Nouman Ali Khan: Tentang Ketenaran, Kehidupan Pribadi Dan Tanggung Jawab


Pada tahun 2014, ustadz Nouman Ali Khan menulis artikel di Muslim Matters yang berjudul “About Fame, a Personal Life, and Responsibility“. Berikut ini kami akan coba menerjemahkan tulisan tersebut dengan sebaik mungkin.

Tentang Ketenaran, Kehidupan Pribadi Dan Tanggung Jawab

Assalamualaikum. Nama saya Nouman. Dan saya berusia 36 tahun, ayah dari enam orang anak dan sangat bersyukur memiliki karir yang membuat saya dapat menghabiskan waktu melakukan apa yang saya suka.

Sebelumnya dalam hidup saya, saya membangun semangat untuk belajar Al-Qur’an dan, sebagai hasilnya, dari (memahami) bahasa Arab. Sekarang saya menjalankan sebuah lembaga yang bertujuan untuk menyebarkan kesadaran dan apresiasi terhadap Qur’an. Semangat ini telah membuat saya sibuk selama empat belas tahun terakhir. Tanpa disadari aktivitas saya ini membuat saya terkenal. Saya telah mengajar dan memberikan ceramah sejak lama, tapi sekarang, tiba-tiba, ada orang-orang yang berebut menyalami tangan saya setelah ceramah, mengambil foto atau memberitahu saya bagaimana saya sudah mengubah hidup mereka. Sensasi ini, jujur saja, sebagian besar saya merasa mereka seperti sedang berbicara tentang orang lain. Ketenaran ini memaksa saya untuk berpikir tentang niat awal pekerjaan saya dan dimana hasilnya sekarang. Sebenarnya, saya harus mengatakan itu telah membuat saya banyak berpikir tentang di mana posisi saya. Tulisan yang akan saya bagi dengan anda adalah refleksi pribadi dan hanya komentar dari saya tentang saya. Tulisan ini tidak mencerminkan perasaan pembicara publik, sarjana, aktivis atau pemimpin.

Ketenaran Bukan Kutukan

Semua yang terjadi dalam hidup adalah ujian. Saya berpikir ketenaran dalam situasi saya juga merupakan bagian dari rezeki dari Allah. Saya mungkin tidak layak mendapatkan ketenaran ini, tapi saya mendapatkannya, dan dengan demikian harus mencari tahu cara terbaik untuk memanfaatkan ini untuk memberikan kontribusi yang baik (bagi Islam). Itulah yang harus kita lakukan dengan apa pun, hadiah, keadaan dan tantangan yang diberikan Allah atas kita.

Ketenaran telah menjadi berkah dalam beberapa cara. Sebagai permulaan, itu telah memungkinkan saya mendapatkan akses ke ulama yang luar biasa dan para peneliti di seluruh dunia. Selain itu, ada orang-orang yang melakukan pekerjaan yang luar biasa di bidang Al-Qur’an dan bahasa Arab tetapi mereka hampir tidak dikenal, dan mereka mendekati saya dengan membawa kontribusi penelitian mereka. Beberapa karya ini begitu unik dan sangat berharga yang membuat saya berpikir tidak dapat melakukannya tanpa itu, hal-hal seperti ini (hasil riset) tidak akan saya ketahui keberadaannya bila para peneliti dan sarjana tidak mendekati saya. Ketenaran saya ini yang memotivasi mereka untuk menggunakan saya sebagai alat yang membawa pekerjaan mereka untuk kebaikan, dan saya sangat berhutang budi kepada mereka. Ketenaran juga telah memungkinkan saya memiliki kesempatan untuk bertindak sebagai penghubung antara orang-orang untuk saling melengkapi pekerjaan (pengetahuan) dan ini adalah sesuatu yang tidak disadari orang-orang tersebut. Dengan demikian, kolaborasi besar dan sinergi di bidang ini terjadi. Hal ini tidak akan terjadi melalui saya, jika tidak karena profil publik saya.

