[Transkrip Indonesia] Jangan Menghina Orang – Nouman Ali Khan


Innal hamda lillah. Alladzi nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruh, wa nu’minu bihi wa natawakkalu ‘alaihi, wa na’udzu bihi min syururi anfusina, wa min syaiiati ‘a’malina. Man yahdihillahu fala mudhillalah, wa man yudlil fala hadiyalah.

Wa nasyhadu anla ilaha illallah, wahdahu la syarikalah. Wa nasyhadu anna Muhammdan ‘abdullahi wa rasuluh. Arsalahullahu ta’ala bil huda wa dinil haq, liyuzhirahu ‘aladdini kullih, wa kafa billahi syahida, fasalallahu alaihi wa sallama tasliman katsiran katsira, tsumma amma ba’du.

Fainna asdaqal haditsi kitabullah, wa khairal hadyi hadyu Muhammadin shallahu alaihi wassalam. Wa inna syarral umuri muhdatsatuha, wa inna kulla muhdatsatin bid’ah, wa kulla bid’atin dhalallah, wa kulla dhalalatin fin naar.

Yaqulu subhanahu wa ta’ala, fi kitabihil kariim. Ba’da an aqula a’udzubillahi minasyaitanirrajiim. Ya ayyuhalladzina amanuu, la yaskhar qaumun min qaum, ‘asa ayyakuunu khairan minhum, wa la nisaa’u min nisaa’, ‘asa an yakunna khairan minhunn, wa la talmizu anfusakum, wa la tanabazu bil alqab, bi’salismul fusuuqu ba’dal imaan, wa man lam yatub fa ulaika humudzaalimuun.

Allahummaj’alna minattaibiin, wa la taj’alna minadzaalimiin. Rabbisyh rahli shadhri wa yassirli amri, wahlul ‘ukdatan min lisani yafqahu qaulii, wallahumma tsabitna ‘indal mauti, bi laa ilaaha illallah, wallahummaj’alna minalladzina amanu, wa amilusshalihaat wa tawasau bil haq, wa tawasau bisshabri, aamiin yaa rabbal aalamiin.

Kisah Tsabit Ibn Qais

Nabi kita shallahu alaihi wassalam memiliki banyak sahabat. Di antara mereka banyak yang terkenal, beberapa tidak terlalu tenar. Seorang pemuda bernama Tsabit Ibn Qais memiliki masalah pendengaran. Dia hanya bisa mendengar dengan satu telinga. Dia biasanya memaksa duduk di sebelah Nabi shallahu alaihi wassalam sehingga telinganya yang sehat berada di sisi Nabi shallahu alaihi wassalam agar dia bisa mendengar beliau.

Rasulullah shallahu alaihi wassalam juga selalu meluangkan tempat untuknya untuk duduk di sebelah beliau. Sebelum saya menyampaikan topik khutbah saya. Kisah tadi adalah indikasi menarik bagaimana Rasulullah shallahu alaihi wassalam meletakkan orang-orang difabel pada barisan pertama. Sementara kita meletakkan mereka pada tempat khusus atau tempat lain dengan akomodasi khusus.

Orang ini duduk di sebelah Rasulullah shallahu alaihi wassalam, seperti apapun itu, kisah ini cukup menarik. Suatu kali dia terlambat. Terlambat datang ke khutbah Nabi shallahu alaihi wassalam. Jadi dia menyikut orang-orang agar sampai di depan. Ketika sampai di depan dia melihat seorang sahabat yang tak dikenalnya. Seorang yang tidak terkenal. Diusirnya orang itu dengan kasar. Orang difabel ini berlaku kasar mengusirnya. Sahabat itu menolak pindah tempat.

Kenapa Anda tidak pindah? Siapa Anda?

Anda pikir Anda siapa?

Anak siapa?

Saya si Anu, ini nama saya…

Menariknya, saat disebutkannya namanya. Jika Anda menyebut nama dalam bahasa Arab. Anda menyebut Anda anak siapa, itulah identitas Anda.

Saya Fulani bi Fulana, anak si Anu,” jawabnya.

Oh, yang itu?

Ibn Fulana? Ibumu yang ini ‘kan?

