Aku akan memberitahumu sebuah cerita menarik dari imam Abu Hanifah rahimahullah. Kau tahu, imam Abu Hanifah adalah seorang faqih yang sangat terkenal di masanya. Dan bahkan setelahnya orang-orang datang untuk meminta fatwanya sepanjang waktu.
Dan suatu hari ibunya punya sebuah pertanyaan. Dan sang ibu bertanya kepadanya dan imam Abu Hanifah pun memberikan jawabannya. Dan ibunya menjawab, “Kau tidak tahu apa-apa.” Ibumu bisa berbicara seperti itu, ‘ya kan?
Aku akan bertanya kepada orang yang di sebelah sana. Dan orang yang akan ditanya oleh si ibu itu. Dia adalah seorang da’i. Dia bukan seorang ‘alim, dia seorang da’i. Da’i maksudnya adalah orang yang memberi peringatan. Kau bisa mengingatkan orang tentang taqwa. Tapi dia tidak tahu tentang fiqih atau syari’ah atau hal-hal semacam itu.
Jadi sang ibu mendatanginya dan bertanya kepadanya. Dan sang da’i menjawab, “Izinkan aku untuk mencaritahunya terlebih dahulu, aku akan mengabarimu jika sudah menemukan jawabannya.”
Dan sang da’i akan bertanya ke siapa? Abu Hanifah. (Sang da’i berkata), “Hei, ibumu datang kepadaku dan dia punya pertanyaan.”
(Imam Abu Hanifah menjawab), “Baiklah, ini jawabannya. Tapi jangan beritahu kalau aku yang memberitahumu.”
Kadang-kadang, kau punya anggota keluarga yang tidak mendengar apapun darimu. Mungkin kau semakin dekat dengan agama tapi mereka tidak sedekat itu dengan agamanya. Dan itu membuatmu marah.
Kalian marah karena sebagian wanita di keluargamu tidak berhijab. Kalian marah karena sebagian pemuda di keluargamu tidak sholat. Kalian marah kepada mereka. Tidak, jangan marah kepada mereka.
Bicaralah baik-baik dengan mereka. Bicaralah pelan-pelan dengan mereka. Kemarahanmu justru semakin menjauhkan mereka dari agama. Itu tidak akan membuat mereka semakin dekat. Kalian harus punya hati yang lembut kepada mereka yang belum sampai ke tahap itu
Kau juga pernah tidak sholat lima waktu. Dulu juga kalian pernah seperti itu. Kalau ada tiba-tiba orang yang marah-marah kepadamu. Apakah kau akan sholat? Atau malah semakin malas untuk sholat? Coba pikirkan itu. Coba pikirkan itu.
Allah melembutkan hatimu. Jadi kalian juga harus bersabar sampai Allah melembutkan hati mereka. Dan kau juga harus lembut kepada orang lain. Saya mengingatkan kita semua bahwa Allah ‘azza wa jalla berkata kepada Musa alaihi salam untuk berbuat baik kepada Fir’aun.
Berbuat baik kepada Fir’aun. Fir’aun pernah mencoba membunuh Musa alaihi salam. ketika dia masih bayi. Fir’aun sudah membunuh ribuan bayi setiap tahun. Dia bahkan menyebut dirinya Tuhan. Ada beribu alasan untuk membenci Fir’aun.
Dan Allah berkata kepadanya (Musa). Ketika kau menemuinya, “faquulalahuu qawlal layyina” (QS Thaahaa ayat 44 – dan berkatalah dengan perkataan yang baik, red.)
Kalau kau bahkan harus bersikap lembut kepada Fir’aun. Bagaimana dengan istrimu? Bagaimana dengan suamimu? Bagaimana dengan anakmu, keponakanmu, sepupumu, pamanmu? Mereka adalah orang yang sering membuat kita marah.
Merekalah orangnya, keluarga akan sering membuatmu marah, saya beritahu kalian. Saya tahu, saudaramu membuatmu marah. Dan orang-orang ini adalah yang paling berhak untuk mendapatkan perlakuan terbaik dari kita. Kita harus mengubah cara kita bersikap kepada mereka.
Transcript: https://nakindonesia.wordpress.com/2015/09/15/lesson-from-story-of-imam-abu-hanifa
YouTube: https://youtu.be/VMPHM6xbALY
Facebook: https://www.facebook.com/NoumanAliKhanIndonesia/videos/1666349220245678