Ketenaran Bisa Menjadi Latihan Kerendahan hati, Terutama Selfie

Ini benar-benar masalah perspektif. Saya menganggap diri saya mengalami disleksia sosial. Apakah saya berbicara dengan lima belas orang atau lima puluh ribu orang, itu tidak terlalu penting bagi saya. Tapi karena ledakan popularitas ini (relatif terhadap dunia kecil saya), saya harus belajar dengan keras bahwa saya tidak bisa hanya menggunakan perspektif saya sendiri, tetapi juga perlu memahami orang lain.

Ketika saya pertama kali mendapatkan orang-orang yang ingin tanda tangan atau meminta untuk mengambil foto, saya (a) terkejut dan (b) kesal. Omong kosong rock star apa ini? Di sini saya mencoba untuk berbagi pesan yang yang paling penting dalam seluruh hidup saya, dan mencoba untuk membantu anda menghargai keseriusannya, dan anda memperlakukan saya seperti seorang selebriti? Ini bukan cara murid terpelajar. Para guru besar dan muridnya dari masa lalu tidak mengambil selfie.

Itu perspektif saya dan itu salah, munafik dan tidak sensitif. Ini harus berubah. Butuh beberapa waktu untuk menginternalisasi bahwa saya tenyata tidak menjangkau “murid terpelajar”. Saya menjangkau mereka (publik), orang-orang yang perlahan-lahan menemukan kembali iman. Mereka, – untuk beberapa alasan hanya Allah yang benar-benar tahu -, merasa terkait dengan saya dan mengapresiasi bahwa mereka dapat terhubung dengan Al-Qur’an karena beberapa ceramah saya. Mereka tidak dibesarkan dalam lingkungan tradisional di mana mereka dapat duduk bersama seorang sheikh di masjid. Mereka adalah orang kebanyakan, seperti juga saya. Sebelum saya kembali menemukan Islam, aku juga akan berdiri untuk mengambil foto atau meminta tanda tangan dari seseorang yang terkenal.

Jika saya tidak menghargai dari mana orang-orang berasal, saya dapat bersikap sangat merendahkan dan menghakimi. Seseorang yang meminta memotret mungkin seseorang yang akan menghargai sikap gerak tubuh (gesture) dan, sebagai hasilnya, mungkin akan berbagi beberapa karya saya dengan keluarga dan teman-temannya. Mungkin “bisnis selfie” ini benar-benar dapat membantu menyebarkan pesan yang baik. Kau tak pernah tahu. Orang-orang mungkin telah mendengarkan saya selama ratusan jam dan merasakan ikatan emosional dengan saya. Mereka bahkan mungkin merasa seperti Allah membawa transformasi dalam kehidupan mereka melalui ceramah saya. Jika itu terjadi, dan mereka datang kepada saya dan meminta untuk memotret, permintaan kecil ini mungkin berarti besar bagi mereka. Ini mungkin sebuah tanda cinta dan apresiasi. Mengabaikan mereka tak akan berpengaruh untuk saya, tapi bisa sangat menyakitkan dan mengecewakan mereka. Saya harus belajar untuk memikirkan masalah ini dari sisi lain. Bagaimanapun, akan selalu ada orang yang merasa seluruh hal ini adalah tentang narsisme. Kepada mereka saya katakan, “Terserah kau sajalah.”

Ketenaran di Komunitas Muslim Disertai Dengan Harapan Yang Tidak Realistis

Setidaknya hal ini berdasarkan pengalaman saya. Saya orang yang sama seperti 14 tahun yang lalu, ketika tidak ada yang tahu siapa saya. Tentu, saya memiliki lebih banyak pengalaman sekarang dan memahami beberapa hal dengan lebih baik, tapi aku bukan “makhluk spiritual tinggi” hanya karena saya memiliki setengah juta pengikut di Facebook. Pekerjaan saya, kontribusi saya, bidang keahlian saya dan minat saya yang berkelanjutan adalah sangat banyak dalam “satu ruang”. Dan bahkan dalam ruang ini, saya lebih sebagai penghubung antara ulama yang sebenarnya dan masyarakat, daripada seorang ulama itu sendiri. Itu hanya fakta dari masalah ini, tapi saya sudah belajar bahwa untuk sebagian besar dari umat kita, sikap terhadap tokoh masyarakat terwujud dalam sejumlah hal ekstrem. Berikut adalah beberapa hal ekstrem dari mereka berdasarkan pengalaman saya pribadi.