Orang tua dari orang-orang ini bukan muslim karena mereka baru jadi muslim sehingga orang tuanya bukan muslim. Jika bukan muslim mereka punya sejarah. Mereka punya kehidupan yang berbeda. Jadi ibu sahabat ini punya reputasi di lingkungan remang-remang. Dan orang yang menggusurnya.

Ingat bahwa ibunya nikah dengan lelaki itu, jadi disebutnya nama ayahnya. Katanya, “Aku kenal ayahmu juga ibumu.

Dia mengatakannya dengan cara mencemooh. Dengan maksud menghinanya, mempermalukannya, mengingatkan seperti apa ibunya dulu. Ini terjadi di baris pertama, di mana Rasul shallahu alaihi wassalam duduk.

Lalu Rasul shallahu alaihi wassalam menghentikan khutbah. Ditunjuknya orang itu dan berkata, “Lihat sekelilingmu, apa yang kamu lihat?

Beliau bertanya pada yang menghina, apa yang kamu lihat? Katanya, “Saya lihat hitam, putih, dan merah.

Dengan kata lain saya melihat banyak orang dari berbagai suku dengan warna dan ras berbeda, saya lihat semuanya.

Yang Paling Baik Di Antara Manusia Adalah Yang Paling Bertakwa

Lalu Rasul shallahu alaihi wassalam bersabda, “Akramakum ‘inda allaahi atqaakum.” (QS Al Hujurat ayat 13)

Yang terbaik di antaramu menurut Allah adalah yang paling bertakwa. Dengan kata lain Rasul shallahu alaihi wassalam menghancurkan ide untuk mengolok-olok seseorang. Saya tidak bermaksud apa-apa, cuma bilang itu, “Ibumu ‘kan?

Dia hanya melakukan itu. Tapi Rasul shallahu alaihi wassalam menghentikannya di tengah jalan, menyetopnya. Ada banyak cara untuk menghina orang. Kadang sangat langsung, seperti menyumpahinya. Kadang tidak langsung, kadang bahkan tanpa kata-kata.

Faktanya, cara terbanyak yang digunakan adalah dengan mimik wajah. Anda bisa melihat kepada seseorang dengan cara tertentu. Dan mereka akan tahu Anda tidak berkenan atau mereka menganggap Anda rendah.

Agama kita tentu mengajarkan apa yang harus diucapkan dan apa yang tidak boleh diucapkan. Tapi itu tidak cukup, karena kadang orang bisa menggunakan kata-kata yang baik tapi masih menghina orang lain. Kita bisa memanggil orang “Saudaraku“. Seperti, “Geser Saudaraku!…. Saudaraku.” (ejekan)

Anda bisa mengucapkan “Saudara” dengan cara baik dan dengan nada menghina. Kata-kata yang baik tidak selalu berarti sikap yang baik.

Para orang tua pasti tahu dengan baik saat anak Anda mengucapkan salam dengan cara berbeda. Ada yang dengan takzim (respek/hormat), ada yang wa’alaikum salam (nada tak hormat).

Anda berkata, “Kenapa wa’alaikum salamnya begitu?

Anda mengucapkannya, tapi seharusnya tidak dengan cara demikian. Setelah jumatan, Anda mencari sepatu, Anda dorong orang-orang karena Anda ada rapat mendadak atau nyawa orang tergantung pada Anda sehingga sepatu Anda sangat penting. Anda dorong orang-orang, dan satu orang ini dengan santunnya berkata, “Assalamu’alaikum“.

WA’ALAIKUM SALAM!” (dengan kasar)

Anda ucapkan sesuatu yang baik, “Kedamaian atasmu,” tapi tak ada damai di wajah Anda. Tak ada damai pada sikut yang Anda sikutkan padanya. Anda ucapkan sesuatu yang sama sekali tidak Anda maksudkan.

Maksudnya, inilah beberapa peristiwa yang disebutkan dalam tafsir ayat yang saya bacakan,

Yaa ayyuhalladziina aamanuu laa yaskhar qawmun min qawmin.” (QS Al Hujurat ayat 11)

Kalian yang memiliki iman jangan biarkan satu kelompok di antaramu mengolok-olok kelompok lain. Tak satu kelompok pun boleh mengolok-olok kelompok lain. Mari mundur sedikit sebelum kita lanjutkan. Ini surat Al Hujurat.

