[Transkrip Indonesia] Interaksi Antara Lelaki Dan Perempuan – Nouman Ali Khan – Quran Weekly


Muqaddimah. Assalamu’alaikum Quran Weekly. Saya akan membacakan sebuah ayat di awal sesi singkat ini sehingga kalian memiliki beberapa perspektif tentang apa yang akan saya bagikan.

[Membaca Q.S. Al Qashash: 23]

Allah Azza wa jalla berfirman tentang perjalanan menakjubkan Musa alaihi salam. Di suratul Qashash di antara surat-surat yang lain. Dan salah satu hal yang Dia ceritakan di suratul Qashash adalah ketika ia (Musa alaihi salam) lari dari Mesir setelah tidak sengaja membunuh seseorang dengan meninjunya.

Ia akhirnya mencapai, perairan Madyan. Dan ia mengikuti perairan Madyan dan ia menemukan sekelompok orang. Kalian tahu, memberi minum domba mereka di sana. Dan selain mereka, kalian bisa katakan hampir di atas bukit. Ia melihat dua wanita [tadzuudaan] yang sedang menahan, kata yang digunakan [wajada mindduunihi mumraatayni tadzuudaan]. Ia melihat dua wanita di sana, yang menahan atau menarik domba mereka.

Mereka seperti sedang tarik menarik tali tambang dengan domba mereka di mana mereka tidak benar-benar memegang kendali. Dan itu terlihat sangat aneh baginya dari kejauhan, bahwa dua wanita ini sedang berjuang dengan ternak mereka seperti ini. Sementara yang lain dengan nyaman memberi minum ternak mereka. Jadi ia menghampiri mereka dan berkata [qaala maa khathbukumaa]. Apa masalahmu? Ada apa ini?

Kalian tahu, apa masalahnya? Ini sudah menjadi pelajaran penting. Kalian tahu, kita seharusnya memiliki “hayaa”, pria seharusnya memiliki kesopanan dan mereka seharusnya, kalian tahu, menjaga lidah dan mata dan semacamnya. Tapi ketika seseorang dalam kesulitan atau seseorang mengalami kesulitan. Tidak ada yang salah dengan kalian mengatakan “Ada yang bisa saya bantu? Apa yang terjadi di sini?”

Oh, tapi kalian harus tahu diri, benar? Jadi ia tidak pergi dan memulai percakapan panjang dan mencoba untuk berbasa-basi dengan mereka. Ia hanya pergi dan mengatakan, [maa khathbukumaa], “Apa yang terjadi dengan kalian berdua?”

Dan mereka menanggapi, [qaalataa laa tasqii hattaa yushdirar ri’aa’u]. Mereka mengatakan, kami tidak akan, kami tidak bisa memberi makan ternak sampai seluruh ternak orang lain selesai. Ada orang-orang di sana dan tampaknya mereka tidak memiliki sopan santun. Jadi mereka memberi makan ternaknya dan tidak menyisakan ruang untuk kami. Kami tidak ingin saling sikut dengan mereka, dan pergi dan memberi makan ternak kami. Jadi kami akan menunggu sampai mereka semua selesai dan semuanya pergi, walaupun harus menunggu sampai sore.

Dan pada akhirnya kami akan memberi minum domba dan kambing kami. Tentu saja kambing dan dombanya tidak begitu pengertian. Dan mereka tidak mengerti hukum ini, sehingga saat ternaknya melihat air dan ingin buru-buru ke arah itu dan mereka harus terus-menerus menarik kembali (tali) ternak mereka.

Saya menceritakan hal ini karena ini adalah contoh yang sangat keren dalam Quran tentang perempuan di tempat kerja. Mereka menjelaskan bahwa [abuuna syaikhun kabiir], mereka berkata “Ayah kami adalah seorang yang tua” Dan karena beliau tua, bisa dipahami dan secara tersirat bahwa ia tidak dapat bekerja lagi. Beliau tidak bisa, kalian tahu, mengurus ternaknya. Dan mengurus biaya rumah tangga dan semacamnya. Dan beliau hanya memiliki anak perempuan, dia punya dua gadis. Dan kalian tahu, mereka harus pergi keluar sana dan bekerja.

Ini adalah kenyataan bagi banyak orang, karena situasi ekonomi mereka, situasi unik keluarga, baik itu perceraian, kematian sang suami, satu-satunya putri dalam rumah tangga yang mengurus keluarga, manula. Mereka harus pergi keluar (untuk) bekerja. ini bukan sesuatu yang agama kita larang.

Ini adalah sesuatu yang dibicarakan dalam Qur’an itu sendiri, tetapi, ada etika yang disebutkan. Gadis ini, apa yang luar biasa tentang mereka, beberapa hal yang Allah ceritakan tentang mereka di suratul Qashash sangat mencerahkan (tentang) prinsip “hayaa”. Karena kalian akan berada di dunia kerja, situasi tertentu akan datang, dimana mungkin mudah untuk berkompromi dengan standar kalian.