Reaksi positif ekstrim, yang saya dapatkan antara lain:

a. “Ustadz Nouman! Anda adalah satu-satunya ustadz yang saya dengarkan! Saya tidak butuh orang lain!”

Apa? Bung! Saya tidak mengajarkan cara bagaimana sholat, bagaimana melakukan haji, sejarah Islam, sopan santun, fiqih, aqidah, hadits dan berbagai hal lain yang perlu anda ketahui. Saya menghargai cinta anda tetapi anda harus memperluas perspektif anda!

b. “Ustadz Nouman! Bagaimana cara memperbaiki pernikahanku/kehidupan keluarga/depresi/kecanduan narkoba/ kecenderungan ingin bunuh diri/beberapa masalah yang serius lainnya?”

Saudara dan saudariku, saya seorang guru dan seorang murid Al-Qur’an. Masalah pribadi anda sangat serius dan anda membutuhkan seseorang yang benar-benar ahli dalam hal konseling untuk membantu situasi anda. Anda mungkin yakin saya akan dapat memberikan saran, namun (saran) saya (mungkin) justru dapat membuat masalahnya semakin bertambah serius tanpa salah satu dari kita menyadarinya.

Bagaimanapun, saya ingin tahu tentang beberapa masalah, masalah dan tantangan yang anda hadapi karena saya ingin mengambil topik atas masalah-masalah ini agar orang-orang menaruh perhatian atas masalah tersebut, dan setidaknya saya dapat memberikan beberapa nasihat umum untuk membantu anda dan lainnya. Itu sebenarnya sudah menjadi sikap saya (tentang masalah ini) untuk beberapa waktu sekarang. Saya membaca email anda dan mencatat masalah yang akan berhubungan dengan audiens yang lebih besar, dan mencoba untuk menyoroti masalah-masalah tersebut dalam pembicaraan saya melalui (sudut pandang) Al-Qur’an. Saya mendapatkan lebih dari seribu email sehari. Jika saya mulai menjawab setiap email, bahkan jika mengalokasikan waktu satu menit per email … .kalian hitunglah sendiri. Saya tidak akan dapat melakukan apa pun dalam hidup saya.

c. “Ustadz, hanya anda yang dapat membantu saya. Tidak ada orang lain dapat menjawab pertanyaan ini.”

Sekali lagi, saudara dan saudariku, bantuan datang dari Allah, bukan dari saya. Saya dapat meyakinkan anda bahwa saya ingin membantu, tapi saya tidak bisa. Baru-baru ini saya berusaha sebaik mungkin untuk menyampaikan beberapa tipe pertanyaan spesifik kepada orang lain yang menurut saya pantas untuk menjawabnya dan dapat menjadi rujukan yang baik.

Reaksi negatif ekstrim, yang saya dapatkan antara lain:

a. “Kenapa anda tidak berbicara tentang Irak atau Palestina, anda mengejar keuntungan?”

b. “Kenapa anda tidak bicara tentang hadits, anda menolak hadits?”

c. “Kenapa anda tidak bicara tentang aqidah, anda sesat?”

d. “Kenapa anda tidak bicara tentang Riba dan daging Halal, anda liberal?”

e. “Kenapa anda tidak bicara tentang hak-hak perempuan, anda lelaki penganut aliran sovinisme?”

f. “Kenapa anda tidak berbicara tentang hak-hak suami, anda feminis?”

g. “Karena anda tidak menjawab email saya atau memenuhi permintaan ceramah saya, sudah benar-benar jelas, tanpa keraguan, anda adalah orang cinta dunia yang tidak peduli dengan umat dan berbagai masalahnya.”

h. “Mengapa anda tidak mengunjungi komunitas kami? Apa karena kami kecil? Anda hanya senang dengan audiens yang besar ‘kan? Saya berharap anda peduli dengan semua umat Islam, tapi saya rasa anda tidak.”