Surat Al Hujurat di mulai dengan memperlihatkan penghormatan tertinggi kepada Rasulullah shallahu alaihi wassalam.

Laa tarfa’uu ashwaatakum fawqa shawtinnabiyyi.” (QS Al Hujurat ayat 2)

Walaa tajharuu lahu bilqawli kajahri ba’dhikum liba’dhin.” (QS Al Hujurat ayat 2)

An tahbatha a’maalukum wa-antum laa tasy’uruuna.” (QS Al Hujurat ayat 2)

Jangan tinggikan suaramu di atas suara Rasul shallahu alaihi wassalam. Jangan panggil beliau seperti memanggil orang lain. Karena amalmu akan hilang karena memanggil beliau tidak sepantasnya. Kita diajari etika terkait Rasulullah shallahu alaihi wassalam.

Wa’lamuu anna fiikum rasuula allaahi.” (QS Al Hujurat ayat 7)

Kamu harus tahu dalam kelompokmu, sahabat, para pengikut diajari. Di dalam kelompokmu ada Nabi shallahu alaihi wassalam, jadi hati-hati. Itu bukan orang kebanyakan, itu Nabi shallahu alaihi wassalam. Kamu harus tunjukkan rasa hormat.

Jadi pertama, kita disuruh menunjukkan hormat kepada Rasulullah shallahu alaihi wassalam. Lalu, surat berlanjut pada ayat yang sama dikatakan, “Wa lakinnallaha Habbaba ilaykumul-iimaana.” (QS Al Hujurat ayat 7)

Wazayyanahu fii quluubikum.” (QS Al Hujurat ayat 7)

Allah menjadikan iman terasa indah di hatimu. Allah membuatmu mencintai iman. Dan membuatnya indah di hatimu. Apa artinya?

Cinta kepada Rasulullah shallahu alaihi wassalam adalah sesuatu yang indah kita bawa di hati kita.

Jika Anda punya sesuatu yang indah di hati, maka dia akan muncul keluar. Al iinaau bima fihi yandhah, wadah akan memberikan isinya. Apa yang terjadi jika seseorang memiliki cinta pada Rasulullah shallahu alaihi wassalam di hatinya?

Salah satunya adalah, orang lain yang memiliki di hatinya Muhammad Rasulullah shallahu alaihi wassalam, hatinya juga akan lembut kepada mereka. Satu-satunya penyebabnya adalah saya sangat mencintai Rasulullah shallahu alaihi shalatu wassalam sehingga saya mencintai semua orang yang juga mencintai beliau. Akhirnya menjadi indikasi cinta saya pada Rasulullah shallahu alaihi wassalam.

Jadi jika seorang muslim tidak berpikir dua kali untuk mengolok-olok muslim lain ada sesuatu yang hilang dalam cintanya terhadap Nabi shallahu alaihi wassalam. Padahal besar cinta Nabi shallahu alaihi wassalam terhadap mereka semua sama.

Contoh lainnya, ada orang yang sudah kehilangan salah satu orang tuanya. Kehilangan ayah atau ibu itu menyakitkan, Anda rindu pada Ayah Anda dan ingin mengingat beliau. Anda kunjungi beberapa teman beliau.

Mengunjungi teman beliau dan memperlihatkan rasa hormat, adalah hal terbaik yang bisa Anda lakukan untuk mengingat Ayah Anda. Ayah saya mencintai orang-orang ini, maka saya mencintai mereka, berada di antara orang-orang ini mengingatkan saya pada yang saya cintai yang tidak lagi bisa saya jumpai.

Itu sesungguhnya adalah hubungan yang Anda dan saya miliki dengan sesama. Kita sesungguhnya mengumpulkan kenangan mengingat Nabi shallahu alaihi wassalam yang tidak lagi bersama kita.

Jangan Mengolok-Olok Sesama

Yang tinggal adalah kenangan beliau yang kita bawa dalam hati. Itu saja. Jadi dari sudut pandang “Laa yaskhar qawmun min qawmin.” (QS Al Hujurat ayat 11)

Tak satu kelompok pun boleh mengolok-olok kelompok lain. Mari sedikit memahami “Sukhriyah“. “Sukhriyah” dan “Istihza” sama-sama berarti mengolok-olok. “Taskhiir” dalam bahasa Arab artinya menurunkan sesuatu, saat Anda menganggap orang lain kurang dari Anda, lebih bodoh dari Anda, termasuk suku yang lebih rendah dari Anda, lebih miskin dari Anda, tidak seberharga atau sekaliber Anda, tidak sebaik Anda, tidak secerdas Anda, tidak sesehat dan sekuat Anda. Saat Anda berpikir orang lain kurang dari Anda dari segi apapun, lalu Anda menyatakannya, meski tidak mengolok-olok mereka, tapi komen Anda di dasarkan pemikiran bahwa mereka kurang dari Anda.