Standar “hayaa”, standar malu, standar kesopanan. Tetapi sepanjang kalian tetap berpegang pada prinsip kalian, kalian masih bisa bekerja. Mungkin itu tak nyaman, seperti ketidaknyamanan mereka, tetapi kalian harus. Maksudku pada akhirnya kalian harus. Prinsip kalian tidak bisa berubah. Ini tidak bisa goyah, Jadi mereka melakukan itu.

Dan sebenarnya Musa alaihi salam bahkan tidak bertanya, “Jadi bisakah saya mengurus ternakmu dan menolongmu?” Allah hanya berfirman [fasaqaa lahumaa]. Dia hanya ambil ternaknya dan memberinya minum dan membawa mereka kembali [tsumma tawallaa iladz dzilli]. Kemudian ia kembali duduk di tempat teduh. Jadi, wanita ini, Musa alaihi salam berinteraksi dengan wanita ini, sangat mencerahkan tentang situasi yang masih akan terjadi dan selalu akan terjadi di masa depan.

Yaitu dengan saudari kita, putri kita, ibu kita, yang mungkin harus menjadi karyawan. Dan ketika mereka melakukannya (berada dalam dunia kerja), bagaimana pembawaan diri mereka? Pahami bahwa ketika mereka berbicara dengan Musa, mereka tidak tahu dia seorang nabi. Jadi mereka berinteraksi dengannya seperti mereka berinteraksi dengan pria lain. Mereka benar-benar langsung dan tiba-tiba menjawab kepadanya (Musa) dan mereka berkata, “Kami tidak bisa, kami tidak akan ke sana sampai orang-orang ini selesai” [hattaa yushdirar ri’aa’u]. Dan jangan berpikir macam-macam, [wa abuunaa syaykhun kabiir]. Ayah kami seorang syeikh terpandang.

Sangat pintar, karena kata “syaikh” dalam bahasa Arab berarti “tua, pria tua.” Jadi dalam satu sisi mereka mengatakan ayah kami seorang yang sangat tua tapi kata “syaikh” dalam bahasa Arab juga berarti, “seseorang yang menikmati banyak status sosial yang tinggi”. Sehingga di sisi lain mereka mengatakan, “Hei anda tampak seperti pria besar tapi tunggu, tunggu sebentar, sebelum anda macam-macam, ayah kami … dia seorang syaikh yang sangat terpandang, ok?”

Jadi hanya karena kami bekerja di sini bukan berarti kami tidak memiliki bantuan. Kami punya syaikh terpandang di rumah. Subhanallah. Jadi mereka mampu membawa diri mereka dengan percaya diri, cara yang indah. Saya berdoa, saya bisa … Saya berdoa kepada Allah ‘azza wa jalla bahwa saya mampu mendidik anak perempuan yang memiliki kepercayaan diri seperti itu. Yang memiliki “hayaa”.

Di satu sisi dan di sisi lain mereka dapat terlibat dengan dunia luar. Secara sehat dan bermakna, di mana mereka, bahwa saya sebagai ayah mendidik dengan cukup baik seperti orang itu (sang syaikh, red). Di mana ia dapat mengirim putrinya keluar, mengetahui bahwa orang-orang ini tidak memiliki sopan santun pada wanita. Dia bisa mengirim mereka (putrinya) keluar dan tahu bahwa mereka dapat menjaga diri.

Ini sangatlah kuat, benar? Bahwa ia cukup percaya pada mereka bahwa mereka dapat menjaga diri. Dan jika seseorang mendengar ini, hanya mendengarkan, well, gadis ini pasti tomboy. Mereka pastinya benar-benar ramah seperti kepribadian laki-laki dimana mereka tidak begitu malu. Maksudku, ayat berikutnya memberitahu kita [fa jaa athu ihdaahumaa tamsyii ‘alas tihyaa]. Salah satu dari mereka datang kembali dengan malu-malu.

Allah menyebut rasa malu sang gadis ketika dia berjalan menuju Musa alaihi salam [inna abii yad’uuka]. Sesungguhnya ayahku memanggilmu. Ia mengatakan ayahku memanggilmu, beliau ingin membayarmu atas, kalian tahu, bantuanmu untuk kami. Tapi ia (perempuan itu) datang dan ia punya kesopanan, ia punya rasa malu.

Jadi Allah mengakui di satu sisi kepercayaan diri mereka, fakta bahwa mereka ramah, fakta bahwa mereka dipercaya oleh ayah mereka untuk berurusan dengan dunia luar. Di sisi lain, kualitas rasa malu ditunjukkan ketika mereka berurusan dengan pria non mahram.

Ini sangat indah, kalian tahu, kisah yang terdapat dalam sedikit kata, (dapat) menunjukkan beberapa etika yang sangat kuat dan prinsip-prinsip moral yang memandu interaksi kita dalam dunia kerja.

Semoga Allah ‘azza wa jalla memandu pria dan wanita yang berada di dunia kerja dan membantu mereka untuk tidak pernah melepaskan prinsip mereka ketika di sana.

Barakallahu lii wa lakum. Wassalamu’alaikum Quran Weekly.

Transcript: https://nakindonesia.wordpress.com/2015/09/01/opposite-sex-interactions
YouTube: http://youtu.be/rRRz579iGZA
Facebook: https://www.facebook.com/NoumanAliKhanIndonesia/videos/1662212813992652

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s