Tidak cukup semua reaksi negatif dapat kusebut, tapi saya pikir anda mendapatkan gambarannya. Saya datang untuk belajar bahwa kebanyakan muslim, baik yang benar-benar mencintai seorang tokoh atau benar-benar membenci mereka. Tidak ada yang di antara keduanya.

Sekali anda mendengar di salah satu ceramah saya yang mengecewakan anda, saya mungkin akan diabaikan selamanya. Ini, “ngomong-ngomong”, adalah kebijakan yang sangat tidak realistis terhadap hubungan apapun. Bayangkan jika anda diabaikan oleh teman-teman atau keluarga karena satu hal yang anda katakan. Kita bisa berselisih. Okelah. Saya masih menyukaimu. Saya bisa salah. Itu tidak apa-apa juga. Ini tidak membuat saya (menjadi) setan. Tenang. Kesempurnaan pada manusia berakhir pada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pada catatan lain, tidak ada satu orang pun dapat menangani semua masalah yang berkaitan dengan umat dan Islam. Itu tidak realistis, tidak masuk akal dan bahkan tidak sehat. Utusan Allah sallallahu ‘alaihi wa sallam mengatasi beban umat ini seorang diri. Apa yang dia sallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan seorang sendiri kini ditanggung bersama oleh seluruh umat (Islam). Akan selalu ada sesuatu yang penting yang tidak saya bicarakan. Akan selalu ada komunitas dimana saya tidak memiliki kesempatan untuk mengunjunginya.

Saya tidak pernah diminta untuk menjelaskan posisi saya pada setiap masalah ketika saya mengajar kelas kecil dengan lima belas orang di masjid di Queens, New York, karena orang-orang yang duduk di depan saya tidak mengharapkan pendapat saya sebagai mufti, aktivis politik atau teolog. Saya hanya seorang guru bahasa Arab dan Al-Qur’an bagi mereka. Dengan ketenaran baru ini, harapan tampaknya telah berubah. Saya menyadari itu dan merasa terdorong untuk setidaknya mencoba untuk menjelaskan mengapa saya tidak berbicara tentang isu-isu tertentu.

Sebenarnya adalah, dunia tampak menjadi jauh lebih hitam dan putih ketika saya masih muda. Saya telah belajar, seiring waktu, bahwa banyak pendapat saya, pendapat dan kesimpulan tentang berbagai ilmu-ilmu Islam dan politik internasional yang terlalu sederhana dan tidak matang. Saya telah belajar untuk mengambil langkah mundur, jujur dengan diri sendiri dan nyaman mengatakan bahwa saya tidak cukup tahu. Saya telah belajar untuk mengambil langkah mundur, jujur dengan diri sendiri dan nyaman mengatakan bila memang saya tidak cukup tahu. Ini akan tidak bertanggung jawab bila saya dengan mudahnya mengungkapkan pendapat, menggunakan platform ini, terutama pada masalah yang tidak sepenuhnya saya pahami.