Meski hanya komen, itu “Taskhiir“, itu “Sukhriyah“. Ketika Allah Azza wa Jalla memberi kita agama yang indah ini. Allah menempatkan merah, hitam, warna kulit tak lagi jadi masalah, dan Rasul shallahu alaihi wassalam mengatakan pada kita. Seperti dalam surat ini, “Inna akramakum ‘inda allaahi atqaakum.” (QS Al Hujurat ayat 13)

Yang paling mulia di antaramu adalah yang paling bertakwa. Takwa pada Allah, kesadaran akan Allah ada di dalam hati, saya tak bisa melihatnya. Apa yang membuat Anda lebih baik dari saya? Atau apa yang membuat saya lebih baik dari Anda tidak terlihat, artinya kita tidak pernah tahu, tidak akan pernah tahu. Yang bisa kita tahu adalah kita sama, kita berdiri sama tinggi.

Seseorang terlihat sangat alim, yang lain tidak begitu, kita tak tahu apa yang di dalam hatinya. Orang yang terlihat sangat agamis, mungkin sangat korup di dalamnya, saya tak tahu, atau memang sangat hebat, saya tak tahu, saya hanya harus percaya apa yang dikatakannya.

Inna akramakum ‘inda allaahi atqaakum.” (QS Al Hujurat ayat 13)

Allah menjauhkan penampilan seorang muslim dari pembicaraan ini. Kita harus memperlakukan orang sama. Kita tidak bisa memperlakukan orang berdasarkan ilmunya. Seorang terpelajar, Anda anggap lebih baik dan seorang tak terpelajar Anda anggap kurang. Tidak, tidak dalam Islam.

Anda bisa menghormati pengetahuan orang terpelajar, tentu. Tapi mereka perlu penghormatan yang sama seperti muslim lain, karena yang mereka bagikanlah yang memberi penghormatan kepadanya adalah takwa pada Allah.

Dan takwa bisa dimiliki petani yang tak tahu apa-apa tentang Islam. Yang hanya tahu “Laa Ilaaha Illallah” cukup baginya. Dan juga seorang alim yang sudah belajar 50 tahun, punya takwa pada Allah. Anda paham? Yang Anda miliki dalam hati adalah yang membuat Anda hebat di mata Allah Azza wa Jalla. Jadi, tak ada kelompok yang boleh menjatuhkan kelompok lain. Selanjutnya Allah berkata, “Walaa nisaaun min nisaa-in.” (QS Al Hujurat ayat 11)

Tak ada wanita yang boleh menjatuhkan wanita lain. Tak ada wanita yang boleh mengomentari wanita lain. Meski Anda bilang tidak ada kelompok yang boleh mengolok-olok kelompok lain. Ini mencakup semua, pria dan wanita. Namun Allah memisahkannya dengan maksud tertentu.

Cara Wanita Mengolok-olok Sangat Berbeda Dengan Cara Pria Mengolok-olok

Kenapa dipisah? Karena cara wanita mengolok-olok sesamanya sangat berbeda dengan cara pria mengolok-olok sesamanya. Setiap wanita dengan mudah menyatakan tidak melakukan hal buruk. Saya bisa memberi banyak contoh dari rumah saya karena saya punya empat anak perempuan. Caranya sangat kreatif, saya sebagai pria tidak pernah memikirkannya.

Kamu pakai pink hari ini?

Itu saja, “Kamu pakai pink hari ini?

Dan yang satunya merasa terhina.

Mama, dia mengolokku!

Aku tidak bilang apa-apa, aku cuma bilang dia pakai pink.

Ya, tapi caramu bicara, dan caramu memandangnya, dan intonasimu, dan “huh” di akhirnya. Semuanya adalah bagian dari “Sukhriyah“.

Oh, kamu pikir itu cocok?

