita membom sesuatu, dalam kondisi huru hara, atau lainnya.
Cobalah lihat dari luar, mereka ini gila. Saya takkan menunjuk dunia muslim bagian lain. Mari bicara tentang muslim Barat. Kita datang kepada masyarakat ini dan saya ragu komunitas muslim di Amerika Serikat untuk beberapa lama memiliki hubungan baik dengan komunitas muslim Inggris dan Australia. Hal yang Anda lihat di tengah muslim, subhanallah. Saya kenal pemilik usaha yang berbohong tentang pajak.
“Saya tidak ingin membayar orang kafir.”
“Benarkah? Tapi Anda menjual bir.”
Islam Anda tak terlihat sebelum ini tapi tiba-tiba “Wala” dan “Bara” Anda muncul saat membayar pajak. *(Al-Wala’ wal-Bara’/Cinta dan Benci karena Allah -red)
Muslim ini adalah kita….kita… Kita punya standar moral yang rendah. Moral standar yang rendah. Kita punya pemilik usaha yang tidak membayar upah yang layak. Tidak membayar upah yang pantas, bahkan tidak memberi mahar istrinya. Mereka mempermasalahkan ketidakadilan di dunia tapi bahkan tak ada keadilan dalam rumahnya.
Akankah orang akan tertarik pada Islam? Ayat yang saya bicarakan hari ini adalah salah satu ayat paling menakutkan di dalam Quran tentang umat ini.
“Rabbanaa laa taj’alnaa fitnatan lilladziina kafaruu.” (QS Al Mumtahanah ayat 5)
Rabb kami jangan jadikan kami fitnah, jangan jadikan kami cobaan bagi orang yang tidak percaya. Dengan kata lain salah satu arti ayat ini adalah, “Ya Allah jangan jadikan kami sangat malang dan orang-orang yang sangat memalukan, sangat jauh dari ajaran Islam yang indah, sehingga saat non muslim melihat kita, mereka berkata, ‘Aku tidak mau tahu tentang Islam. Aku tak ingin jadi muslim, jika seperti mereka ini.’”
Seperti ini? Mereka tidak dibenarkan dalam ejekannya. Kita tidak dibenarkan jika kita tidak mau berkaca. Kita tidak dibenarkan, kita harus mulai berkaca, kita harus memperbaiki kondisi ini. Sudah waktunya kita berhenti mengeluhkan apa yang dilakukan dunia terhadap kita.
Kita adalah orang dengan Laa ilaaha illallah. Kita punya Allah azza wa jalla di sisi kita. Pertolongan-Nya lebih besar dari masalah apapun. Tak ada masalah lebih besar, terlalu besar untuk dipecahkan saat kita punya Allah di sisi kita.
Masalahnya kita tidak menginginkan pertolongan Allah, setidaknya kita tidak cukup peduli untuk memperolehnya. Pertolongan itu tidak gratis, harus diperjuangkan. Harus ada perubahan di dalam rumah saya, harus ada perubahan dalam keluarga saya, harus ada perubahan dalam lingkungan saya.
Kita sudah kehilangan kompas moral kita. Saya tidak bicara pengetahuan tentang agama, fiqh, dan syariah. Saya bicara tentang moral dasar. Moral dasar.
Kita akan punya masjid di Amerika Serikat, dan bahkan di seluruh dunia. Penggalangan dana sedang dilakukan. Mereka akan mengumpulkan uang, lalu berkata, “Uang ini kita gunakan untuk ini atau itu.”
Sekarang Anda mengalang dana untuk proyek ini lalu menggunakannya untuk yang lain. Tak apa, kita punya fatwa. Anda punya fatwa untuk tidak jujur? Dari mana asalnya?
“Tak apa, boleh saja kok.”
Kita bahkan tidak jujur atas nama agama. Kita tidak berdusta…. subhanallah. Bagaimana bisa seperti itu? Bagaimana bisa sampai kepada ketika Anda harus bertengkar di rumah dengan orang tua Anda.
“Ayah, benarkah?”
“Saya pikir kita harus berzakat.”
“Tidak. Tidak apa.”
Pertengkaran ini terjadi dalam sebuah rumah muslim. Apakah mereka harus berzakat atau tidak. Ini terjadi dalam keluarga muslim. Bagaimana pertolongan Allah akan datang pada mereka? Setelah mereka diberi agama terindah, setelah diberikan ajaran paling sempurna. Mereka bahkan tidak bercermin, selama semenit atau sehari saja, “Apa kesalahan saya?”