Hal ini sering terasa seperti publik mengharapkan saya untuk menjadi vokal tentang semua hal yang berkaitan dengan Islam dan umat ini, dan bahwa saya tidak punya hak untuk tetap diam pada apa yang saya tidak sepenuhnya mengerti. Saya di sini untuk memberitahu anda bahwa itu tidak akan terjadi. Maaf mengecewakanmu, tapi aku tidak bisa menggunakan posisi ini (ketenaran) untuk berbicara tentang isu-isu yang mana saya benar-benar tidak cukup tahu. Saya akan menyumbang pendapat sebagai pribadi tanpa memberitahu anda, yakin dengan posisi fiqih saya tanpa memberitahu anda dan memiliki keyakinan politik tertentu tanpa memberitahu anda. Saya tidak ingin memberitahu anda karena saya tidak ingin salah satu dari anda pernah berpikir sikap saya pada masalah ini ada hubungannya dengan kajian Al-Qur’an saya. Pendapat-pendapat pribadi saya mungkin tidak berhubungan dengan Qur’an. Pemuka agama dapat memiliki pendangan politik. Itu bukan berarti pendapat mereka adalah pendapat dalam agama. Ini adalah mengapa saya merasa bertanggung jawab, dan memilih untuk tetap diam tentang masalah-masalah ini atau menyerahkan mereka kepada seseorang yang saya anggap ahli dalam bidangnya. Pendapat saya tentang hal-hal tertentu bersifat pribadi tidak layak untuk umum, baik 14 tahun yang lalu dan sekarang walau telah memiliki setengah juta pengikut Facebook, saya senang untuk mengatakan, bahwa prinsip saya tidak berubah.

Ketenaran Bukanlah Indikasi Manfaat Seseorang

Saya merasa sangat diberkati untuk dikelilingi oleh teman-teman dan keluarga yang mengenal saya dengan baik, dan banyak tahu tentang saya sebelum saya mendapatkan ketenaran. Orang-orang ini adalah rezeki saya karena mereka tidak melihat saya sebagai bintang YouTube, atau bahkan sebagai tokoh agama. Aku hanya Nouman bagi mereka. Tidak ada formalitas dan tidak ada kesan berlebihan terhadap saya. Terima kasih Allah untuk mereka.

Berada di sekitar mereka terus-menerus merupakan realitas yang saya butuhkan. Mereka semua sangat mengenal saya bahwa saya tidak dapat memberikan mukjizat, ini yang saya bicarakan kepada seseorang berusia 15 tahun bahwa saya tidak dapat memecahkan masalahnya atau masalah keluarganya. Saya memberi mereka (keluarga dan teman) saran ketika ditanya, tapi kebanyakan sayalah yang akhirnya menerima nasihat mereka. Hal yang mengagumkan adalah mereka akan menempatkan saya pada posisi saya dan menyarankan saya untuk kebaikan apakah saya meminta (nasihat) atau tidak, dan apakah saya suka mendengar (nasihatnya) atau tidak! Terima kasih Allah untuk mereka.

Saya belajar kesan paling benar tentang saya tidak akan datang dari konferensi, pidato atau komentar YouTube, tapi dari lingkaran dalam yakni teman dekat dan orang-orang terkasih yang hanya mengatakan apa adanya. Terima Allah untuk mereka.

Ketenaran Berbanding Lurus Dengan Berlebihan, Tapi Saya Tak Peduli

Izinkan saya untuk menjelaskan sedikit. Ada orang-orang yang begitu mencintai saya hingga mengapresiasikan tingkat iman dan ihsan mereka kepada saya dengan cara yang menggelikan. Lalu ada orang-orang yang memandang jahat saya seakan saya Dajjal. Kedua hal ini memiliki kesamaan cacat asumsi yakni bahwa setiap manusia memiliki kemampuan untuk melihat ke dalam hati orang lain dan menceritakan tingkat keikhlasan mereka.

Dalam agama yang indah ini, kita memberikan manfaat dari keraguan dan asumsi yang terbaik tentang orang tanpa mengubahnya menjadi orang-orang suci. Kita tidak membuat asumsi tentang perbuatan buruk seseorang karena penilaian kita terhadap seseorang berdasarkan perilakunya secara umum. Dengan kata lain, anda dan saya dapat saling mengkritik satu sama lain, namun asumsi jahat tidak diperbolehkan. Ini, bagi saya, adalah prinsip yang berlaku, terlepas dari status masyarakat, berlaku untuk semua muslim. Karena alasan ini kedua hal yang berlebihan diatas tidak memiliki dampak penting bagi saya.