Ok, pria tidak melakukan itu, memang tidak cocok, makanya aku pakai… Untuk pria berbeda. Untuk wanita juga berbeda, jadi dipisahkan.

Allah memisahkannya. Setiap orang menggunakan bahasa, yang saat Anda konfirmasi bilang, “Tidak, saya tidak bilang apa-apa.

Saya cuma mengomentari warna.

Saya hanya tanya, kamu beli di Wall Mart ya?

Saya cuma ingin tahu.

Saya tidak mengolok-olok harganya murah.

Saya cuma ingin tahu di mana kamu beli.

Anda ingin menyatakan pada semua orang, Anda bisa. Tapi Anda tidak bisa mengelabui Allah. A antum ‘alamu… Anda ingin menjustifikasi pada Allah. Karenanya pada akhir surat Allah berkata, “Atu’allimuunallaaha bidiinikum?” (QS Al Hujurat ayat 16)

Kamu akan mengajari Allah tentang agamamu?

Kamu lebih tahu?

Anda akan bicara semaunya lalu cuci tangan? Subhanallah. Saya akan memberi contoh yang lebih dekat dengan kita karena masalah ini seharusnya diselesaikan 1400 tahun yang lalu. Saat ayat ini turun, kita seharusnya jadi contoh. Ummat, muslim, seharusnya jadi contoh bagi dunia apa maksudnya memperlakukan manusia secara sama.

Yaa ayyuhaannaasu innaa khalaqnaakum min dzakarin wauntsaa.” (QS Al Hujurat ayat 13)

Saat ini kita bicara tentang muslim tidak mengolok-olok muslim lain, tapi kesimpulan akhir surat ini bahwa semua manusia tercipta dari seorang pria dan wanita. Dan satu-satunya alasan bahwa kamu berbeda adalah untuk mengenal sesama dan menghargai perbedaan. Hanya itu alasannya.

Sekarang contoh terdekat, saya berasal dari Pakistan, itu tanah air saya. Di sana Anda bisa masuk ke restoran mewah. Ironisnya restoran mewah di Lahore adalah McDonalds. Ok, Anda pergi ke restoran mewah, dan berdandan sangat rapi untuk makan sandwich apapun.

Anda duduk di sana, dan sebuah keluarga pengemudi taksi atau keluarga satpam masuk ke restoran, lalu duduk di sebelah Anda. Anda sudah dandan rapi, semua keluarga juga, dan Anda bawa SUV di luar.

Orang ini hanya naik sepeda, mereka pakai baju lusuh, duduk di sebelah Anda, dan bicara keras-keras. mereka sangat senang karena pertama kalinya ke restoran ini. Ayahnya sudah menabung beberapa bulan agar bisa mentraktir. Lalu keluarga kaya yang di sebelahnya merasa tidak nyaman. Mereka melihat dan membatin, “Mengapa mereka di sini?

Orang macam apa yang boleh ke sini? Ah…

Meski mereka tidak bicara sepatahpun, wajahnya memancarkan “Sukhriyah“. Apakah ini agama Muhammad shallahu alaihi wassalam? Di mana semua orang diperlakukan sama? Anda bahkan tak bisa melihat muslim lain sama dengan Anda, apalagi non-muslim. Anda tak bisa memperlakukan muslim lain sama. Ini adalah ajaran dasar agama kita… dasar.

Semua manusia sama, anak Adam ‘alaihi salam. Ada yang salah dengan cara berpikir dan kepercayaan Anda sehingga Anda berpikir orang lain rendah. Ada yang sangat salah dengan iman Anda. Tidak hanya kurangnya cinta Anda pada Rasulullah shallahu alaihi wassalam.

Laa yaskhar qawmun min qawmin – Walaa nisaaun min nisaa-in.” (QS Al Hujurat ayat 11)

‘asaa ay yakunna khayran minhunna” (QS Al Hujurat ayat 11), tambah-Nya. Mungkin yang kamu olok-olok lebih baik darimu.

Walaa nisaaun min nisaa-in.” (QS AL Hujurat ayat 11)

Jangan biarkan wanita mengolok-olok wanita lain, mereka mungkin lebih baik.

Kata mereka, “Apanya yang lebih baik dari kami? Lihat bajunya.

Lihat lingkungan rumahnya.