Kebanyakan kita bukan ulama, fuqaha, atau mufti, dan tak harus menjadi mereka untuk mengetahui apa kesalahan kita. Tapi kita terus mengabaikan kesalahan itu. Allah tidak akan merubah keadaan orang-orang ini. Allah tak akan merubah kondisi umat ini.
Allah berfirman… orang-orang sering mengutipnya, Ayat ini adalah benar-benar kenyataan. Tak ada realita yang paling benar selain ayat ini. Realita takkan Anda temukan pada fisika, kimia, atau biologi, seperti ayat dalam Quran.
“Innal laaha laa yughayyiru maa biqawmin.” (QS Ar-Ra’d ayat 11)
“Hattaa yughayyiruu maa bi-anfusihim.” (QS Ar-Ra’d ayat 11)
Allah takkan merubah nasib suatu kaum hingga mereka merubah yang ada dalam diri mereka sendiri.
“Maa bi-anfusihim.” (QS Ar-Ra’d ayat 11)
Ada sesuatu yang salah dalam diri kita. Jawaban Allah akan apa yang salah pada umat adalah adanya sesuatu yang keliru dengan orang-orang. Itulah jawaban Allah atas apa yang salah dengan umat saat ini.
Firman Allah, “Wa-antumul-a’lawna in kuntum mu’miniina.” (QS Ali Imran ayat 139)
Kamu akan berada pada posisi tertinggi jika kamu memiliki iman yang sesungguhnya. Orang-orang yang sungguh percaya. Jelas bahwa kita tidak pada posisi ini. Jadi ada sesuatu yang tidak beres dengan iman kita Karena Allah tidak pernah salah. Allah tak pernah melakukan kesalahan.
Ini adalah tragedi beruntun, tanpa henti dan tidak akan berhenti. Satu-satunya yang bisa kita lakukan bukan terperangah oleh tragedi, dan selalu memberi pembenaran, bahwa kita tidak gila. Bagaimanapun mereka akan tetap menganggap kita gila.
Kita tak bisa membuat mereka terkesan. Anda bisa mencoba, para Nabi sudah mencobanya. Jika para Nabi tidak cukup baik di mata mereka, apalagi kita. Tak ada cara untuk membuat mereka terkesan. Bagaimanapun kita sudah berbuat benar.
Orang yang membenci akan selalu benci. Yang mengolok-olok akan tetap mengolok-olok. Tapi kita sebaiknya memberi mereka alasan yang tepat untuk mengejek kita. Alasan yang tepat adalah kita berdiri di sisi Islam. Kita adalah orang yang berotak, orang yang berakal.
Ancaman Terbesar Islam Bukan Kekuatannya
Ancaman terbesar Islam bukan kekuatannya. Ini poin saya terakhir. Ancaman terbesar Islam bukan kekuatannya, bukan pedang atau senjata,
Kekuatan terbesar Islam ada pada gagasannya. Bagaimana ia menantang ketidakadilan, mempertanyakan integritas filosofi lain, ide lainnya. Bagaimana bisa Anda berpikir demikian? Bagaimana bisa Anda berbuat seperti itu? Bagaimana bisa Anda menilai seperti itu?
“Am lakum kitaabun fiihi tadrusuuna.” (QS Al Qalam ayat 37)
“Afalaa ta’qiluuna”, tidakkah kamu berpikir?
Bagaimana Anda membuat keputusan?
Ini adalah agama “Ad’uu ilal laahi ‘alaa bashiiratin.” (QS Yusuf ayat 108)
Saya menyeru Allah dengan membuka mata, agama yang mengajak berpikir. Kita tidak lagi kaum yang berpikir, Islam tidak lagi.
Kita berpikir ancaman bagi Islam di barat adalah militansi. Militansi itu bukan apa-apa. Ancaman yang nyata bagi Quraish, Quraish bergetar, tidak dalam perang Badr tapi di Makkah. Mereka gemetar, hanya oleh ayat, firman Allah sudah cukup untuk itu. Cukup untuk menghancurkan tradisi yang sudah eksis ribuan tahun. Bergetar karena beberapa ayat Allah. Sesuatu terjadi
Kita tak lagi terhubung dengan ayat itu. Jika seseorang ingin menang debat, saat dua orang berdebat, dan Anda tak punya jawaban, Anda menjadi marah, Anda lalu memaki-maki. Begitu Anda mulai memaki, Anda sudah kalah. Jika Anda mulai memaki itu tanda Anda sudah kalah. Karena sudah tak punya jawaban logis sehingga Anda frustasi lalu marah
Saat dua orang berdebat, dan Anda kalah, lalu memukul yang satunya, itu juga tanda Anda sudah kalah. Karena tak bisa mengalahkan dengan kata-kata, lalu mencoba mengalahkan dengan tangan. Ini sebenarnya indikasi landasan perkataan Anda tidak cukup kuat.