Saya tidak melakukan googling mencoba untuk mencari tahu apa tuduhan baru tentang saya, dan saya tidak menemukan validasi dalam pujian dan kata-kata yang terlalu berbunga-bunga (terlalu memuji). Saya hanya harus melakukan yang terbaik, berusaha untuk terus meningkatkan diri dan tetap bersama dengan orang-orang dekat dalam hidup saya (lihat di atas). Biarkan trollosphere (semacam suatu cara memancing diskusi yang berujung pertengkaran) mengatakan apa saja. Saya punya hal yang lebih baik untuk dilakukan daripada memikirkan hal itu. Kehormatan kita dilindungi oleh Allah dan Dia memberi kita kehormatan selama kita memuliakan dien-Nya. Jika saya tulus dalam pekerjaan saya, Tuhan saya akan cukup untuk membela integritas saya, jadi saya tidak perlu khawatir melindungi apa yang bukan milikku.

Tenar Atau Tidak, Saya Merasa Terhormat Untuk Melayani

Fakta bahwa saya bisa menghabiskan hidup saya belajar dan mengajar apa pun yang saya dapat dari buku Allah (Al Qur’an) adalah kehormatan yang luar biasa. Fakta bahwa begitu banyak yang mendapat manfaat dari apa pun dari sedikit yang telah saya lakukan adalah bukan karena saya, tetapi hadiah dari Allah. Saya tidak lebih unggul dari orang lain yang mencoba untuk mendapatkan manfaat dari saya. Sebaliknya, saya melihat diri saya sebagai pelayan bagi mereka. Saya merasakan cinta dan kesetiaan kepada para pemuda di seluruh dunia yang sulit untuk dilukiskan ke dalam kata-kata. Kalian adalah saudara-saudara saya, keluarga saya.

Bahkan bagi mereka yang menemukan hal yang mengecewakan pada diri saya, pada akhirnya, kita semua muslim, dan saya berdoa kepada Allah melembutkan hati kita terhadap satu sama lain di sini dan di akhirat. Anda tidak setuju dengan saya tidak membuat anda lebih rendah dari muslim lainnya di mata saya, dan saya bukan siapa-siapa yang tidak layak menghakimi anda sebelum Tuhan kita melakukannya. Saya berdoa pada Allah untuk memaafkan banyak kekurangan saya ketika mencoba untuk melayani agama-Nya yang sempurna, dan semoga Dia melakukan hal yang sama terhadap anda.

Apa Yang Akan Saya Gunakan Dengan Ketenaran Saya, Insya Allah?

Saya percaya Allah membimbing orang dengan cara yang unik dan indah dengan Qur’an-Nya. Seperti hujan yang sama menumbuhkan kecambah pada setiap warna bunga dan setiap buah di bumi ini, wahyu yang sama juga mengilhami setiap kebaikan pada orang yang berbeda. Saya akan menggunakan apa pun dari profil publik untuk membantu menyebarkan apresiasi wahyu yang indah ini, dan berharap Allah untuk menghargai saya dengan cara yang unik di mana Dia akan membuat anda “mekar”. Apa yang akan anda lakukan dengan pesan ini terserah anda, tapi saya dapat memberitahumu, meskipun saya tidak tahu siapa anda, saya senang pada hal-hal indah yang Allah bawa melalui anda, karena anda menjadi terinspirasi dan terdorong oleh kata-kata-Nya yang kuat.

Terjemahan diatas adalah dari tulisan ustadz Nouman Ali Khan di Muslim Matters. Mohon maaf bila ada kekurangan dalam penerjemahan. Mohon bantuan masukan terjemahan yang benar bila menemukan kesalahan penerjemahan, baik itu kesalahan kecil atau kesalahan besar. Silahkan menggunakan kolom komentar untuk memberi masukan.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s