Lihat mobilnya, dia lebih baik dari saya?

Tak satupun dari itu membuatmu lebih baik dari orang lain. Satu-satunya yang membuatmu lebih baik adalah yang di dalam, yang tidak terlihat, dan hanya bisa dilihat Allah.

Jangan Meremehkan Orang – Mereka Mungkin Jauh Lebih Baik Dari Anda

Jadi mungkin Anda mengolok-olok teman Allah, jika seorang mengolok-olok teman Allah, mereka menjadi musuh Allah. Jadi hati-hati. Beberapa waktu lalu saya bertemu seorang teman.

Dia menemui saya untuk mengucapkan syahadah. Dia dari Midwest, dari Ohio. Katanya dia selama ini bekerja sebagai bartender. Suatu kali dia menemukan salah satu video saya di YouTube, lalu melihat beberapa lagi, lalu mengikuti tafsir juz amma saya via podcast yang cukup rumit, tapi dia berhasil melewatinya. Duduk di bar lalu mendengarkan dengan headset sambil menuangkan minum ke temannya.

Enam bulan, lalu bersyahadat sendiri, tak ada muslim di sekitarnya. Meski dia bilang ada beberapa teman muslim, pengunjung setia bar. Dia sempat bertanya beberapa hal pada mereka tentang Islam. Dia bersyahadah dan berkata saya siap meninggalkan kehidupan macam ini.

Saya tidak pernah minum lagi sejak enam bulan. Tidak pernah minum lagi. Jika Anda melihatnya, Anda tak ‘kan tahu di punya takwa, tapi saya jamin bahwa dia memiliki lebih banyak takwa dari sebagian besar kita. Kondisinya, dan penjagaan dirinya, dan akhirnya berhenti, tanpa uang tak ada apapun. Saya tidak bisa melakukannya lagi.

Bahkan para sahabat radhiallahu anhu tidak diberi ayat untuk segera berhenti minum alkohol. Mereka diberi tahu bahwa keburukannya lebih banyak dari manfaatnya dan setidaknya jangan mabuk saat mau shalat, lalu beberapa tahun kemudian baru disuruh meninggalkannya. Allah tidak langsung menyuruh meninggalkan alkohol.

Orang ini meninggalkan alkohol begitu mendengar Islam. Subhanallah, itulah takwa. Tapi jika Anda melihatnya, Anda tak ‘kan tahu. Jangan meremehkan orang, jangan pikir mereka lebih rendah dari Anda. Mereka mungkin jauh lebih baik dari Anda.

‘asaa ay yakuunuu khayran minkum – ‘asaa ay yakunna khayran minhunna.” (QS Al Hujurat ayat 11)

Lanjutnya, “Walaa talmizuu anfusakum,” (QS Al Hujurat ayat 11) perhatikan bagian ini.

Ayat ini hampir selesai.

Walaa talmizuu anfusakum.” (QS Al Hujurat ayat 11) ini satu ayat artinya satu pengajaran.

Satu kearifan dari Allah. Firman-Nya, “Laa talmizuu anfusakum,” (QS Al Hujurat ayat 11) “Allumaz” dalam bahasa Arab sesungguhnya “Bil ain“. Cara Anda memandang seseorang. Berkedip pada seseorang atau menaikkan alis lalu berkata, “Huh.” Tanpa kata-kata, hanya ekspresi wajah.

Tahukah Anda di dalam Qur’an, sekelompok orang yang dihukum paling berat kejahatannya adalah berupa ekspresi wajah.

Tsumma nazhara, tsumma ‘abasa wa basara.” (QS Al Muddatstsir ayat 21 dan 22)

Tsumma adbara wastakbar.” (QS Al Muddatstsir ayat 23)

Cuma memandang, Cara memandang itu membuat orang merasa bodoh. Seseorang mencoba menerangkan sesuatu pada Anda, dan Anda, Anda tahu apa yang dikatakannya, tapi sengaja membuatnya merasa bodoh, atau Anda menghindari kontak mata seperti tidak mendengar.

Seseorang mengucapkan salam dan Anda seperti itu, maka itu disebut “Lumaz“. Ketika Anda membuat orang merasa bodoh, ketika Anda meremehkan orang dengan ekspresi wajah. Tak ada kata yang terucap dari mulut Anda.