Argumentasi saya adalah agama kita yang diberikan Allah, tak ada lagi yang lebih kuat, tak ada pesan yang lebih kuat. Kita tidak harus menggunakan yang lain karena menggunakan cara lain artinya menganggap Quran tidak cukup kuat. Quran sangat kuat, tapi kita tidak. Karena kita tidak cukup terhubung dengan Quran.
Kita seharusnya memberi tanggapan paling cerdas, tanggapan paling masuk akal, tanggapan yang menantang dunia yang tak bermoral secara dalam dan sangat mengganggu pemikiran. Kitalah yang seharusnya berdialog sangat dalam dengan agnostik, atheis, kristen, dengan mereka semua. Tuduhan mereka terhadap agama sudah berlangsung berabad-abad di Eropa, sekarang di seluruh dunia.
Orang relijius itu berpikiran tertutup. Orang relijius itu fanatik. Orang relijius itu tidak toleran. Orang relijius tidak bisa menerima kritik. Orang relijius tidak mau berdialog. Sehingga, jika agama dihilangkan, maka masyarakat akan terbuka cara berpikirnya, mereka akan berpikir bebas. Ini tuduhan mereka. Dan ini benar bagi kristen, yang sudah menjajah Eropa berabad-abad.
Tapi Islam yang diberikan Allah pada Nabi shallallahu alaihi wasallam, adalah kebalikannya. Ini agama yang mengembangkan dialog.
“Haatuu burhaanakum in kuntum shaadiqiina.” (Kutipan dari Al Baqarah ayat 111 dan An Naml ayat 64)
Bawa bukti-buktimu, Bawa semua kritikmu terhadap Quran. Saya undang Anda untuk membawanya. Bagaimana sebuah buku meminta orang-orang tak hanya untuk percaya, tapi untuk mengumpulkan semua kritik dan membawanya. Ini yang disebut berpikiran terbuka.
Buku ini membawa pada keterbukaan pemikiran. Kitalah yang berpikiran tertutup. Dan kita harus memberdayakan umat ini kembali dengan membuka pemikiran kita. Dengan membuka buku ini dan berpikir dengan cara yang dianjurkannya. Guna memperlihatkan bahwa agama bukanlah cara untuk menutup pikiran dan mata dan menutup hati. Ini adalah cara untuk membuka pikiran untuk berdialog, dan membawa keberadaban kepada manusia.
Mereka berpikir solusinya adalah memusnahkan agama, dan solusi terburuk adalah saat Anda membawa agama yang benar. Agama yang salah akan memberi tekanan. Agama yang salah akan memberi tekanan. Tapi jika Anda membawa agama Allah, agama yang indah. Jika kita tidak perlihatkan keindahannya, siapa lagi? Itulah alasan Allah menempatkan kita di bumi.
Menjadi bagian umat ini adalah penghormatan, bukan hal sepele. Kita bersama membawa seperlima populasi umat, di bahu kita, beban yang diletakkan di bahu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Itulah yang kita bawa setiap hari, kita akui ataupun tidak. Jika kita tidak lakukan sesuatu terhadap beban itu, kita tidak memperlihatkan pada manusia apa itu. Kita bermasalah. Tidak hanya dengan penguasa atau media, kita bermasalah dengan Allah.
Saya berdoa Allah subhanahu wa ta’ala kembali menjadikan kita orang-orang Qur’ani dan tidak hanya mengajari kita berpikir, seperti yang diinginkan Allah dan agar kita mampu menunjukkannya dalam karakter kita, dalam komunitas, dalam perjanjian usaha, dalam kehidupan pribadi, perkataan, perilaku, kita mampu memperlihatkan apa yang membuat agama ini sangat sempurna, apa yang membuatnya sangat indah.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menyinari kita dengan petunjuk ini, semua hati kita, dan menjaganya tetap kuat. Semoga Allah membuat generasi muda, pemimpin sejati komunitas ini, yang akan membawa era yang terang sesudah kegelapan ini.
Barakallahu walakum fil Quranil hakiiim, wa nafa’ni wa iyyakum bizikril hakiim.
Transcript: SM
Editor: AA
Publish: NAK Indonesia