Allah berkata, “Laa talmizuu anfusakum.” (QS Al Hujurat ayat 11)

Sungguh luar biasa, Allah tidak berkata “Laa talmizu akhariin.

Jangan merendahkan orang lain.

Allah berkata, “Jangan rendahkan dirimu sendiri.

Anda sendiri, jika Anda menghina dengan cara itu, Anda sesungguhnya menghina diri anda sendiri. Anda merasa jauh lebih hebat dari dia. Anda menghina diri Anda sendiri, dan mengundang orang lain menghina Anda. Jika Anda memperlakukan orang lain begitu, artinya Anda minta diperlakukan begitu juga.

Makanya dalam Quran, “Sallimuu ‘alaa anfusikum.” (QS An Nur ayat 61)

Fasallimuu ‘alaa anfusikum,” (QS An Nur ayat 61) jika Anda bertamu, ucapkan salam untuk dirimu sendiri.

Apa artinya? Bukankah mengucap salam itu kepada orang lain? Ketika Anda mengucap salam pada orang lain, Anda tahu bahwa reaksinya adalah mereka akan mengucapkan salam pada Anda akan dibalas segera, maka dikatakan sama seperti mengucap salam pada diri sendiri. Karena reaksinya itu wajib, akan terjadi.

Sama saja, ketika Anda merendahkan seseorang, meremehkan seseorang, memperlihatkan ekspresi wajah pada seseorang, berlagak pada seseorang, itu akan berbalik pada Anda.

Walaa talmizuu anfusakum.” (QS Al Hujurat ayat 11)

Walaa tanaabazuu bil-alqaabi.” (QS Al Hujurat ayat 11)

Jangan Memanggil Dengan Panggilan Buruk

Allah lanjutkan, jangan memanggil sesama dengan nama yang buruk. Jangan memanggil dengan panggilan buruk terhadap sesama.

Hei gendut, apa kabar?

Hei, muka pucat,” atau apapun yang Anda katakan.

Dia tidak keberatan kok, kami akrab.

Kami oke, dia tak keberatan sama sekali.

Kita oke ‘kan?

Dan temannya berkata, “Ya, tidak masalah.

Tapi sesungguhnya tidak. Beberapa remaja berkumpul, “Hei kamu pendek sekali, tapi imut.

Tentunya dia tidak suka di bilang pendek, meski ditambah imut di belakangnya. Meski dia tidak bilang apa-apa sekarang, teman Anda itu tidak bilang apa-apa sekarang. Pada hari pembalasan mereka akan butuh amal baik, jika Anda punya kesalahan padanya, dia akan mengambil amal Anda. Mereka akan mengambilnya nanti.

Hati-hati, khususnya di antara teman. Jangan memanggil dengan panggilan buruk, meski nama yang tidak terdengar kejam. Jika mereka tak suka, jangan lakukan. Saya bepergian ke satu tempat di mana orang tidak punya rasa hormat pada masalah pribadi. Ada seorang lelaki yang tak kenal saya sama sekali, tidak sama sekali.

Hei Noumi, apa kabar?

Saya berkata, “Maaf.

Saya boleh memanggilmu Noumi ‘kan?

Tidak, Ibuku memanggilku Nouman.

Jadi saya lebih suka dipanggil Nouman.

Yang bisa memanggil saya semaunya hanya Ayah dan Ibu saya, Anda tidak.

Saya tidak bilang, “Tidak apa-apa teman.

Saya tidak suka, jika tidak suka, saya lebih baik bilang sekarang. Karena lebih baik dari pada dibilang saat Hari Pembalasan. Perbaiki sekarang, jika seseorang melakukannya pada Anda, perbaiki sekarang. Jika Anda melakukannya pada orang lain, perbaiki sekarang.

Walaa tanaabazuu bil-alqaabi.

Kesimpulannya,

Bi’ sal-ismul fusuuqu ba’dal-iimaani.” (QS Al Hujurat ayat 11)

Buruk sekali, “Al ismul fusuqu,” kata-kata yang buruk, setelah kamu memiliki iman. Apa artinya “Ismul fusuqu?” (QS Al Hujurat ayat 11)

Satu kata yang bisa menyerang seseorang adalah sesuatu yang buruk pada setiap orang yang punya iman. Artinya ucapan buruk dari mulut Anda tidak bisa sejalan dengan iman dalam hati. Anda tidak bisa punya iman di hati, yang telah diperindah.

Zayyanahu fii quluubikum.” (QS Al Hujurat ayat 7)

Dan ucapan buruk keluar dari mulut Anda. Jika Anda tak punya kontrol terhadap empat huruf yang sering Anda gunakan setiap saat Anda frustasi, maka ada masalah spiritual, tidak hanya kebiasaan. Ada masalah spriritual.

Pada sisi lain, pada ayat yang sama adalah bagaimana bisa kamu menggunakan kata-kata buruk terhadap setiap orang beriman? Pada tiap orang yang punya iman, Anda tidak boleh menggunakan kata-kata buruk lagi.

Anda tidak bisa mengucapkan kata-kata buruk lagi. Kata-kata buruk tidak boleh diucapkan pada muslim lain. Tidak boleh.

Bi’sal-ismul fusuuqu ba’dal-iimaani.” (QS Al Hujurat ayat 11)

Waman lam yatub faulaa-ika humuzhzhaalimuuna.” (QS Al Hujurat ayat 11)

Dan orang yang tidak mau, yang tidak mohon ampun adalah yang berdosa. Saya ingin menggarisbawahi dan mendedikasikan khutbah ini pada satu ayat ini karena dalam pikiran kita ada satu hal penting tentang Islam.

Shalat penting dalam Islam, sedekah penting dalam Islam. Kita punya ide apa yang paling penting dalam Islam, tapi tahukah Anda? Hal yang dibuat Allah penting dalam Quran adalah penting dalam Islam. Ini masalah penting. Banyak waktu dan ayat yang diperuntukkan bagi topik ini, artinya bukan hal kecil bagi Allah, bukan hal kecil bagi Allah.

Lanjutannya… di mana diletakkannya juga sangat luar biasa. Awalnya adalah cinta kepada Nabi shallahu alaihi wassalam, lalu Allah bicara tentang hal paling buruk. Bagaimana jika muslim berperang dan membunuh sesamanya, bagaimana mendamaikannya adalah topik kedua surat ini.

Dan topik ketiga adalah jangan mengolok-olok sesama. Kenapa topik ketiga? Karena jika Anda mengolok-olok sesama, kebencian akan tumbuh di antara kita, dan jika sudah keterlaluan maka kita akan membunuh satu sama lainnya.

Ini sudah terjadi. Kenapa orang membunuh sesama, kenapa muslim membunuh sesama muslim? Ini dimulai ketika berpikir suku lain, etnik lain, desa lain, rumpun lain, lebih rendah, lebih buruk, bodoh, atau lainnya, dan akhirnya membuat kebijakan yang dipengaruhi oleh bias tersebut. Dan jika sudah tidak terkendali akan membuat konflik menyeluruh antara sesama muslim. Semua berawal dari mengolok-olok sesama. Allah mengidentifikasi akar masalah,

Laa yaskhar qawmun min qawmin.” (QS Al Hujurat ayat 11)

Pada akhir surat Allah mengatakan sesuatu yang memposisikan kita pada tempat kita,

Inna allaaha ya’lamu ghaybassamaawaati waal-ardhi.” (QS Al Hujurat ayat 18)

Waallaahu bashiirun bimaa ta’maluuna.” (QS Al Hujurat ayat 18)

Tak ada keraguan Allah mengetahui rahasia langit dan bumi yang tak terlihat dan Allah melihat segala sesuatu yang kamu lakukan. Allah punya gambaran penuh tentang apa yang kamu lakukan. Kenapa Anda berkata begitu, apa dan bagaimana Anda mengatakannya, Allah punya gambaran lengkap.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala membuat kita pemaaf dalam berkata, serta dalam perilaku serta sikap kita pada sesama. Semoga Allah memberi kita keberanian dan iman untuk meminta maaf pada orang yang kita rendahkan. Semoga Allah azza wa jalla membuat kita lembut pada sesama hanya dipengaruhi oleh iman yang kita miliki pada Allah, dan cinta kepada Nabi shallahu alaihi wassalam.

Barakallahuli wa lakum fil Quranil hakiim, wa nafa’ni wa iyyakum bil ayati wa dzikril hakiim.

Transcript: SM
Publish: NAK Indonesia

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s